Kamis, 04 November 2010

PT Sat Nusa Persada Divestasi Anak Usaha



BATAM – Perusahaan elektronik, PT Sat Nusa Persada Tbk telah menjual seluruh saham (100 %) di anak usahanya yakni Sat Nusa (Futian) Elektronik co ltd yang berdomisili di Cina kepada pengusaha di negara itu senilai 45,12 miliar rupiah (RMB/Renminbi 33.734.588) pada Oktober ini. Itu dilakukan sebagai strategi untuk menjadikan Batam sebagai basis produksi sebab seluruh dana hasil divestasi akan digunakan untuk membangun pabrik ke 11 di Batam.





Tabel Kinerja PT Sat Nusa Persada Tbk

Keterangan Semester 1 - 2010 Semester 1 - 2009

Penjualan bersih (Rp) 1,135 Triliun 914,7 Miliar
Laba (Rgi) bersih (Rp (6,6 Miliar) (23,7 Miliar)
Aset 820,8 Miliar -
Laba kotor 23,9 Miliar (254 juta)

Sumber IDX


Direktur Utama Sat Nusa, Abidin membenarkan bahwa perseroan telah menjual seluruh sahamnya di Sat Nusa Futian Elektronik co ltd pada Oktober ini. Nilai penjualan sebesar 45,12 miliar rupiah lebih tinggi dibanding hasil penilaian dari Pihak Independent, Kantor Jasa Penilai Publik Raymond Yoranouw, sebesar RMB 32,798,500 setara dengan 43,9 miliar rupiah.

“Seluruh dana hasil divestasi anak usaha di Cina akan digunakan untuk membangun pabrik ke 11 di Batam, itu kami lakukan sebagai strategi untuk menjadikan Batam sebagai basis produksi elektronik,” katanya, Selasa (19/10).

Penjualan anak usaha dilakukan karena perseroan ingin fokus berproduksi di Batam sekaligus untuk menjadikan Batam sebagai basis produksi elektronik. Selain itu, perseroan juga punya pertimbangan bisnis lainnya pertama, semakin tingginya upah pekerja. Sejak akhir tahun 2009, upah minimum di seluruh negara Cina telah mengalami peningkatan yang cukup tinggi, beberapa propinsi mencapai RMB 1,120 per bulan per pekerja. Perusahaan Raksasa Elektronik Foxconn di Shenzhen bahkan terpaksa menaikkan upah operator petugas dari RMB 900 per bulan menjadi RMB 2,000 per bulan disebabkan desakan dari serikat pekerja di Cina.

Alasan Kedua, tingginya angka inflasi di Cina, Ketiga, tingginya angka pergantian karyawan ditambah ketidakpastian dalam prospek bisnis ke depan menyebabkan perseroan menderita kerugian. Keempat, apresiasi nilai tukar RMB terhadap dollar Amerika (USD) memperburuk situasi, karena mengurangi nilai penjualan perseroan yang bertransaksi dalam mata uang dollar AS dan secara tidak langsung juga mempengaruhi pendapatan serta keuntungan.

Selain itu, perseroan juga mengalami penurunan pesanan Produk Nokia Vibrator Motor dari pelanggan utama yakni Minebea Motor Manufacturing Corporation (MMMC) dari 42 juta unit per bulan pada tahun 2008 menjadi hanya 15.500.000 unit perbulan saat ini. Anjloknya pesanan dari MMMC itu disebabkan semakin populernya penggunaan telepon smart phone seperti Iphone dan Blacberry di pasaran telah menurunkan penjualan Nokia.

Menurut Abidin, penjualan anak usahanya itu memiliki beberapa manfaat, pertama perseroan bisa lebih fokus berproduksi di Batam untuk itu seluruh dana hasil divestasi akan digunakan untuk membangun pabrik ke 11 di Batam. Manfaat kedua, perseroan bisa memperbaiki posisi keuangan yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan (company's value) dan nilai bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap Perseroan (stakeholders value) secara keseluruhan.

Terkait dengan kinerja tahun ini, perseroan masih optimistis target penjualan 2,1 triliun rupiah tercapai. Pada semester satu ini saja perseroan telah membukukan penjualan 1,135 triliun rupiah namun masih mengalami rugi bersih 6,6 miliar rupiah.

Peningkatan penjualan sudah diproyeksikan sebab di awal tahun sudah dikantongi beberapa kontrak dari beberapa perusahaan besar seperti Sony Electronics, Kenwood dan Panasonics untuk mengerjakan komponen bahan baku Televisi, Tape Recorder untuk kendaraan roda empat, komponen Komputer dan lainnya.

Kepala Riset Asia Financial Network (AFN) Rowena Suryobroto mengatakan, prospek industri elektronik cukup positif seiring pulihnya perekonomian nasional dan global paska krisis 2008. Selain itu, pertumbuhan ekonomi di dalam negeri juga akan meningkatkan konsumsi barang barang elektronik.

Oleh karenanya, perusahaan elektronik memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan keuntungan melalui ekspansi usaha, namun harus diperhatikan persaingan antar sesama perusahaan elektronik sebab dalam industri elektronik persaingan sangat ketat. (gus).

Tidak ada komentar: