Senin, 29 November 2010

Penyelesaian Utang PT Asia Pasifik Fibers tbk Dengan PPA Molor

JAKARTA - Perusahaan serat sintetis, PT Asia Pasifik Fibers Tbk diperkirakan belum bisa mengajukan kredit baru ke bank untuk ekspansi usahanya tahun depan sebab restrukturisasi utang dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) sekitar 230 juta dollar AS setara dengan 2,1 triliun rupiah dengan kurs 9.000 rupiah per dollar AS yang ditargetkan rampung tahun ini molor dan diperkirakan selesai tahun depan. Untuk itu perseroan berencana mencari sumber pembiayaan bukan bank guna membiayai investasi tahun 2011.



Sekretaris Perusahaan Asia Pasifik Fibers H. Tunaryo mengatakan, Sampai September 2010, Restrukturisasi utang dengan pola Secured Debt Restructuring Plan (SDRP) belum disetujui oleh PPA yang yang memiliki sekitar 28 persen dari total hutang terjamin karena PPA belum mendapat investor yang akan mengambil alih utang tersebut.

“Meskipun restrukturisasi utang dengan PPA belum rampung hingga September 2010, namun kinerja operasional kami tetap positif yang ditandai dengan naiknya angka penjualan,” katanya, Selasa (23/11).

Namun, perseroan terus mendesak PPA untuk menyelesaikan restrukturisasi itu agar neraca keuangan lebih positif sehingga bisa diajukan kredit baru ke bank untuk pembiayaan investasi atau ekspansi usaha.

Lambannya penyelesaikan utang dengan PPA kata Tunaryo menyebabkan pihaknya belum bisa secara agresif melakukan ekspansi usaha karena sulit diperoleh pinjaman baru dari Bank. Padahal, permintaan serat sintetis dari pasar domestic dan luar negeri cukup tinggi.

Untuk itu, perseroan diperkirakan akan melakukan ekspansi secara terbatas pada tahun depan dengan sumber pembiayaan dari lembaga bukan bank dan salah satunya dari pemegang saham utama.

Pemegang saham utama yakni Damiano Investments BV telah menyediakan fasilitas kredit dalam bentuk letter of credit sebesar 50 juta dollar AS yang bisa digunakan perseroan untuk mendapatkan sumber pembiayaan guna membiayai ekspansi usahanya.

Terkait kinerja tahun ini, menurut Tunaryo penjualan mengalami pertumbuhan signifikan mencapai 3,2 triliun rupiah hingga September 2010 atau naik 23,1 persen dibanding periode sama 2009 yang 2,6 triliun rupiah. Sedangkan laba bersih 391,9 miliar rupiah lebih rendah dibanding periode sama 2009 yang 1,09 triliun rupiah. Turunya laba bersih itu disebabkan selisih kurs.

Membaiknya kinerja tahun 2010 ini disebabkan kondisi ekonomi yang relatif stabil yang dipicu relatif stabilnya harga minyak mentah dunia. Kondisi itu menyebabkan permintaan atas produk Perusahaan seperti serat sintetis maupun benang naik, baik untuk pasar domestik maupun ekspor.

Perseroan juga mampu menekan biaya operasional atau beban usaha didorong langkah efisiensi dan relatif stabilnya harga bahan baku.

Oleh karena itu, Tunaryo optimistis hingga akhir tahun penjualan bisa tembus lebih dari 4 triliun rupiah karena sudah ada rencana pembayaran dari konsumen di kuartal empat ini. Dengan demikian, target penjualan 3,5 triliun rupiah yang sudah ditetapkan di awal tahun 2010 lalu akan terlampaui.

Sementara itu, Pemerintah melalui Departemen Perindustrian memperkiraan pertumbuhan industri tekstil dan serat sintetis tahun depan lebih tinggi dibanding tahun ini. Oleh karena itu, anggaran restrukturisasi mesin industri tekstil dan produk tekstil (TPT) pada tahun 2011 diusulkan naik menjadi 200 miliar, seiring dengan pengajuan tambahan anggaran sebesar 83,4 miliar rupiah.

Dengan tambahan angaran itu, jumlah pelaku usaha TPT yang dapat mengikuti program itu ditargetkan bertambah menjadi 200 perusahaan.

Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka (ILMTA) Kementerian Perindustrian Ansari Bukhari mengatakan usulan anggaran restrukturisasi mesin TPT pada 2011 awalnya tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, yakni sekitar 150 miliar rupiah, namun, setelah melihat pengalaman tahun ini yang permintannya lebih besar, maka diusulan untuk ditingkatkan.

Dikatakan, dari usulan tambahan anggaran 83,4 miliar rupiah, secara rinci akan dipergunakan untuk bantuan modal investasi peremajaan mesin atau peralatan tekstil, alas kaki dan penyamakan kulit sebesar 74,3 miliar rupiah dan verifikasi perusahaan yang akan mengimplementasikan program peningkatan teknologi 3,5 miliar rupiah. (gus).

Tidak ada komentar: