Kamis, 04 November 2010

Keuntungan PT Citra Tubindo Naik 20,6 Persen

BATAM - Perusahaan pipa baja berbasis di Batam, PT Citra Tubindo Tbk membukukan laba usaha 19,3 juta dollar AS setara dengan 173,6 miliar rupiah dengan kurs 9.000 rupiah per dollar AS di kuartal tiga ini naik 20,6 persen disbanding periode sama 2009, seiring peningkatan harga jual yang dilakukan perusahaan itu sejak awal tahun.



Sekretaris Perusahaan Citra Tubindo Harsono mengatakan, kinerja kuartal tiga ini memang lebih positif disbanding kuartal sebelumnya. Pada kuartal satu dan dua perseroan mengalami penurunan laba sedangkan di kuartal tiga terjadi peningkatan laba sebesar 20,6 persen dari 16 juta dollar AS (144,3 miliar rupiah) di kuartal tiga 2009 menjadi 19,3 juta dollar AS (173,6 miliar rupiah) di kuartal tiga ini.

“Peningkatan laba di kuartal tiga ini disebabkan banyaknya kontrak penjualan yang diperoleh tahun lalu kami realisasikan di semester dua ini dan ditunjang dengan peningkatan harga jual,” katanya, Selasa (2/11).

Dikatakan, peningkatan laba di kuartal tiga dipicu beberapa faktor antara lain, peningkatan harga jual yang dilakukan perseroan seiring meningkatnya konsumsi baja nasional dan global. Selain itu, perseroan juga sudah mulai merealisasikan pengiriman atau ekspor pipa baja ke sejumlah pelanggan utama sehingga pembayaran bisa langsung dilakukan pada kuartal tiga tersebut.

Menurut Harsono, pengiriman atau ekspor pipa baja yang direalisasikan selama kuartal tiga ini merupakan sisa kontrak yang diperoleh tahun lalu sedangkan kontrak baru hingga saat ini belum diperoleh.

Meski belum diperoleh kontrak baru, perseroaan masih mengirim atau menyuplai pipa baja ke sejumlah pelanggan di luar negeri hingga beberapa tahun kedepan, seiring perpanjangan kontrak atau order yang dilakukan dengan konsumen tersebut.

Direktur Utama Citra Tubindo Kris Wiluan sebelumnya mengatakan pemerintah perlu melindungi industri pipa baja dalam negeri karena negara lain juga melakukan hal yang sama. Langkah yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah dengan meningkatkan kandungan lokal penggunaan barang dan jasa industri penunjang Migas menjadi 100 persen sehingga, perusahaan dalam negeri bisa berkembang.

Saat ini, kata dia banyak perusahaan Migas di dalam negeri yang menggunakan pipa baja dari luar negeri khususnya dari Cina karena pemerintah sangat longgar mengatur impor pipa baja. Oleh karena itu, perusahaan pipa baja di dalam negeri menghadapi persaingan yang sangat ketat dengan pipa dari Cina.

Wakil Ketua Bidang Flat Product Asosiasi Industri Baja dan Besi Indonesia (Indonesian Iron & Steel Industry Association/IISIA) Irvan Kamal Hakim mengatakan, prospek industri baja sebenarnya sangat prospektif saat ini dan dalam jangka panjang seiring maraknya kegiatan eksplorasi Migas di dunia.

Namun, beberapa perusahaan baja nasional harus menghadapi persaingan yang cukup ketat dengan perusahaan sejenis di luar negeri khususnya dari Cina paska berlakunya perdagangan bebas Cina Asean sejak awal tahun 2010.

Untuk itu, pemerintah perlu melindungi perusahaan baja nasional dan perusahaan nasional juga harus terus meningkatkan kualitas produknya agar bisa bersaing dengan kualitas produk dari negara lain, selain itu harga jualnya juga harus kompetitif. (gus).

Tidak ada komentar: