Minggu, 25 April 2010

Paska Kerusuhan Drydock, Perusahaan Asing Merasa Nyaman di Batam

BATAM – Perusahaan asing yang beroperasi di kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas (FTZ) Batam masih merasa nyaman menjalankan kegiatan bisnisnya paska kerusuhan yang terjadi di perusahaan galangan kapal asal Dubai PT Drydock pekan lalu.



Factory Manager PT Tectron Manufacturing yang berkebangsaan Singapura, Ivan Leo ketika dihubungi Koran Jakarta mengatakan, kerusuhan yang terjadi di PT Drydock tidak akan berdampak pada operasional pabriknya, dan sampai saat ini perusahaan masih tetap beroperasi normal.

Kejadian itu juga tidak membuat cemas perusahaan asing yang ada di Batam, kata dia karena beberapa top manager perusahaan asing khususnya dari Singapura yang menjadi koleganya yang juga beroperasi di Batam tidak memandang kerusuhan yang terjadi di Drydock sebagai satu ancaman yang bakal mengambat aktivitas bisnis mereka.

“Menurut saya, kerusahan di Drydock hanya peristiwa kecil dan tidak berpengaruh sama sekali dengan aktivitas perusahaan kami, sejauh ini aman aman saja,” kata dia kepada Koran Jakarta, Minggu (25/4). PT Tectron Manufacturing sendiri merupakan perusahaan manufaktur asal Singapura yang memperkerjakan ribuan karyawan lokal.

Sementara itu, General Affair kawasan industri Batamindo Eddy Khadir mengatakan, kasus Drydock tidak berpengaruh terhadap aktivitas perusahaan asing yang ada di kawasan industri Batamindo.

Batamindo sendiri merupakan kawasan industri yang didalamnya terdapat 72 perusahaan asing dari berbagai negara dengan jumlah tenaga kerja lokal sekitar 62.000 orang.

Meski tidak berpengaruh terhadap aktivitas operasional perusahaan di Batamindo, Eddy berharap kerusuhan seperti itu tidak terulang lagi di Batam karena bisa menimbulkan persepsi negatif terhadap iklim investasi di Batam.

“Sampai detik ini, tidak ada keluhan dari perusahaan asing yang beroperasi di Batamindo atas kejadian di Drydock,” katanya kepada Koran Jakarta, Minggu (25/4).

Sementara itu, Chief Executiv Officer PT Drydock World Graha, Dennis Welch ketika bertemu dengan unsur Muspida Pemerintah Kota Batam mengatakan, pihaknya menyesalkan kerusuhan tersebut, dan berharap operasional perusahaan bisa segera berjalan kembali.

Pasalnya, kata dia pihaknya harus segera menyelesaikan order kapal dari Eropa sebanyak dua unit. Kapal pesanan Eropa itu merupakan kapal yang dilengkapi peralatan canggih dan sedang dikerjakan pada saat kerusahan terjadi, namun terpaksa berhenti dikerjakan karena adanya kerusuhan sehingga pengiriman barang diperkirakan bakal telat.

Selain berharap operasional perusahaan segera berjalan kembali, Dennis juga akan mengevaluasi tentang upah, status dan berbagai kekurangan pihak perusahaan yang menjadi keluhan pekerja Indonesia . Dennis juga menjamin tidak ada pemutusan hubungan kerja.

PT Drydock World Graha adalah anak perusahaan Drydock World Dubai yang bergerak di bidang perbaikan dan pembuatan kapal. Perusahaan itu beroperasi di Batam sejak 2008 dengan total investasi sekitar 500 juta dollar AS atau 5 triliun rupiah dengan kurs 10 ribu rupiah per dollar AS.

Perusahaan yang berlokasi di Tanjung Uncang Batam tersebut memiliki jumlah tenaga kerja lokal sekitar 8000-10.000 orang, dan sebagai salah satu perusahaan galangan kapal terbesar di Batam perusahaan tersebut membayar karyawannya dengan upah standar yakni sekitar 7 ribu rupiah per jam sedangkan upah berdasarkan kontrak dari Owner minimal 40 dollar AS.

Wakil Ketua Asosiasi Galangan Kapal Batam, sutono mengatakan sebagai daerah yang diproyeksikan menjadi basis industri galangan kapal nasional, Batam memiliki banyak perusahaan galangan kapal, dan yang menjadi anggota Asosiasi saat ini lebih dari 60 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sekitar 50.000 orang, perusahaan galangan kapal terbesar antara lain, PT Dry Dock World, PT Karya Teknik Utama, dan PT ASL.

Satu perusahaan galangan kapal di Batam, kata dia rata rata bisa menyelesaikan sekitar lima tongkang dan 5-10 termasuk pekerjaan reparasi atau perbaikan kapal. Untuk satu unit tongkang biasanya membutuhkan waktu pengerjaan selama empat bulan sementara pembuatan satu kapal butuh waktu sembilan bulan.

Oleh karena itu, bila pengerjaan kapal atau tongkang terganggu, maka bisa dipastikan pengiriman order juga akan terlambat.

Kepala Kepolisian Daerah Kepulauan Riau Brigadir Jenderal Puji Hartanto mengatakan pihaknya telah mengijinkan PT Drydock World Graha untuk melakukan aktivitas kembali pasca kerusuhan. Puji menjamin keadaan akan terus kondusif dan pihaknya telah mengirim pasukan khusus untuk menjaga keamanan perusahaan dari tindakan anarkis.

Kabid Humas Polda Kepri, Anggaria Lopis ketika dihubungi Koran Jakarta mengatakan, PT Drydock World Graha akan beroperasi kembali pada hari ini (Senin/26/4).

“Perusahaan itu kembali action (beroperasi kembali) besok (senin),” katanya, Minggu (25/4).

Terkait dengan kerusuhan tersebut, Polda Kepri telah memeriksa 38 warga negara asing asal India dan enam pekerja Indonesia dan satu orang telah ditetapkan sebagai tersangka yakni Pramada Ganes, warga negara asing asal India.

Buntut dari kerusuhan di Drydock juga membuat Pemerintah Kota Batam akan menertibkan pekerja asing. Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, Rudy Sakyakirti mengatakan saat ini ada sekitar 4.000 pekerja asing di Batam dan 400 orang bekerja di Drydock.

“Kami akan mengevaluasi keberadaan tenaga kerja asing karena dari 4.000 TKA, hanya 2.600 orang yang telah mengurus Keterangan Izin Tinggal Sementara (KITAS), sisanya belum memperbarui KITAS,” kata dia.

Gubernur Kepri, Ismeth Abdullah dalam keterangan Pers pada Sabtu (24/4) mengatakan kerusuhan yang terjadi di Drydock tidak berpengaruh terhadap iklim investasi di Provinsi Kepri, khususnya di kawasan FTZ BBK (Batam, Bintan dan Karimun).

Investasi di Kepri sendiri setiap tahun terus mengalami pertumbuhan, pada 2009 saja jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap di kawasan FTZ BBK sebanyak 675 ribu orang, sedangkan di Provinsi Kepri secara keseluruhan mencapai 1,4 juta orang.

Kemudian, jumlah Penanaman Modal Asing (PMA) yang masuk selama 2009 sebanyak 1.290 PMA dengan investasi 12 miliar dollar AS. Dari jumlah itu, yang masuk sebagai Foreign Direct Investment (FDI) sebanyak 92 proyek dengan total investasi 2,0 miliar dollar AS.

“Untuk tahun 2010 ini nilai investasi yang ditargetkan di FTZ BBK sejumlah 5 miliar dollar AS, setara dengan 50 triliun rupiah dengan kurs 10.000 rupiah per dollar AS,” kata dia. (gus).

Juara Pertama Untuk Putra Indonesia

BATAM – Hasil akhir final lomba voli pantai Asia Pasifik 2010 di Turi Beach Batam, Tim Putra Indonesia pasangan Koko dan Andi akhirnya menyabet gelar juara satu setelah berhasil menekuk unggulan Iran pasangan Reza Assari Naemi dan Rahman Raoufi dengan skor 2-1.



Pertandingan final voli pantai yang berlangsung kemarin (24/4) berjalan cukup mendebarkan bagi tim Indonesia , pasalnya pada set pertama Indonesia kehilangan satu angka dimana Iran menang dengan sko 21-14. Namun pada set kedua Indonesia berhasil mengalahkan Iran dengan skor 21-8.

Set ketiga yang berlangsung mendebarkan akhirnya dimenangkan tim Indonesia dengan skor 15-10.

Pasangan Koko dan Andy kepada waratawan mengatakan kemenangan mereka merupakan adanya dorongan dan support dari penonton yang membuat mereka lebih semangat dalam bermain.

"Support dari penonton sangat berarti bagi kami karena dengan adanya dorongan tersebut kami lebih semangat dalam bermain,dan kalau melihat kemampuan dari Iran,permainan mereka jauh lebih meningkat dibanding dari sebelumnya karena sebelumnya juga kita sudah pernah ketemu dengan mereka waktu di Bangka,"kata Andy.

Untuk juara ketiga putra dimenangkan oleh New Zealand yang menundukkan tim putra Malaysia dengan skor 21-15 dan 21-18 dan Tim putra Malaysia akhirnya hanya puas di urutan ke empat.

Keberhasilan tim Putra Indonesia tidak di ikuti oleh Tim Putri yang hanya bisa menempati juara ke empat. Sedangkan juara pertama dimenangkan oleh pasangan Tsimbalova dan Mashkova dari Kazastan yang di final mengalahkan tim dari Jepang yang secara otomatis menjadi jauara kedua pasangan Mutami Ozaki dan Hiroyo Kaneda dengan dua game langsung. (gus).


Drydock Batam Kurangi Tenaga Kerja Asing

BATAM – Perusahaan galangan kapal milik investor asal Dubai, PT Drydock World Graha akan mengurangi tenaga kerja asing dan menggantinya dengan tenaga kerja lokal sebagai dampak dari kerusuhan yang terjadi beberapa hari lalu yang menyebabkan perusahaan itu merugi miliaran rupiah karena dibakarnya sejumlah asset oleh ribuan buruh.



Gubernur Provinsi Kepulauan Riau yang juga Ketua Dewan Kawasan FTZ Batam, Bintan dan Karimun (BBK) Ismeth Abdullah menjelaskan, paska kerusuhan yang terjadi di PT Drydock pihaknya segera membentuk tim khusus yang terdiri dari Dewan Kawasan, Dinas Perindustrian dan Perdaangan Provinsi Kepri, Dinas Tenaga Kerja Kepri dan Badan Promosi dan Investasi Kepri untuk menyelidiki dan mencari solusi atas kasus tersebut.

“Kami telah mengubungi sejumlah konsulat luar negeri seperti Singapura, Korea, London guna meyakinkan bahwa iklim investasi di BBK tetap kondusif meski ada kejadian tersebut dan pihak luar negeri telah menyatakan sikap untuk memahami atas kerusuhan itu,” kata Ismeth, Minggu (24/4).

Tim khusus tersebut selanjutnya langsung mengadakan pertemuan dengan pihak PT Drydock dan sejumlah perusahaan asing dan nasional yang ada di Batam. Dari hasil pertemuan itu disimpulkan tiga hal, pertama, kerusahan yang terjadi di PT Drydock World tidak sampai mempengaruhi iklim investasi di Provinsi Kepri, khsusunya di kawasan FTZ BBK. Itu tercermin dari sikap dan pernyataan yang dikemukakan oleh perusahaan asing dan nasional yang beroperasi di BBK saat pertemuan berlangsung.

Kedua, kerusuhan yang terjadi di PT Drydock adalah murni permasalahan internal perusahaan itu yang disebabkan hubungan kerja yang tidak harmonis antar karyawan.

Ketiga, kata Ismeth merupakan hal yang terpenting yakni PT Drydock akan mengambil langkah langkah paska kerusuhan itu yakni, mengurangi tenaga kerja asing dan mengantinya dengan tenaga kerja lokal. Lalu manajemen perusahaan itu juga akan melakukan pembinaan budaya dan adat istiadat terhadap pekerja asing sepertihalnya yang dilakukan perusahaan asing lainnya yang beroperasi di Provinsi Kepri.

PT Drydock juga sudah menyepakati untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) paska kerusahan tersebut.

Menurut Ismeth, saat ini kondisi investasi di Provinsi Kepri tetap kondusif dan kerusahan tersebut tidak melebar ke perusahaan lainnya.

“Kerusahan yang terjadi di Drydock murni spontanitas karena pekerja lokal di perusahaan itu merasa diperlakukan tidak pada tempatnya,” kata dia, Minggu (24/4).

Investor Cina

Kepala Badan Promosi dan Investasi Provinsi Kepri Syek Muhamad Taufik mengatakan, pihaknya merasa bersyukur ternyata kerusuhan yang terjadi hari Kamis di PT Drydock tersebut tidak merembet keperusahaan lainnya dan hampir seluruh perusahaan di Batam tetap beroperasi seperti biasanya pada Jumat kemarin.

Kerusuhan itu juga, kata dia tidak membatalkan minat sejumlah investor asing untuk menanamkan modalnya ke Batam. Bahkan investor asal Cina yang sudah menyatakan minat untuk investasi segera merealisasikannya.

Investor asal Cina yang akan merealisasikan investasinya itu bergerak di industri Minyak dan Gas (Migas) dengan nilai investasi awal ditaksir 5 triliun rupiah.

Selain Cina, Investor asal Polandia juga akan merealisasikan investasinya di Batam pada tahun ini. Sejumlah 20 perusahaan Polandia telah mengunjungi Batam dan berniat menanamkan modal di berbagai sector industri. Selain itu, investor asal Rusia dan Korea juga akan merealisasikan investasinya di industri galangan kapal di Batam.

Kepala Biro Humas Otorita Batam Dwi Joko Wiwoho mengatakan, investasi ke Batam setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Pada 2009 nilai investasi yang masuk ke Batam 358,7 juta dollar AS yang terdiri dari 82 proyek baru berasal dari Singapura, Inggris, India, Jepang dan Belanda.

Ada pun bidang usahanya meliputi Industri pembuatan atau perbaikan Kapal (8 proyek), Industri pallet kayu dan komponen bahan bangunan, perdagangan besar (Distributor Utama) Ekspor/Impor, Industri peralatan lainnya dari logam dan industri paku, mur dan baut, Penjualan langsung dari jaringan (direct selling), Jasa Engineering Procurement Construction (EPC), Industri panel listrik, switches dan rak kabel, Perkebunan jarak pagar(jatropha curcas), Industri roti, Industri rokok putih, serta Industri dan jasa lainnya (41 proyek).

Dengan demikian kumulatif PMA di Batam sejak tahun 1971 sampai Desember 2009 telah mencapai 1.132 PMA dengan nilai investasi mencapai 5.662.462.562 dollar AS dan 173 PMDN senilai 3.249.554.200.000 rupiah dengan perkiraan total jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 300.078 orang.(gus).

Paska Kerusuhan Drydock Batam Masih Kondusif

BATAM – Iklim investasi kota Batam dinilai masih kondusif dan tidak akan terpengaruh negatif paska kerusuhan yang terjadi di perusahaan Galangan Kapal PT Drydock World Graha. Sejumlah investor asing yang sudah merencanakan akan menanamkan modalnya di Batam tetap akan merealisasikan rencana tersebut.



Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) kota Batam, Oka Simatupang mengatakan, kerusuhan yang terjadi di perusahaan Galangan Kapal milik investor asal Dubai yakni PT Drydock World Graha pada Kamis (22/4) lalu sangat disesalkan dan telah menimbulkan kerugian materi sangat besar.

Yang jelas, kata Oka kerugian dari PT Drydock diperkirakan miliaran rupiah karena banyak asset perusahaan yang dibakar. Namun kerugian yang paling besar adalah hilangnya kesempatan bagi Batam untuk mengundang investor menanamkan modalnya ke kota tersebut. Untungnya, kata dia belum ada rencana investor asing yang sudah berniat menanamkan modalnya ke Batam membatalkan rencana itu.

“Paska kerusuhan yang terjadi di PT Drydock, iklim investasi Batam masih tetap kondusif dan sejumlah investor asing tetap akan melanjutkan investasinya di Batam,” katanya kepada Koran Jakarta, Jumat (23/4).

Menurut Oka, paska kerusuhan tersebut kondusi iklim investasi di Batam masih tetap kondusif. Itu tidak terlepas dari kesiapan dan tindakan yang cukup cepat dari aparat dan otoritas Batam dalam mengatasi permasalahan tersebut. Selain itu, tindakan cepat dari pihak Rumah Sakit dalam menangani pasien yang luka luka akibat kerusuhan itu juga cukup baik sehingga tidak ada karyawan yang meninggal dunia akibat kerusuhan tersebut.

Oka mengatakan, kasus yang terjadi di PT Drydock World sebenarnya hanya permasalahan kecil dan bisa diantisipasi jika masing masing pihak bisa menahan diri dan menghargai satu sama lainnya.

Kerusuhan itu menjadi kasus besar karena banyak media memberitakannya secara overaktif, bahkan sejumlah media dari luar negeri memberitakan secara besar besaran dan menginformasikan ada karyawan asing yang tewas, padahal berita itu tidak benar sebab sampai hari ini tidak ada karyawan yang tewas akibat kerusuhan tersebut.

Investor Cina

Kepala Badan Promosi dan Investasi Provinsi Kepri Syek Muhamad Taufik mengatakan, pihaknya merasa bersyukur ternyata kerusuhan yang terjadi hari Kamis di PT Drydock tersebut tidak merembet keperusahaan lainnya dan hampir seluruh perusahaan di Batam tetap beroperasi seperti biasanya pada Jumat kemarin.

Kerusuhan itu juga, kata dia tidak membatalkan minat sejumlah investor asing untuk menanamkan modalnya ke Batam. Bahkan investor asal Cina yang sudah menyatakan minat untuk investasi segera merealisasikannya.

Investor asal Cina yang akan merealisasikan investasinya itu bergerak di industri Minyak dan Gas (Migas) dengan nilai investasi awal ditaksir 5 triliun rupiah.

Selain Cina, Investor asal Polandia juga akan merealisasikan investasinya di Batam pada tahun ini. Sejumlah 20 perusahaan Polandia telah mengunjungi Batam dan berniat menanamkan modal di berbagai sector industri. Selain itu, investor asal Rusia dan Korea juga akan merealisasikan investasinya di industri galangan kapal di Batam.

Kepala Biro Humas Otorita Batam Dwi Joko Wiwoho mengatakan, investasi ke Batam setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Pada 2009 nilai investasi yang masuk ke Batam 358,7 juta dollar AS yang terdiri dari 82 proyek baru berasal dari Singapura, Inggris, India, Jepang dan Belanda.

Ada pun bidang usahanya meliputi Industri pembuatan atau perbaikan Kapal (8 proyek), Industri pallet kayu dan komponen bahan bangunan, perdagangan besar (Distributor Utama) Ekspor/Impor, Industri peralatan lainnya dari logam dan industri paku, mur dan baut, Penjualan langsung dari jaringan (direct selling), Jasa Engineering Procurement Construction (EPC), Industri panel listrik, switches dan rak kabel, Perkebunan jarak pagar(jatropha curcas), Industri roti, Industri rokok putih, serta Industri dan jasa lainnya (41 proyek).

Dengan demikian kumulatif PMA di Batam sejak tahun 1971 sampai Desember 2009 telah mencapai 1.132 PMA dengan nilai investasi mencapai 5.662.462.562 dollar AS dan 173 PMDN senilai 3.249.554.200.000 rupiah dengan perkiraan total jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 300.078 orang.

Sementara itu, Kapoltabes Barelang Leonidas Braksan mengatakan, akibat kerusuhan yang terjdi di PT Drydock, pihaknya telah menetapkan seorang tersangka warga negara India , dengan inisial P yang dianggap sebagai pemicu kericuhan dengan melakukan penghinaan.

“P telah ditetapkan sebagai tersangka. Perbuatannya tersebut termasuk dalam kategori perbuatan yang tidak menyenangkan,” kata Leonidas.

Tersangka dikenakan tuduhan pasal 154 KUHP tentang penghinaan terhadap pemerintah Indonesia dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara dan pasal 156 KUHP tentang penghinaan terhadap sesuatu kelompok atau golongan dengan ncaman 4 tahun penjara. Sebelumnya tersangka telah dirawat di rumah sakit akibat mengalami luka saat kejadian. Kini ia telah keluar dari rumah sakit dan menjalani pemeriksaan.

Untuk menghindari kericuhan susulan, kata Leonidas pihaknya telah menempatkan satu SSK (Satuan Setingkat Kompi) pasukan Brimob di kawasan galangan kapal PT Drydock World Graha, Tanjunguncang. Pasukan Brimob itu akan menjaga keamanan di kawasan galangan kapal hingga kondisi benar-benar aman. (gus).

Aksi Brutal Karyawan Drydock Usik Investor Asing

BATAM – Investor asing mulai terganggu dengan iklim investasi di Indonesia khususnya di Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) paska pembayaran gedung perkantoran yang dilakukan ribuan Karyawan PT Drydock World akibat salah komunikasi dengan salah satu karyawan asing di perusahaan tersebut.



Kepala Badan Promosi dan Investasi Provinsi Kepualauan Riau (Kepri) Syek Muhamad Taufik kepada Koran Jakarta mengatakan, pihaknya langsung mendapat telpon dari beberapa investor asing dan kedutaan besar India di Indonesia terkait pembakaran yang dilakukan ribuan karyawan perusahaan galangan kapal di Batam yakni PT Drydock World terhadap perkantoran perusahaan tersebut yang berlokasi di Tanjung Uncang Batam.

Menurut Taufik, investor tersebut resah dengan kejadian itu dan kuatir bila akan merambat ke perusahaan lainnya.

“Kita masih mengandalkan investasi dari orang asing sehingga dengan kejadian pembakarn buruh PT Drydock yang merupakan perusahaan asing dikuatirkan bisa menimbulkan persepsi negatif terhadap iklim investasi di Kepri,” katanya, Kamis (22/4).

Kondisi itu, katanya sudah pasti telah merugikan perusahaan yang kantornya di baker dan merugikan pemerintah karena selama ini sudah mengeluarkan biaya besar untuk melakukan promosi investasi ke berbagai negara. Pasalnya, aksi brutal buruh itu langsung dipublikasikan oleh banyak media asing dan nasional sehingga bisa diketahui di seluruh dunia dan menimbulkan persepsi negative terhadap iklim investasi di Indonesia khususnya di Provinsi Kepri.

Oleh karena itu, Taufik berharap kejadian tersebut merupakan yang terakhir dan tidak akan terjadi lagi dikemudian hari sehingga aparat berwenang diminta untuk cepat mengambil tindakan dan menghukum yang bersalah.

Kepoltabes Barelang, Kombes Leonidas Braksan mengatakan, pihaknya segera menyelidik aksi pembakaran tersebut dan akan menindak karyawan yang memicu aksi meskipun orang asing.

“Biarkan kami yang menyelesaikan masalah ini dengan manajemen, imigrasi dan Depnaker. Saya dipihak buruh ,” katanya.

Kerusuhan yang terjadi di PT Drydock bermula dari ucapan seorang pegawai asing (ekspatriat) yang berasal dari India yang mengatakan pekerja Indonesia bodoh atau ‘All Indonesian are stupid’. Ucapan itu segera memicu emosi karyawan dan dampaknya puluhan mobil dan perkantoran perusahaan dibakar oleh ribuan karyawan.

Gedung perkantoran yang dibakar karyawan sebanyak enam gedung dan dua perkantoran serta 26 unit mobil milik perusahaan.

“Dia bilang All Indonesian are stupid,” kata seorang karyawan yang tidak mau disebutkan namanya. (gus).

Tim Putri Indonesia Tekuk Malasysia

BATAM – Dihari kedua lomba voli pantai Asia Pasifik, Tim Voli Pantai putri Indonesia dua yang digawangi Ayu Cahyaning Siam dan Efa Sri susilowati berhasil merobohkan unggulan Malaysia satu yang digawangi Kuk Fcuyeng dan Woo Chingru dengan skor telak 2 – 0. Namun, keberhasilan Tim Putri Indonesia dua tersebut tidak diikuti Tim Putri Indonesia satu yang terpaksa mengalah dari pemain Thailand dengan skor 2-1 untuk Thailand .




Panitia Lomba Voli Pantai Asia Pasifik ketika dikonfirmasi Koran Jakarta, Zul mengatakan, hari ini Tim Putri Indonesia turun seluruhnya, dan hasilnya untuk Tim Putri Indoensia dua yang berhadapan dengan Malaysia satu berhasil memudarkan harapan Malaysia dengan kemenangan Indonesia skor 2-0.

“Putri Indonesia dua cukup mengejutkan dengan menekuk Malaysia satu dengan skor telak 2-0,” katanya, Kamis (22/4).

Namun keberhasil Tim Putri dua tersebut tidak diikuti oleh Tim Putri satu yang terpaksa mengalah dengan Thailand dengan skor tipis 2-1 untuk Thailand . Tim Putri satu Indonesia yang kalah itu di gawangi oleh Riris Irawati dan Fitri Wijayanti sedangkan Thailand digawangi Tra Teet Kan Buy dan Aun Cha Lee Yan Suan.

“Pertandingan Putri Indonesia dengan Thailand berjalan sangat alot namun Indonesia harus mengakui keunggulan Thailand ,” katanya.

Sementara itu, Tim Putra Indonesia yang juga bertanding hari ini, belum diketahui hasilnya sampai berita ini diturunkan karena baru memulai pertandingan pada pukul 20.15 malam ini. Dalam pertandingan Rabu, Tim Putra Indonesia yang digawangi Andy/Koko menggilas tim Australia dua (Adam Blackburn/Casey Grice) dengan skor 2-0 (21-19, 21-18),

Meski demikian, kata Zul Dua Tim Putra Indonesia dipastikan lolos dalam enam belas besar yakni Putra Indonesia satu dan tiga sedangkan Tim Putri yang lolos ke 16 besar adalah Tim Putri Indonesia dua.

Sementara itu, Pelatih kepala Slamet Mulyanto mengatakan, meskipun perjuangan tim Indonesia cukup tinggi namun pihaknya tidak menargetkan sebagai juara karena turnamen itu hanyalah ajang uji coba bagi untuk mengukur calon-calon kekuatan lawan saat bertanding di Asian Games mendatang.

“Sasaran utama kami adalah ajang Asian Games di Guangzhou pada bulan Oktober mendatang. Namun meskipun begitu, kita akan tampil ngotot karena kita tampil di depan publik sendiri. Kita tidak akan mengecewakan para pendukung yang mendukung kita,” kata Slamet.

Indonesia pada ajang ini menurunkan tiga pasangan tim putra, yakni Koko Prasetyo/Andy Ardiansyah, Agung Santoso/Naci Subagya, dan Jonathan Bambang/Robertus yana. Jumlah yang sama juga diturunkan dari tim putri yakni Dhita Yuliana/ Ni Putu Dini, Riris Irawati/Fitri Wijayanti, dan Ayu Cahyaning Siam/Efa Sri susilowati. (gus).

PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk Putuskan Ekspansi ke Vietnam Mei 2010

JAKARTA - Perusahaan ritel berformat minimarket PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) sudah menyelesaikan studi kelayakan rencana ekspansi usahanya ke Vietnam tahun ini, hasil studi tersebut menyebutkan bahwa pembukaan gerai di Vietnam layak karena cukup prospektif dengan margin yang cukup tinggi, namun tingginya sewa properti menjadi hambatan sehingga perseroan baru akan memutuskan jadi atau tidaknya rencana itu pada Mei 2010.



Wakil Direktur Utama yang juga Sekretaris Perusahaan Alfamart Henryanto Komala menjelaskan, pihaknya baru saja menyelesaikan visibilities study atau studi kelayakan untuk pembukaan gerai di Vietnam .

“Kami baru putuskan apakah akan merealisasikan pembukaan gerai di Vietnam pada Mei nanti, namun dari hasil studi kelayakan menyebutkan ekspansi ke negara tersebut cukup layak,” katanya, Kamis (22/4).

Hasil studi kelayakan tersebut menyebutkan bahwa pembukaan gerai di Vietnam relative menguntungkan karena margin yang akan diterima cukup tinggi serta prospektif disebabkan belum banyak kompetitor.

Meski demikian, pihaknya belum memutuskan untuk merealisasikan rencana tersebut disebabkan masih ada beberapa kendala antara lain, pertama sewa properti yang cukup tinggi, yakni hampir tiga kali lipat lebih tinggi dibanding sewa properti di Jakarta . Kedua, kendala bahasa dan budaya yang menyebabkan perseroan membutuhkan waktu lama untuk menyesuaikan dengan kondisi di Vietnam . Ketiga, kendala regulasi yang masih sering berubah karena Vietnam baru membuka diri terhadap investasi asing yang menyebabkan risiko investasi menjadi lebih tinggi.

Menurut Henryanto, pihaknya baru akan mengambil keputusan jadi atau tidak untuk membuka gerai di Vietnam pada Mei mendatang.

Ditambahkan, jika rencana tersebut jadi dilakukan pihaknya sudah menyiapkan biaya investasi sekitar 20 juta dollar AS atau sekitar 200 miliar rupiah dengan kurs 10.000 rupiah per dollar AS yang berasal dari dana internal.

Untuk mengurangi biaya investasi, perseroan berencana mengandeng perusahaan lokal namun sampai saat ini belum didapat karena sulit mencari pengusaha lokal yang bisa menerima konsep yang ditawarkan.

“Jika mengandeng perusahaan lokal kami akan mendapat kesulitan dalam negosiasi akhir sebab masing masing pihak diperkirakan akan mempertahankan ide dan konsepnya, seperti dalam penjualan barang, konsep gerai dan lainnya” kata dia.

Sementara itu, hingga Maret 2010 perseroan telah membuka 200 gerai di seluruh Indonesia sehingga jumlah gerai yang dimiliki saat ini 3.600 gerai.

Bagi Dividen

Terkait dengan diperolehnya laba bersih 186,4 miliar rupiah di kinerja keuangan 2009 perseroan diperkirakan akan membagi dividen kepada pemegang saham, namun rencana itu baru akan diputuskan dalam RUPSLB pada Juli 2010.

“Tahun sebelumnya kami membagi dividend an mungkin untuk kinerja 2009 juga akan dibagikan tapi nanti baru diputuskan dalam RUPSLB,” katanya.

Perseroan membukukan laba bersih 2009 sebesar 186,4 miliar rupiah naik 40,4 persen dibanding 2008 yang 132,8 miliar rupiah. Peningkatan laba itu dipengaruhi oleh naiknya penjualan sebesar 27,7 persen dari 8,3 triliun rupiah di 2008 m enjadi 10,6 triliun rupiah di 2009.

Untuk tahun ini, kata Henryanto, pihaknya menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 25 persen dibanding perkiraan realisasi 2009.

Untuk mengejar target tersebut perseoan melakukan beberapa langkah antar lain, menerapkan strategi lebih akrab dengan lingkungan untuk itu perseroan akan mengembangkan pemilik toko yang ada di lingkungan sekitar perusahaan caranya dengan memberi pelatihan entrepreneurship dan bertindak sebagai distributor bagi toko toko kecil yang ada di sekitar perusahaan.

Strategi lainnya adalah mengembangkan efisiensi caranya dengan menghembat penggunaan energi dan menerapkan teknologi dalam layanan pada konsumen.

Kepala Riset Asia Financial Network (AFN) Rowena Suryobroto mengatakan, bisnis ritel di dalam negeri pada tahun ini akan tumbuh lebih baik dibanding 2009 ditunjang oleh meningkatnya pendapatan masyarakat.

“Semua hal yang menopang pendapatan masyarakat pada tahun ini sudah lebih baik dibanding 2009,” katanya. Selain itu, adanya proyeksi pertumbuhan ekonomi yang 5,5 persen serta naiknya produksi sejumlah komoditas juga akan memicu maraknya industri ritel.

Oleh sebab itu, menurut Rowena, Alfamart mestinya lebih agresif melakukan penetrasi di pasar domestik karena sampai saat ini keberadaan Alfamart masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, padahal potensi pasar di Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi cukup besar.

Meski demikian, untuk jangka panjang langkah ekspansi ke luar negeri tersebut cukup positif untuk mengetahui lebih awal kondisi pasar yang ada. Namun, jika rencana ekspansi ke luar negeri tetap dilakukan, beberapa hal yang harus diperhatikan managemen Alfamart adalah faktor risiko bisnis karena kondisi investasi, kondisi pasar dan selera konsumen di Vietnam berbeda dengan Indonesia . Oleh karena itu, dibutuhkan kajian yang mendalam sebelum rencana itu direalisasikan. (gus).

Indonesia Turunkan Enam Tim di The 1st Batam Open Asia-Pacific Beach Volleyball Championship

BATAM – Indonesia menurunkan enam tim masing masing tiga putra dan tiga putrid dalam kejuaraan lomba bola voli pantai se Asia Pasifik yang pertama di Batam. Turnamen itu diikuti 13 negara yang berlangsung selama empat hari dari 21-24 April 2010 di Turi Beach Resort Batam.




Ketua bidang registrasi Atlet Asia Pasifik Volley Beach, Ahmad mengatakan, Turnamen internasional yang baru pertama kali di gelar tersebut diikuti 13 negara antara lain, New Zealand, Australia, Khazakstan, Iran, Oman, Thailand, Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, Jepang, Hongkong dan tuan rumah Indonesia. Masing masing negara rata rata mengirim satu tim putra satu tim putri, namun ada juga yang menerjunkan dua tim putra dan dua tim putri.

Panitia bersama manajemen Turi Beach Hotel and Resort telah membangun tiga unit lapangan voli pantai berstandar internasional yang berada di atas bukit dengan pemandangan laut yang indah. Selain lapangan, juga telah dibangun tribun penonton.

Dikatakan, babak penyisihan turnamen akan dimulai 21 April sampai 22 April. Sedangkan babak semi final dilangsungkan 23 April dan babak final dilangsungkan 24 April.

Turnamen itu akan dilakukan dengan sistem setengah kompetisi namun ketika berada dalam 16 besar akan dijadikan pertandingan dengan sistem gugur. Perhelatan akbar ini, katanya, terlaksananya atas kerja sama antara PBVSI, Pemko Batam dengan Turi Beach Resort. Total hadian yang diperebutkan dalam turnamen itu sebesar 300 juta rupiah.

Sementara itu, Indonesia dalam turnamen tersebut mengirim enam tim dalam turnamen itu, masing masing tiga tim putra dan tiga tim putri

"Tiga tim putra dan tiga tim putri bakal bertanding mewakili Indonesia melawan tim unggulan dari negara luar. Ketiga tim tersebut merupakan utusan untuk merebut gelar juara yang akan membawa nama bangsa kita. Untuk tim Putra Indoesia mengunggulkan pasangan Koko-Andi yang berpeluang meraih hasil terbaik," kata Presiden Direktur Turi Beach Resort, Joko Purnomo.

Pihaknya sendiri mendukung penuh diadakannya even besar tersebut karena kegiatan itu juga akan mempromosikan wisata Indonesia . (gus).





Impor Gula Putih Tak Ampuh Stabilkan Harga

BATAM – Langkah pemerintah Kota Batam yang mengimpor gula putih 3000 ton pada bulan ini untuk menstabilkan harga gula ternyata tidak mampu membendung lonjakan harga di pasaran. Harga gula putih di Batam justru melambung hingga 41 persen menjadi 15.500 rupiah per kilogram dari sebelumnya 11.000-11.500 rupiah per kilogram.



Harga gula putih di pasar tradisional Batam sejak beberapa pekan terakhir mengalami peningkatan sekitar 41 persen. Di pasar Sei Jodoh, pasar Bengkong, dan pasar Sei Harapan harga gula di tingkat pedagang pengecer dijual rata rata 15.500 per kg. Harga tersebut lebih tinggi dari sebelumnya yang hanya 11.500 per kg.

Seorang pedagang di Pasar Sei Jodoh, Ahun mengatakan peningkatan harga gula putih tersebut sudah mulai terasa sejak satu bulan lalu, itu disebabkan naiknya harga di tingkat distributor sehingga pihaknya juga harus menaikan harga ditingkat konsumen.

Peningkatan harga gula putih juga kata dia disebabkan pasokan dari distributor sangat terbatas.

“Sejak beberapa pecan ini kami dibatasi oleh distributor untuk membeli gula, alasannya tidak dijelaskan,” katanya, Rabu (21/4).

Oleh karena itu, pihaknya terpaksa menaikan harga sebab permintaan dari pembeli cukup tinggi sedangkan persediaannya terbatas.

Menurut Ahun, pihaknya sudah minta kepada distributor untuk meningkatkan pasokan namun tidak disetujui dengan alasan pasokan gula dari luar negeri minim.

Kondisi yang sama juga terjadi di pasar Sei Harapan, kecamatan Sekupang, Batam. Harga gula di tingkat pedagang pengecer dijual bervariasi antara 13.000 rupiah sampai 15.500 rupiah per Kg.

Menurut salah seorang pedagang, Rahmat, pihaknya terpaksa menaikan harga gula karena hampir seluruh pedagang juga menaikan harga, selain itu keterbatasan pasokan juga menjadi alasan peningkatan harga gula tersebut.

Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Kota Batam Ahmad Hijazy mengatakan dia belum mengetahui soal peningkatan harga gula putih tersebut, namun pihaknya segera mengecek kelapangan.

“Kami tidak tahu mengapa gula naik. Nanti akan kami lakukan lagi inspeksi mendadak, padahal sebelumnya harga gula putih relative stabil di kisaran 10.500 sampai 11.000 rupiah per Kg,” kata dia.

Menurut Hijazi, harga gula putih seharusnya turun bukan naik, karena pemerintah melalui perusahaan swasta telah melakukan impor gula putih hingga 3000 ton. Namun demikian pihaknya segera melakukan koordinasi dengan petugas Kadisperindag Kota Batam yang ada di lapangan untuk melakukan pemantauan secara intensif.

Ketua bidang sarana dan prasarana Badan Pengusahaan Kawasan FTZ Batam I Wayan Wibawa, yang bertanggung jawab terhadap masalah kenaikan harga gula di Batam, ketika dikonfirmasi mengatakan tidak mengetahui persoalan di lapangan mengapa harga gula melonjak naik.

Meski demikian, Wayan sependapat dengan Hijazi bahwa harga gula putih mustirnya turun karena pemerintah telah mengimpor sekitar 3.000 ton gula putih yang tujuannya untuk menstabilkan harga gula tersebut.

Ketua Bidang Investasi dan Promosi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kepri Sampe Siburian mendesak pemerintah untuk segera menstabilkan harga gula yang sedang melonjak saat ini. Menurut dia, pemerintah tidak konsisten dengan janjinya yang akan mengendalikan harga gula paska impor namun nyatanya ketika impor sudah dilakukan harga gula tidak turun tapi malah naik.

Sementara itu, aktivitas bongkar muat gula putih oleh PT Batam Harta Mandiri (BHM) yang merupakan importir gula putih terbesar di Batam terus terjadi. Perusahaan itu diduga melakukan praktik monopoli perdagangan gula di Batam sehingga menyebabkan harga gula terus melambung. Manager PT Batam Harta Mandiri, Suryani ketika dikonfirmasi tidak berada di tempat. (gus).

PT Ratu Prabu Energy Tbk Cari Dana USD33 Juta

JAKARTA - Perusahaan properti dan energi, PT Ratu Prabu Energy Tbk sedang mencari dana sekitar 33 juta dollar AS atau sekitar 330 miliar rupiah dengan kurs 10.000 rupiah perdollar untuk pengembangan bisnis minyak dan gas dari tahun ini hingga 2011. Itu dilakukan untuk meningkatkan pendapatan seiring membaiknya harga Minyak dan Gas dan tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar 30 persen.



Direktur Ratu Prabu, Gemilang Zaharin mengatakan, kinerja 2009 mengalami tekanan akibat krisis keuangan global sehingga perusahaan mengalami rugi cukup besar, namun pada tahun ini diperkirakan kinerja penjualan akan meningkat dan itu terlihat dari pendapatan di kuartal satu 2010 yang terlihat positif, sayangnya dia belum bisa menyebut nilainya.

“Di lokasi tambang Jati Barang Cirebon tak sengaja ditemukan minyak padahal awalnya kami berpikir hanya terdapat gas, jumlahnya juga cukup besar 600 barel perhari sehingga kinerja tahun ini dipastikan lebih baik disbanding 2009, kami perkirakan tumbuh 30 persen,” katanya, Selasa (20/4).

Pendapatan yang positif tersebut kata dia dipengaruhi oleh ditemukannya sumber minyak di lading Jati Barang Cirebon yang tidak diduga sebelumnya.

Di ladang Migas tersebut, perseroan sebelumnya hanya memperkirakan terdapat gas dan kondesat, namuan ketika dilakukan kegiatan eksplorasi ditemukan minyak dengan volume cukup besar yakni 600 barel per hari.

Dengan ditemukanya minyak tersebut, perseroaan melakukan revisi kontrak dengan Pertamina yang awalnya hanya menjual gas dan kondesat namun ditambah dengan penjualan minyak. Untuk itu Pertamina telah mengelurakan sertifikat baru untuk penjualan minyak dan Pertamina juga telah membangun tangki penampungan minyak di daerah tersebut.

Kontrak dengan Pertaminta itu, kata Gemilang berlangsung dari Desember 2009 hingga 2011. Dalam kontrak itu, perseroan akan menjual Gas sebaganyak 4 juta sampai 5 juta kaki kubik perhari dan kondesat sebesar 100 barel perhari dan ditambah dengan Minyak 600 barel perhari. Nilai kontraknya cukup besar namun belum bisa disebutkan.

Menurut Gemilang, dengan ditemukannya sumber minyak tersebut, kinerja perusahaan tahun ini diperkirakan lebih baik disbanding tahun 2009, dan perseroan memperkirakan pendapatannya tumbuh sekitar 30 persen.

Perseroan kata dia akan terus melakukan ekspansi usaha dalam bisnis energi, untuk itu dibutuhkan belanja modal sekitar 33 juta dollar AS atau sekitar 330 miliar rupiah untuk penggunaan tahun ini hingga 2011. Dana itu nantinya akan digunakan untuk akuisisi pertambangan migas dan lainnya.

Untuk mendapatkan dana belanja modal itu, kata Gemilang pihaknya akan mencari lewat pasar dan pinjaman bank. Perseroan berencana melakukan penerbitan obligasi dan rights issue, namun jadwalnya belum bisa dipastikan sedangkan pinjaman bank menurut dia sudah ada beberapa bank yang menawarkan pinjaman namun belum disetujui pemegang saham menyusul besarnya pinjaman bank yang dimiliki perseroan saat ini.

Selain fokus pada pengembangan bisnis energy, kata Gemilang perseroan juga sedang menyusun strategi pemisahan bisnis energi dan property. Untuk itu perseroan berencana menyerahkan bisnis property kepada anak usahanya yakni PT Ratu Prabu Properti yang juga akan Go Publik, namun waktunya belum ditentukan.

Kepala Riset Asia Financial Network (AFN) Rowena Suryobroto mengatakan, sektor property saat ini relatif tumbuh baik, menyusul langkah Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate dan diikuti oleh bank dengan menurunkan suku bunga bank. (gus)

PT Sierad Produce Tbk Diperkirakan Tidak Bagi Dividen Meski Laba Meningkat

JAKARTA - Perusahaan ternak PT Sierad Produce Tbk diperkirakan tidak akan membagi dividen untuk tahun buku 2009, meskipun laba bersih 2009 naik 37 persen karena menjadi 37 miliar rupiah disbanding 2008 karena perusahaan itu baru menyelesaikan proses kuasi organisasi untuk menghilangkan defisit saldo akibat rugi kurs yang terjadi pada 1998.



Sekretaris Perusahaan Sierad Produce Elies Lestari Setiawan mengatakan, kinerja pada 2009 cukup positif dengan nilai penjualan 3,241 triliun rupiah naik hingga 89,24 persen dibanding 2008 yang 1,7 triliun rupiah. Sedangkan laba bersih naik 37 persen menjadi 37 miliar rupiah dari 27 miliar rupiah di 2008.

“Meski laba kami meningkat pada 2009, namun diperkirakn tidak akan bagi dividen karena baru saja menyelesaikan proses kuasi organisasi,” katanya, Senin (19/4).

Meski demikian, kata Elies pihaknya diperkirakan tidak akan membagi dividen kepada pemegang saham karena perseroan baru saja menyelesaikan proses kuasi organisasi untuk menutup difisit saldo akibat kerugian kurs yang terjadi pada 1998.

Menurut Elies, pihaknya baru saja menyelesaikan kuasi organisasi, itu perlu dilakukan karena hingga Juni 2009, neraca perseroan masih terdapat saldo defisit 2,3 triliun rupiah.

Saldo Defisit itu terjadi karena pada 1998 saat krisis ekonomi di Indonesia , perseroan memiliki utang 313 juta dollar AS. Hutang itu dilakukan karena prediksi ekonomi nasional sebelumnya sangat positif sehingga perseroan berutang untuk membiayai sejumlah rencana ekspansi usaha dalam rangka membangun industri ternak terbesar di Asia Tenggara.

Namun, ketika krisis terjadi utang tersebut tidak bisa dibayar karena terdapat selisih kurs yang sangat tinggi. Pada saat utang dilakukan, kurs rupiah yang dipakai sekitar 2.500 rupiah per dollar AS, ketika krisis rupiah mencapai 15.000 sampai 20.000 rupiah per dollar AS.

“Saldo Defisit semata mata disebabkan rugi selisih kurs bukan rugi operasional,” katanya. Akibatnya management tidak dapat melakukan langkah apapun untuk pengembangan perusahaan.

Untuk membayar utang tersebut, kata Elies perseroan malakukan beberapa langkah, pertama menilai kembali seluruh asset tetap dan asset lancar dari sini diperoleh nilai 108 miliar rupiah, selanjutnya diperoleh dari agio sekitar 237 miliar rupiah.

Jumlah itu kata dia masih belum menutupi saldo deficit yang mencapai 2,3 triliun rupiah sehingga perseroan melalui persetujuan pemegang saham saat RUPSLB (22/12), mengambil langkah untuk menurunkan nilai nominal saham.

Untuk saham seri A yang harganya 5.000 rupiah per lembar dirubah menjadi 395 rupiah, sedangkan seri B yang harganya 3.000 rupiah menjadi 395 rupiah dan seri C harga tetap menjadi 100 rupiah per lembar.

“Dengan demikian, harga saham kami saat ini hanya terdiri dari dua harga yakni 395 rupiah dan 100 rupiah,” katanya.

Perubahan nilai nominal saham itu, katanya tidak akan mempengaruhi kewenanganan pemegang saham karena jumlah saham yang dimiliki tidak berubah. Meski demikian, jumlah modal disetor perseroan berubah menjadi 1,15 tirliun rupiah dari 3,18 triliun rupiah.

Akibat dari penurunan nilai saham tersebut atau efek dari kuasi itu akhirnya menyebabkan perusahaan mendapat dana sekitar 2,0 triliun rupiah, sehingga saldo deficit bisa ditutup.

Dengan demikian, kata Elies, pada laporan keuangan tahun depan sudah tidak ada lagi saldo defisit.

Dengan tidak adanya lagi saldo defisit dalam neraca keuangan tersebut, kata Elies pihaknya akan semakin ekspansif tahun ini, dan laba bersih yang diterima pada 2009 diperkirakan akan digunakan untuk pengembangan dan modal kerja sehingga dividen belum akan dibagikan pada pemegang saham.

Perseroan akan melanjutkan rencana bisnis pengadaaan bahan baku jagung yang sempat tertunda pada 2008 lalu, seiring dengan telah diterimanya fasilitas kredit dari Bank Syariah Mandiri sejumlah 40 miliar rupiah, dengan demikian perseroan optimistis kinerjanya tahun ini lebih baik dibanding 2009.

Analis BNI Securities Alfatih mengatakan, dalam kondisi pasar yang sedang goncang saat ini, emiten dituntut untuk melakukan efisiensi, oleh sebab itu langkah yang dilakukan Sierad dengan ekspansi ke perkebunan jagung untuk ekspansi usaha diperkirakan dapat meningkatkan kinerja perusahaan itu.

Namun, mencermati kinerja saham perseroan saat ini yang tidak likuid, menyebabkan aksi itu diperkirakan tidak sanggup mengangkat kinerja sahammya. Menurutnya, investor masih menunggu aksi korporasi yang lebih ampuh untuk mengangkat sahamnya. Dari fundamental perseroan, katanya, secara umum Sierad Produce Tbk relatif baik yang ditandai dengan peningkatan penjualan. (gus).



Tak Salah Belajar dari Singapura

….Singapura atau yang dulu dikenal dengan nama Tumasik adalah negara kota yang sangat terbatas lahannya atau hampir sama dengan luas Pulau Batam. Sistem transportasi public di kota ini bisa di katakan cukup canggih karena hampir semuanya serba on line dan digital, alhasil pengguna jasa transportasipun merasa nyaman bila menggunakan jasa transportasi umum disana, beda dengan Jakarta yang untuk naik kereta api dari Jakarta Kota ke Bogor saja khususnya kelas ekonomi sudah bisa dibayangkan kalau pergi baju rapi maka sampai ditujuan baju sudah berantakan, belum lagi dompet bisa saja raup.



Mungkin karena jumlah penduduk Singapura sedikit yakni sekitar 3 juta jiwa dan kebanyakan pendatang (kaum urban), maka warga Singapura lebih mudah diatur ketimbang masyarakat Indonesia yang heterogen dan jumlahnyapun yang keempat terbesar di dunia hampir 300 juta jiwa.

Namun, bukan berarti sistem transportasi dan layanan publik harus di sepelekan, karena masyarakat bayar pajak untuk pembangunan sehingga sangat wajar bila layanan dan fasilitas umumpun harus tersedia dengan nyaman.

Jika mau berkaca dari sistem transportasi di Singapura, mungkin sebagai warga negara Indonesia kita malu karena negara kecil yang jaraknya hanya 40 menit dari Batam dan penduduknya pun juga banyak orang Indonesia ternyata memiliki public transport yang cukup canggih.

Misalnya dari sistem angkutan kereta api, di negara ini jika mau naik kereta api bawah tanah atau yang dikenal dengan MRT (Mass Rapid Transit) atau transportasi cepat masal, layanannya cukup canggih. Pertama, pengguna jasa ini cukup membeli kartu chip (mirip dengan kartu kalau mau beli tiket busway) yang isinya bisa disesuaikan dengan keinginan, artinya bisa di isi 50 ribu rupiah atau 100 ribu rupiah atau lainnya.

Dengan kartu chip tersebut, pengguna jasa MRT di Singapura bisa dengan leluasa bepergian kemanapun di Singapura asal isi kartunya cukup untuk melakukan perjalanan tersebut.

Untuk masuk ke dalam terminal kereta api tersebut, pengguna jasa harus melewati lorong magnetic yang harus salah satu bagiannya harus disentuh dengan kartu itu agar pintunya terbuka dan tidak ada penjaga sepertihalnya kalau kita mau naik Busway di Jakarta, karena semuanya serba elektronik.

Sampai di terminal kereta api itu, pengguna jasa bisa menunggu kereta di tempat yang sangat nyaman dan bersih, beda dengan kondisi terminal kereta api di Jakarta yang sangat kotor dan penuh dengan hiruk pikuk pedagang kaki lima . Oh ya tempat penungguan kereta api di Singapura juga merupakan ruangan yang ber AC.

Ketika kereta api datang, pengguna jasa bisa masuk dan bisa duduk di tempat yang sangat nyaman, di kereta api juga ada TV nya sehingga bisa nonton siaran TV Singapura. Di setiap pintu kereta api diatasnya terdapat peta tujuan kereta sehingga pengguna jasa ini bisa bersiap siap ketika akan tiba di halte atau terminal yang dituju, namun untuk mengingatkan pengguna jasa ini juga pihak kereta menyediakan pengeras suara yang akan berbunyi menyebutkan tempat perhentian, misalnya jika ingin berhenti di Chines Town maka pengeras suara akan berbunyi yang bahasa Indonesianya “ Tempat perhentian selanjutnya Chiness Town”.

Jika sudah sampai di tujuan, dan ingin melanjutkan dengan bus bila ingin berkeliling Singpura, maka pengunjung juga bisa menggunakan kartu Chip itu untuk naik bus tanpa harus membeli tiket lagi atau membayar ongkos ke kernet sepertihalnya bus yang ada di Jakarta.

Naik Bus di Singapura juga cukup tertib, Bus disana sepertihalnya Bus di Jakarta terdapat dua pintu, pintu bagian belakang untuk penumpang naik sedangkan pintu bagian depan untuk penumpang turun sehingga penumpang bisa naik dan turun dengan tertib, beda dengan Jakarta dimana penumpang bisa bebas naik turun di pintu manapun sehingga sering terjadi desak desakan, bahkan tak jarang terjadi kecelakaan.

Mestinya, sistem transportasi publik di Indonesia bisa diciptakan seperti yang ada di Singapura karena secara teknologi dan SDM cukup tersedia. Namun sayangnya, untuk membangun Monorail di Jakartapun sampai hari ini masih tidak jelas. (agus salim).


Membangun Jalan di Atas Air

Membangun sistem transportasi yang tepat di daerah kepulauan bukanlah perkara gampang karena tingginya investasi untuk membangun pelabuhan dan membeli kapal. Oleh sebab itu berbagai cara dilakukan untuk menemukan strategi yang tepat dengan ongkos yang rendah dan salah satunya adalah membangun jembatan antar pulau, seperti yang sudah dilakukan di Batam.



Sebagai daerah industri, Otoritas Batam yang menguasai pengelolaan beberapa pulau di sekitar Batam butuh kawasan pengembangan baru untuk ditawarkan pada investor, untuk itu berbagai sarana sudah harus dibangun sebagai pemancing kepada investor dan itu pula yang menggerakan BJ Habibie yang kala itu menjabat sebagai Ketua Otorita Batam membangun enam jembatan antar pulau yang dikenal dengan jembatan Barelang.

Keberadaan jembatan Barelang, praktis membuat perjalanan atau transportasi menjadi lebih efisien karena masyarakat maupun investor tidak perlu menggunakan perahu atau kapal untuk bepergian dari satu pulau ke pulau lainnya di sekitar Batam.

Jembatan Barelang (Batam-Rempang-Galang) berjarak sekitar 20 km dari pusat kota yang panjang totalnya sekitar 2 kilo meter menghubungkan beberapa pulau dan terdiri dari enam jembatan.

Seluruh jembatan yang dibangun dengan nilai investasi sekitar 400 miliar kala itu, selesai dibangun seluruhnya pada tahun 1992, dan memiliki nama yang diambil dari nama raja-raja yang dulunya berkuasa di Melayu-Riau (abad 15-18).

Keenam jembatan tersebut adalah, Jembatan Tengku Fisabilillah yang menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Tonton dan memiliki panjang, lebar dan tinggi 642 x 350 x 38 meter. Jembatan ini sering disebut sebagai Golden Gatenya San Fransisco di Batam lantaran cable stay nya menjuntai megah seperti jembatan di San Fransisco Amerika Serikat.

Jembatan kedua adalah Jembatan Narasinga yang menghubungkan Pulau Tonton dengan Pulau Nipah berbentuk lurus tanpa lengkungan dan memiliki panjang lebar tinggi 420 x 160 x 15 meter. Ketiga, Jembatan Ali Haji yang menghubungkan Pulau Nipah dengan Pulau Setokok dan memiliki panjang lebar tinggi 270 x 45 x 15 meter.

Keempat, Jembatan Sultan Zainal Abidin yang menghubungkan Pulau Setokok dengan Pualu Rempang dan memiliki panjang lebar tinggi 365 x 145 x 16.5 meter, lalu ke lima Jembatan Tuanku Tambusai yang menghubungkan Pulau Rempang dengan Pulau Galang dan memiliki panjang lebar tinggi 385 x 245 x 31 meter dan terakhir Jembatan Raja Kecil yang menghubungkan Pulau Galang dengan Pulau Galang Baru dan memiliki panjang lebar tinggi 180 x 45 x 9.5 meter.

Pemerintah Provinsi Kepri juga berencana membangun jembatan antar pulau lainnya yang lebih panjang yakni Jembatan Batam- Bintan yang jaraknya lebih jauh dibanding Jembatan Barelang yakni 6,97 Kilo Meter. Jembatan ini nantinya akan menghubungkan beberapa pulau yakni Pulau Batam, Pulau Tanjung Sauh, Pulau Buau, dan Pulau Bintan.

Informasi dari Bappenas menyebutkan pembangunanjembatan Batam-Bintan memiliki arti strategis dalam pemerataan pembangunan ekonomi di Provinsi Kepri sekaligus sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

Pasalnya, selama periode 2004-2008 perekonomian Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tumbuh pesat, Setiap tahun perekonomian tumbuh di atas 6 persen, yang berarti selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor industri dan perdagangan menyumbang Product Domestic Regional Bruto (PDRB) terbesar yakni 45,44 persen dan 20,58 persen.

Namun pertumbuhan industri yang pesat tersebut masih terpusat di Pulau Batam yang memiliki kawasan industri strategis dan peragangan bebas. Mencermati kondisi ini, perencanaan pengembangan industri di Pulau Batam diarahkan ke Pulau Bintan. Berikutnya, untuk meningkatkan daya saing Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan, dan Karimun (BBK), Pemerintah Provinsi Kepri akan membangun jembatan Batam-Bintan.

Gubernur Kepri, Ismeth Abdullah pernah menyatakan sudah ada empat investor asing yang tertarik membangun jembatan tol yang menyatukan Kota Batam dengan Kabupaten Bintan.

"Dua investor berasal dari Malaysia , dan dua lagi berasal dari China dan Singapura," katanya. Adapun nilai investasi untuk membangun jembatan tersebut ditaksir sekitar 4 triliun rupiah.

Pembangunan jembatan Batam-Bintan nantinya diharapkan bisa mempercepat mobilisasi penduduk di Kepri dan mempercepat proses pemeraan pembangunan. Pasalnya, saat ini banyak penduduk dari Pulau Bintan yang bekerja di Batam begitupun sebaliknya, setiap hari mereka harus mengeluarkan biaya cukup tinggi untuk biaya perjalanan karena ongkos naik kapal lebih tinggi bila dibanding dengan ongkos naik bus. (gus).


Transportasi di Negeri Seribu Pulau

……..Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terdiri dari lebih 2.400 pulau, bisa jadi daerah ini menjadi maket kecil Indonesia yang juga terdiri dari ribuan pulau. Jadi.. bisa dibayangkan bagaimana sulitnya membuat sistem transportasi yang tepat dan efisien di negeri dengan seribu pulau yang juga dikenal sebagai negeri Gurindam 12.



Gubernur Kepri Ismeth Abdullah pernah mengatakan, dengan kondisi geografis Provinsi Kepri yang terdiri dari pulau-pulau, menyebabkan fasilitas transportasi sangat dibutuhkan untuk menghubungkan antara pulau yang satu dengan pulau yang lain.

’’Provinsi Kepri ini merupakan daerah yang terdiri dari pulau-pulau. Jadi yang paling dibutuhkan itu adalah sarana transportasi laut berupa kapal. Kalau jalan raya di darat tidak begitu persoalan," katanya.

Keluhan Ismeth Abdullah tersebut cukup beralasan, karena bila pengadaan kapal sebagai sarana transportasi public harus dibebankan seluruhnya ke Pemerintah Daerah agaknya terlalu berat karena keterbatasan anggaran, sebab untuk membeli satu kapal penumpang dibutuhkan biaya besar, beda bila disbanding dengan membeli satu unit mobil penumpang.

Sebagai gambaran, untuk membeli mobil bus AC berkapasitas 60 penumpang harganya hanya sekitar 600 juta rupiah, maka harga kapal dengan kapasitas penumpang yang sama sekitar 4 miliar rupiah. Selain itu, ongkos perawatan kapal tidak sama dengan mobil bus, biaya perawatan kapal tentunya lebih mahal.

Namun, meskipun mahal keberadaan kapal sebagai sarana transportasi harus tersedia karena memang kondisi geografis Kepri menuntut adanya fasilitas tersebut.

Bagi masyarakat Kepri, transportasi laut antar pulau sangatlah penting. Tidak saja memperlancar arus transportasi laut, tetapi juga menjadi alat transportasi untuk pergi mengajar.

Kalau dikota lain Indonesia sarana transportasi antar kota dan kabupaten menggunakan mobil atau bus, maka di Provinsi Kepri hampir bisa dikatakan tidak ada bus sebagai sarana transportasi antar kota dan kabupaten sehingga bila berjalan jalan ke daerah ini tidak akan pernah dijumpai terminal bus antar kota sepertihalnya di kota lain.

Sistem transportasi antar kota dan kabupaten di Provinsi Kepri terdiri dari Perahu motor kecil (pompong) yang banyak digunakan oleh masyarakat di kawasan pesisir (hinterland) untuk melakukan aktivitas kesehariannya.

Kemudian, Kapal ferry (MV) yang merupakan transportasi utama antar kota untuk tujuan Tanjungpinang - Batam - Karimun – Lingga. Selain itu juga ada SpeadBoat yakni transportasi boat cepat yang biasa digunakan masyarakat untuk tujuan Tanjungpinang - Lobam – Batam. Lalu ada KM. Perintis yang merupakan salah satu transportasi laut menuju ke dan dari Kabupaten Natuna.

Dengan sistem transportasi kapal tersebut berarti keberadaan pelabuhan sebagai terminal antar kota mutlak dibutuhkan dan hampir disetiap pulau dalam Provinsi Kepri terdapat pelabuhan meskipun banyak pelabuhan dikelola secara terbatas.

Jumlah Pelabuhan di Provinsi Kepulauan Riau

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Kepri, Suhajar Diantoro mengatakan, untuk membangun sistem transportasi yang handal di Kepri tidak hanya sekedar dibutuhkan infrastruktur pelabuhan dan kapal sebagai alat trasnportasi, namun juga dibutuhkan aksesibilitas jaringan transportasi kepulauan.

Artinya, dibutuhkan anggaran yang besar untuk membangun terminal laut disetiap pulau, dan saat ini hanya pulau besar seperti Batam, Bintan, Karimun, Lingga dan Natuna yang memiliki terminal atau pelabuhan laut yang refresentatif, dan di pulau lainnya belum tersedia, padahal Kepri terdiri dari 2.400 pulau0.

Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Kepri berencana membangun simpul transportasi seperti terminal, bandara dan pelabuhan serta pengembangan rute-rute pelayanan moda transportasi publik yang akan menjangkau seluruh wilayah kepulauan. Itu perlu dilakukan untuk menciptakan pemerataan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah yang sangat luas dan terpisah oleh laut ini.

Rencana pembangunan simpul transportasi itu, kata Suhajar akan ditunangkan dalam bentuk peraturan daerah yang implementasinya ada di Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Dengan dituangkanya peraturan itu kedalam RTRW nantinya diharapkan peran pemerintah provinsi lebih besar dalam pembangunan sistem transportasi laut di Kepri sehingga lebih fokus pada kegiatan dan anggaran.

Selama ini, pengadaan transportasi laut di Provinsi Kepulauan Riau banyak dikelola pengusaha swasta untuk mengangkut penumpang bolak-balik antar-pulau. Tentunya pengelolaan jasa angkutan laut tersebut sangat terbatas, termasuk jarak tempuhnya hanya sekitar pulau pulau terdekat yang tidak mempunyai resiko tinggi di laut.

Padahal dengan keberadaan masyarakat yang tersebar di banyak pulau, dibutuhkan sarana transportasi kapal yang lebih banyak, namun pihak swasta tidak bisa mengadakannya karena risiko kecelakaan dan mahalnya biaya pembelian kapal. Oleh sebab itu, Pemerintah Daerah harus mengambil alih dan menyediakan anggaran cukup besar untuk mengadakan kapal agar masyarakat yang tinggal di pulau terpencil bisa juga melakukan interaksi dengan warga di pulau lainnya sehingga pemerataan ekonomi bisa dilakukan. (gus).

Pemerintah Kabupaten Bintan Tolak Kerjasama Perikanan dengan Thailand

BATAM – Pemerintah Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menolak menandatangani perjanjian kerjasama pemberian ijin bagi nelayan Thailand untuk menangkap ikan di perairan Bintan karena dikuatirkan dapat merugikan nelayan tradisional.




Bupati Bintan Ansar Ahmad mengatakan, Pemerintah RI berencana mengadakan kerjasama dengan Thailand untuk pengelolaan sumber daya laut di perairan Bintan. Kerjasama yang telah disusun dalam bentuk MoU (Memorandum of understanding) tersebut telah ditawarkan Pemerintah Kabupaten Bintan, namun ditolak oleh Pemkab Bintan karena dikuatirkan bisa merugikan nelayan tradisional.

Pasalnya, kata Ansar dalam MoU itu disebutkan bahwa nelayan Thailand akan diberi wewenang untuk mencari ikan di perairan Bintan, hal itu dikuatirkan bisa menekan pendapatan nelayan Bintan sebab kapal-kapal penangkap ikan Thailand akan dilengkapi dengan peralatan yang cangih. Sementara nelayan Indonesia banyak merupakan nelayan tradisonal dengan peralatan tangkap yang sederhana, sehingga dikuatirkan hasil tangkapan ikan nelayan Indonesia khususnya nelayan Bintan akan berkurang.

Terlebih selama ini, tanpa ijin resmi pun, sudah banyak nelayan dari Thailand yang mencuri ikan di perairan Bintan.

"Tidak diberikan izin saja nelayan Thailand dengan leluasa mencuri ikan di perairan Indonesia , dan tidak jarang juga mencuri ikan di periran Bintan. Apalagi diberikan izin tentunya kapal-kapal ikan Thailand dengan bebas mengambil sumber daya alam perairan Indonesia ," katanya.

Penolakan yang sama juga dilakukan oleh Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Bintan. Ketua HSNI Bintan, Baini mengatakan, nelayan Bintan sudah membuat penolakan atas kerjasama pengelolaan perikanan antara pemerintah Indonesia dan Thailand yang intinya tidak setuju dengan MoU tersebut.

Menurutnya, dari pengalaman yang sudah ada sebelumnya, Nelayan Thailand sering membuat gadung di laut dalam mencari ikan, dan kapan mereka juga dilengkapi dengan peralatan canggih sehingga hasil tangkapan nelayan tradisional menjadi berkurang. (gus).

Ribuan Ton Limbah B3 Ditemukan di Kawasan Industri Kabil Batam

BATAM - Komisi III DPRD kota Batam Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menemukan sekitar 15 ribu ton limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) diduga milik PT Master Indonesia di kawasan industri Kabil. Atas penemuan itu, DPRD akan mengadakan hearing pekan depan dengan pihak pihak yang bersangkutan.



Ketua Komisi III DPRD Kota Batam Jahuin Hutajulu mengatakan, pada akhir pekan lalu komisi III DPRD Kota Batam melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke kawasan industri kabil dan dari hasil Sidak itu ditemukan tumpukan limbah B3 yang diduga milik PT Master Indonesia (PT MI).

Limbah B3 yang ditemukan berjenis copersludge yang merupakan limbah minyak hitam bekas bahan bakar dan jenis garnet yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Atas temuan itu, DPRD Batam akan mengadakan hearing dengan pihak pihak yang bersangkutan.

“Kami menjadwalkan untuk hearing pekan depan, waktunya belum pasti untuk mempertanyakan kepada pihak pihak yang bersangkutan atas penemuan sekitar 15 ribu ton limbah B3 jenis copersludge dan sekitar 1000 ton garnet,” katanya.

Menurut Jahuin bila ditemukan adanya kelalaian dan factor kesengajaan dalam penumpukan limbah B3 tersebut, maka sesuai dengan Undang Undang Lingkungan maka pihak tersebut harus bertanggung jawab.

Jahuin mengku terkejut mengetahui adanya tumpukan limbah B3 secara terbuka dilokasi PT MI dengan kapasitas yang sangat banyak. Terlebih tumpukan limbah B3 itu berada dilokasi terbuka dan diletakan tanpa penutup sehingga dikuatirkan bisa mempercepat reaksi pencemaran ketika hujan atau panas.

“Sangat kami sesalkan sikap perusahaan yang tidak peduli dengan lingkungan,” katanya. Terlebih perusahaan yang memiliki limbah tersebut ternyata ijin pengelolaan limbahnya sudah habis masa berlakunya lebih dari tiga tahun.

Jahuin menilai hal itu merupakan pelanggaran yang disengaja dan untuk itu mendesak kepada pihak berwenang untuk segera mengambil tindakan, meskipun hearing belum dilakukan. (gus).

Perguruan Tinggi Batam Kerjasama dengan Perusahaan Malaysia

BATAM – Perusahaan asal Malaysia yang bergerak dalam bidang pelatihan dan pendidikan pengembangan sumber daya manusia industri minyak dan gas bekerjasama dengan Empat Perguruan Tinggi di Batam untuk pengembangan Sumber Daya Manusia yang professional di sektor Migas.



Kabag Humas Pemko Batam Yusfa Hendri mengatakan, Perusahaan asal Malaysia tersebut adalah Intelect Vast Consultant Sdn Bhd ( IVC’s) yang bekerjasama dengan empat perguruan tinggi di Batam yakni Universitas Internasional Batam (UIB), Politeknik Batam, Universitas Raja Ali Haji (Umrah) dan Universitas Batam (Uniba).

“Kerjasama perusahaan Malaysia dengan Perguruan Tinggi di Batam sangat penting untuk menciptakan tenaga kerja yang handal di bidang migas,” katanya.

Kerjasama dilakukan untuk pengembangan sumber daya manusia yang professional dibidang industri Minyak dan Gas (Migas). Itu dilakukan karena pertumbuhan industri Migas di Batam cukup pesat sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang terampil atau professional di sekor Migas.

Selain itu, kerjasama juga dimaksudkan untuk menarik Investor di sector Migas agar mau menanamkan modalnya di Batam karena sudah tersedia tenaga kerja yang terampil di industri tersebut.

Kerjasama akan dilakukan melalui pelatihan yang dilakukan perusahaan asal Malaysia tersebut selanjutnya peserta yang lulus akan mendapat sertifikat keahlian yang berlaku di banyak negara, sehingga peserta pelatihan tersebut nantinya bisa diterima kerja di perusahaan Migas di manapun. (gus).



Rabu, 21 April 2010

Grup Para Diminta Lakukan Uji Kelayakan Sebelum Akuisisi Saham Carrefour

BATAM – Perusahaan ritel pemilik gerai Carrefour, PT Alfa Retailindo Tbk minta kepada pemilik usaha Para Grup, Chairul Tanjung membuktikan keseriusannya untuk mengakuisisi saham perusahaan asal Canada (Carrefour) di Alfa dengan cara melakukan du diligence terlebih dahulu.




Sekretaris Perusahaan Alfa Retailindo, Ales Okta Pratama mengatakan seperti yang sudah dijelaskan ke Otoritas Bursa (Bapepam-LK) bahwa pihaknya sampai saat ini belum mendapat informasi dari pemegang saham utama yakni perusahaan asal Canada PT Carrefour Indonesia yang memiliki saham 79,89 persen tentang rencana divestasi sahamnya.

“Prinsipnya kami membuka diri untuk menerima investor manapun termasuk grup Para yang katanya akan membeli saham Carrefour, namun itu prosesnya tidak mudah karena bila mereka serius harus du diligence terlebih dahulu,” katanya, Kamis ( 15/4).

Oleh sebab itu, pernyataan pemilik Grup Para yaitu Chairul Tanjung beberapa hari lalu tentang rencana pembelian saham Carrefour di Alfa belum bisa dijelaskan.

Meski demikian, kata Okta pihaknya senantiasa terbuka untuk menerima investor baru yang akan mengendalikan perusahaan.

Menurut dia, ketertarikan Grup Para untuk membeli saham Alfa juga menunjukan bahwa kinerja perseroan cukup baik dan prospektif dalam jangka panjang.

Perseroan sampai saat ini memiliki 31 outlet yang tersebar di seluruh kota Indonesia dan jumlah itu akan bertambah seiring langkah perseroan yang akan menambah beberapa outlet lagi pada tahun ini, dua diantaranya akan didirikan di Pontianak dan Bali .

Menurut Okta, paska masuknya PT Carrefour Indonesia sejak 2008 setelah membeli saham Alfa sebanyak 75 persen dan ditambah lagi 4,89 persen pada saat tender offer sehingga jumlah saham PT Carrefour Indonesia menjadi 79,89 persen maka banyak sekali terjadi perubahan dari segi manajemen dan format gerai, karena format gerai yang ada menyesuaikan gerai Carrefour yang ada diseluruh dunia.

Meski demikian, kinerja penjualan dan laba belum mengembirakn, pada 2009, perseroan hanya membukukan penjualan 1,6 triliun rupiah lebih rendah disbanding 2008 yang 1,7 triliun rupiah.

Pada 2009 juga perseroan mengalami rugi bersih 75,9 miliar rupiah padahal di tahun 2008 perusahaan itu memperoleh laba bersih 16,3 miliar rupiah.

Okta mengatakan kerugian yang diterima pada 2009 dipicu oleh tingginya pembayaran provisi dan kewajiban fiskal tahun 2007 dan 2008 yang mencapai 41,1 miliar rupiah.

Untuk tahun 2010 ini, katanya perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan 10 persen.


Carrefour Bertahan


Sementara itu, manajemen PT Carrefour Indonesia sampai saat ini belum memberi penjelasan soal penawaran yang dilakukan Grup Para terhadap sahamnya di Alfa. Menurut Corporate Affairs Director PT Carrefour Indonesia Irawan D. Kadarman kepada Koran Jakarta dia belum mendapat informasi dari Direksi sehingga tidak dapat memberi keterangan.

Sebelumnya Irawan mengatakan PT Carrefour Indonesia tidak akan melepas 79,89 persen sahamnya di PT Alfa Retailindo Tbk kepada investor manapun meskipun Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah memutuskan perusahaan itu bersalah dan diduga melanggar praktik monopoli.

Dikatakan, KPPU melalui SK nomor 09/KPPU-L/2009 pada 3 Nopember 2009 lalu telah memutuskan perseroan bersalah dan diduga melanggar praktik monopoli dan persaingan usaha. Hal itu menurut Irawan keliru karena tuduhan yang disampaikan KPPU soal penguasaan pasar atau market share yang lebih 50 persen adalah tidak benar, faktanya perseroan hanya memiliki market share sekitar 17 persen.

“Berdasarkan riset AC Nielsen, market share kami saat ini hanya 17 persen, sehingga tuduhan KPPU itu dinilai keliru,” kata dia.

Menurut Irawan, keputusan dan sangsi yang diberikan KPPU dinilai akan mempengaruhi iklim investasi di Indonesia, karena keputusan divestasi saham bukanlah perkara gampang.

Perseroan sendiri memiliki 79,89 persen saham di PT Alfa Retailindo Tbk, sisanya dimiliki oleh PT Sigmantara Alfindo 20 persen dan 0,11 persen saham public.

Langkah Carrefour yang membeli saham Alfa pada 2008 lalu merupakan rencana bisnis yang telah ditetapkan perusahaan dalam rangka ekspansi usahanya di Indonesia . Bersamaan dengan itu, perseroan juga telah melakukan langkah perbaikan dan transfer teknologi ke Alfa yang menyebabkan penjualan terus meningkat.

Sebelumnya pimilik usaha Grup Para, Chairul Tanjung mengatakan telah mempersiapkan diri untuk mengakuisisi PT Alfa Retailindo Tbk (ALFA), yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh PT Carrefour Indonesia.

"Untuk Carrefour, doakan saja," kata dia. (gus).

Selasa, 13 April 2010

Pro Investasi atau Ekosistem

Pulau Batam hanya memiliki luas 41.500 hektare yang harus dibagi-bagi untuk kawasan industri, hutan lindung dan pemukiman. Seiring dengan geliat ekonomi sebagai dampak masuknya pemilik modal menyebabkan kawasan hutan lindung di daerah ini terdesak dan kian mengecil, dan itu terjadi hingga saat ini yang menuntut pemerintah pusat untuk mengambil sikap tegas apakah pro pada investasi atau pada ekosistem.




Gubenur Kepulauan Riau, Ismeth Abdullah mengatakan paska pemberlakuan status kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas pada April 2009 lalu, arus investasi ke Batam diperkirakan bakal melonjak.

Pada 2009 saja jumlah jumlah Penanaman Modal Asing (PMA) yang masuk di Provinsi Kepri dan mayoritas di Batam sebanyak 1.290 PMA dengan investasi 12 miliar dollar AS. Dari jumlah itu, yang masuk sebagai Foreign Direct Investment (FDI) sebanyak 92 proyek dengan total investasi 2,0 miliar dollar AS.

Sementara itu, jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap di kawasan FTZ BBK sebanyak 675 ribu orang, sedangkan di Provinsi Kepri secara keseluruhan mencapai 1,4 juta orang.

Tabel : Foreign Direct Investment
Foreign Investment
No Year Approval Realization
Number of Projects Total Investment (US$) Number of Projects

Total Investment (US$)
1 2005 99 192,86 40 150,19
2 2006 125 503,56 46 94,09
3 2007 115 10.274,32 28 50,54
4 2008 81 299,96 64 215,49

Untuk tahun 2010 ini nilai investasi yang ditargetkan di FTZ BBK sejumlah 5 miliar dollar AS, setara dengan 50 triliun rupiah dengan kurs 10.000 rupiah per dollar AS.
Pesatnya pertumbuhan investasi di Batam kian menuntut ketersediaan lahan, sehingga penyebarannya diperlukan hingga ke Pulau Rempang dan Galang.

Humas Otorita Batam Dwi Joko Wiwoho mengatakan lahan di Pulau Batam sudah habis dan pemerintah saat ini akan mendorong pengembangan investasi di Pulau Rempang dan Galang, namun terbentur dengan status lahan di dua pulau itu yang masih berstatus sebagai hutan lindung.

Minimnya keberadaan lahan komersil di Batam menyebabkan investor harus berebut mendapatkan jatah alokasi sehingga sering terjadi tumpang tindih status lahan yang ada dan malah kebijakan pemerintah daerah menyalahi aturan, dimana hutan lindung dialokasikan untuk kawasan komersil padahal belum mendapat persetujuan dari Departemen Kehutanan.

Kondisi itu menyebabkan luasan hutan lindung di Batam kian mengecil, Jika pada 2001, luas peruntukan kawasan hutan lindung di Kota Batam 15.982,06 hektar, maka pada 2004 menjadi hanya 8.797,51 ha, dan jumlah itu terus mengalami penyusutan.

Anggota DPRD Kota Batam Asmin Patros kepada Koran Jakarta mengatakan, polemik soal status lahan di Batam kian meresahkan masyarakat dan investor sehingga dikuatirkan investor tidak jadi merealisasikan investasinya.

Oleh karena itu, pemerintah mesti mengambil sikap tegas menyangkut soal lahan di Batam, karena ada masyarakat dan investor yang dirugikan.
Anggota DPR RI Harry Azhar Azis mengatakan, lembaga pemerintah yang mengalokasikan lahan kepada investor yang masih berstatus hutan lindung harus bertanggung jawab dan secara hukum bisa dipidanakan.

“Otorita Batam atau Badan Pertanahan Nasional yang telah mengalokasikan lahan kepada investor padahal lahan itu merupakan hutan lindung harus bertanggung jawab secara hukum dan bisa dipidanakan,” katanya.

Terkait dengan lahan di Batam juga, Harry mengatakan DPR telah meminta Menteri Keuangan untuk menjelaskan soal pajak tanah di Batam atau yang dikenal dengan Uang Wajib Tahunan Otorita Batam (UWTO).

Menurut dia, status lahan di Batam berbeda dengan daerah lain di Indonesia, lahan di Batam hanya memiliki hak sewa guna bukan hak pribadi, dan setiap orang atau investor yang memiliki lahan di Batam hanya memiliki hak penggunaan 30 tahun dan selama itu harus membayar UWTO yang besarannya tergantung dari lokasi.

Menurut Harry sejak Otorita Batam berdiri sampai saat ini, tidak ada penjelasan secara rinci tentang penggunaan serta jumlah UWTO tersebut sehingga pihaknya akan mempertanyakan dengan Menteri Keuangan tentang pajak tanh itu.

Kepala Pusat Informasi Departemen Kehutanan, Masyud mengatakan, tidak mudah bagi pemerintah (Departemen Kehutanan) mengalihfungsikan kawasan hutan lindung menjadi komersil.

Misalnya kasus yang terjadi di Batam dimana Otorita Batam telah mengalokasikan lahan kepada investor dimana lahan itu masih berstatus hutan lindung, maka Otorita Batam harus bertanggung jawab, dan Departemen Kehutanan sendiri tidak akan memutihkan lahan yang telah dikelola investor itu karena tidak ada aturannya.

Ketua Apindo Kepri, Ir Cahya mengatakan, kisruh tentang status lahan di Batam sudah memperkeruh iklim investasi di Batam dan sejumlah investor bahkan telah mulai ragu untuk menanamkan investasinya karena harus melalui proses yang lebih panjang, misalnya harus mempertanyakan kembali ke Departemen Kehutanan terkait status lahan, meskipun Otorita Batam telah mengalokasikannya, karena banyak kasus terjadi dimana Otorita Batam telah mengalokasikan lahan ke investor ternyata setelah dilakukan pembangunan lahan itu merupakan hutan lindung.

Oleh karena itu, Apindo Kepri akan menyurati Presiden terkait polemik status lahan di Batam karena bila hal itu berlarut larut akan menyebabkan penurunan investasi di Batam.

Menurut Cahya, pertumbuhan investasi di Batam yang sangat cepat membutuhkan ketersediaan lahan, sehingga pemerintah dituntut untuk mengambil sikap tegas apakah berpihak pada investasi atau lingkungan.

Lahan di Batam saat ini sudah habis dialokasikan untuk investor sehingga dibutuhkan penyebaran investasi ke Pulau Rempang dan Galang, namun masih belum jelasnya status lahan di dua pulau itu menyebabkan minat investor itu harus ditunda.

Padahal, Pemerintah sewaktu jaman Ketua Otorita Batam BJ Habibie telah membangun infrastruktur bernilai miliaran rupiah untuk membangun jembatan yang menghubungkan Pulau Batam, Rempang dan Galang dan investasi miliaran rupiah itu akhirnya tidak berarti apa apa, karena pulau tersebut tidak bisa dilakukan pembangunan. (gus).

Sektor Ritel Kian Prospektif

Penetrasi ritel nasional saat ini masih terbilang kecil yakni kurang dari 20 persen, dimana dari 1 juta penduduk hanya terdapat 52 ritel, sedangkan di Singapura 200 ritel, Korea Selatan 360 ritel, Taiwan 520 ritel dan Malaysia 165 ritel (Riset AC Nielsen). Itu menunjukan tingginya potensi pasar yang ada sehingga sektor ini dinilai prospektif.




Ketua Departemen Data dan Informasi Pasar Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey kepada Koran Jakarta mengatakan, industri ritel setiap tahun selalu mengalami pertumbuhan double digit, pada 2009 ketika ekonomi nasional dan global masih dibayang bayangi dampak krisis keuangan global, sector ritel justru mengalami pertumbuhan 10-15 persen dengan nilai transaksi sekitar 77 triliun rupiah, dan tahun 2010 ini diperkirakan tumbuh diatas 15 persen.

Menurut Roy beberapa faktor yang menyebabkan industri ritel tetap tumbuh antara lain, pertama potensi pasar yang cukup besar dengan jumlah penduduk lebih dari 240 juta jiwa sedangkan penetrasinya masih kecil yakni kurang dari 20 persen. Kedua tingkat pendapatan masyarakat yang terus mengalami pertumbuhan, ketiga gaya hidup masyarakat Indonesia yang cenderung hobi belanja.

Peluang itu menyebabkan investor asing dan dalam negeri terus menerus mengincar pasar Indonesia, dan baru baru ini investor dari Korea yakni Lotte Grup telah mengakuisisi Makro dan menyiapkan investasi sekitar 9 triliun rupiah untuk ekspansi usahanya di Indonesia.

Investor dalam negeri juga tidak ketinggalan terus melakukan ekspansi usaha, seperti yang dilakukan pengusaha Chairul Tanjung yang rencananya akan membeli saham perusahaan ritel dari Canada yakni Carefour di PT Alfa Retailindo tbk.

Corporate Affairs Director Irawan Kadarman mengatakan, pihaknya secara resmi belum mengumumkan akan divestasi sahamnya di Alfa, meskipun Chairul Tanjung telah mengumumkan akan mengakusisi saham Carrefour di Alfa.

“Belum ada informasi resmi, jadi saya belum berani komentar,” katanya, Selasa (13/4). Carrefour sendiri memiliki hampir 80 persen saham di Alfa.

Risiko Bisnis

Meskipun industri ritel kedepannya cukup prospektif, namun menurut Roy investor juga harus memperhatikan factor risikonya seperti peluang terjadinya pertumbuhan ekonomi yang stagnan, gejolak suku bunga bank, peningkatan inflasi dan kondisi politik yang tidak stabil.

Jika hal itu terjadi, kata dia akan memicu penurunan daya beli masyarakat sehingga penjualan akan mengalami penurunan.

Namun, dengan asumsi tingkat pertumbuhan nasional 5,5-6 persen pada tahun ini, industri ritel dalam negeri diprediksi masih kokoh dan bisa tembus lebih 15 persen.

Faktor lain yang perlu diperhatikan investor juga kata Roy adalah kompetisi antar perusahaan ritel, baik yang lokal maupun asing. Oleh sebab itu, pengusaha ritel harus mengelola bisnisnya secara professional dan lebih segmented dalam menjaring konsumen, seperti yang sedang berkembang saat ini, dimana industri ritel sudah masuk hingga kepelosok atau perumahan untuk menjangkau konsumen lebih cepat. (gus).




NB :

Investor Keluhkan Status Lahan di Batam



Foto : Ketua Apindo Kepri, Ir Cahya

BATAM – Pertumbuhan investasi di kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas (FTZ) Batam hingga saat ini belum berjalan secara optimal sebab banyak lahan yang dialokasikan ke investor statusnya tidak jelas secara administrasi sehingga memicu tingginya risiko bisnis.




Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Kepri Ir Cahya mengatakan, banyak investor asing dan dalam negeri khususnya di sektor properti yang mulai ragu ragu berinvestasi di Batam karena status lahan yang tidak jelas.

Ketidakjelasan status lahan tersebut dipicu oleh tidak adanya kepastian hukum soal lahan di Batam, karena ada sejumlah investor yang telah berinvestasi di sector properti dan sudah melakukan pembangunan serta penjualan ternyata lahannya berstatus hutan lindung. Akibatnya, investor dan masyarakat yang telah membeli produk property di kawasan itu mengalami kerugian karena sertifikat yang telah dikeluarkan Badan Pertanahan Nasional (BPN) di lokasi itu tidak berlaku untuk pengajuan kredit ke Bank.

Menurut Cahya, terdapat lebih dari 3.000 sertifikat yang telah dikeluarkan oleh BPN Batam di kawasan Batu Aji dinyatakan tidak berlaku oleh perbankan, karena status lahannya yang masih hutan lindung.

Cahya berharap Presiden RI bisa mengambil langkah tegas dan menuntaskan kasus tersebut, karena permasalahan lahan di Batam sudah mendorong ketidakpercayaan investor untuk berinvestasi pada saat ini. Sementara itu, Departemen Kehutann sendiri beberapa bulan lalu sudah berjanji akan menyelesaikan masalah itu pada awal tahun ini namun, hingga saat ini juga belum selesai sehingga Apindo minta kepada Presiden RI untuk mengambil langkah tegas dan cepat.

“Apindo Kepri dalam bulan ini juga akan mengirim surat kepada Presiden RI agar persoalan status ketidakjelasan lahan di Batam segera dituntaskan agar kepastian hukum berjalan sehingga investor bisa tenang berinvestasi,” katanya, Selasa (13/4).

Menurut Cahya, faktor utama yang menjadi penyebab ketidakjelasan soal status lahan di Batam adalah tidak sinkronnya data yang ada di lembaga pemerintah yang ada di Batam. Data yang ada di Otorita Batam, BPN Batam dan Pemko Batam dan Dinas Kehutann soal status lahan berbeda-beda sehingga merugikan bagi investor yang telah mendapat alokasi lahan, karena bisa jadi status lahannya yang menurut Otorita Batam merupakan kawasan komersil namun bagi Dinas Kehutann merupakan kawasan lindung.

Selain ketidakjelasan soal status lahan, kendala investasi lainnya juga adalah keterbatasan lahan. Hingga saat ini investor tidak mungkin lagi mendapat alokasi lahan di sekitar Batam karena lahan yang ada saat ini hampir seluruhnya sudah dialokasikan, seandainya terdapat lahan kosong pun merupakan kawasan hutan lindung.

Oleh karena itu, pengembangan investasi di Batam diarahkan ke Pulau Rempang dan Galang, dan sejumlah investor sudah tertarik untuk mengembangkan kawasan itu dengan nilai investasi triliunan rupiah namun status lahan di kawasan itu yang masih berstatus hutan lindung menyurutkan minat investor.

Presiden Komisaris PT Mitra Putra Rempang Tifus Narjono sebelumnya mengatakan dia telah menggandeng kelompok usaha asal Korea Selatan, Energy Master Co Ltd, untuk menggarap sejumlah proyek di Pulau Rempang dan Galang dengan nilai investasi ditaksir 10 juta dollar AS.

Selain itu, pengusaha nasional Tommy Winata juga berniat menanam investasi di Rempang dan Galang senilai 15 miliar dollar AS, Tommy bahkan sudah mendapat alokasi lahan dari Pemerintah Kota Batam seluas 17 ribu hektare.

Investor lainnya ialah PT Bukaka Barelang Energy yang akan berinvestasi 500 juta dollar AS dan PT Tanjung Pelita dengan investasi 873 juta dollar AS untuk membangun pembangkit listrik. Ada juga Al �Ain Industries Co Ltd yang akan berinvestasi 1 miliar dollar AS untuk kilang minyak serta Island World Holding Ltd yang akan berinvestasi 991 juta dollar AS.

Ketua DPRD Kota Batam Asmin Patros mengatakan, pemerintah selayaknya mengambil langkah tegas atas ketidakjelasan kasus lahan di Batam yang telah merugikan masyarakat. Pasalnya, jika kondisi itu terus dibiarkan akan menyurutkan minat investor untuk menanamkan modalnya di Batam.

Terkait dengan status lahan di Rempang dan Galang, Asmin mendesak pemerintah segera mengalihfungsikan lahan tersebut menjadi kawasan komersil karena lahan di Pulau Batam sudah tidak memungkinkan lagi untuk dialokasikan kepada investor.

Sementara itu Anggota DPR RI dari Provinsi Kepri Harry Azhar Azis mengatakan, lembaga pemerintah yang telah mengalokasikan lahan kepada investor yang berupa hutan lindung merupakan tindakan ceroboh dan hal itu bisa dipidanakan.

“Jika BPN atau Otorita Batam mengalokasikan lahan yang merupakan hutan lindung kepada investor merupakan tindakan salah dan itu bisa ditindak secara hukum,” katanya. (gus).

Produsen Kertas Tisu Operasikan Mesin Pengolah Kertas Bekas Senilai USD6 Juta

JAKARTA – Produsen kertas tisu berbasis di Surabaya, PT Suparma Tbk akan mengoperasikan mesin pengolah kertas bekas atau deinking pulp machien (DIP Machine) senilai 6 juta dollar AS pada Mei ini untuk menekan biaya produksi agar pendapatan dan laba naik. Perusahaan itu menargetkan nilai penjualan 1,1 triliun rupiah pada tahun ini, lebih tinggi dari 2009 yang 1,02 triliun rupiah.




Direktur Suparma tbk, Hendro Luhur mengatakan, pihaknya telah menyelesaikan pembangunan instalasi deinking pulp machien (DIP Machine) yang dikerjakan 2009 lalu, dan akan dioperasikan pada Mei 2010 ini. Dengan demikian, ketergantungan bahan baku bubur kertas (pulp) impor akan dikurangi sehingga akan ada efisiensi biaya produksi sekitar 35-40 persen, karena harga bahan baku pulp dari kertas bekas lebih murah dibanding virgin pulp (pulp yang berasal dari kulit kayu).

“Kami akan terus mengurangi ketergantungan pada bahan baku pulp impor karena harganya sangat fluktuatif oleh karena itu pengoperasian mesin pengolah kertas bekas pada Mei ini akan meningkatkan efisiensi,” katanya kepada Koran Jakarta, Senin (12/4).

DIP Machine adalah mesin pengolah kertas bekas menjadi bahan baku produksi berupa deinking pulp sehingga ketergantungan pada virgin pulp yang selama ini menjadi bahan baku berkurang sekitar 8-15 persen.

Menurut Hendro, ketergantungan pada Virgin Pulp impor tersebut akan terus dikurangi dan rencananya tahun depan juga akan beroperasi kembali satu unit mesin pengolah kertas bekas. Untuk itu, perseroan telah mengalokasikan belanja modal sekitar 5 juta dollar AS atau sekitar 50 miliar rupiah dengan kurs 10.000 rupiah per dollar AS pada tahun ini yang akan digunakan untuk membeli kembali mesin tersebut. Dana belanja modal itu akan diambil dari kas internal karena perusahaan dinilai memiliki dana yang cukup sehingg tidak perlu mencari pembiayaan dari luar.

Menurut Hendoro, meskipun bahan baku berasal dari kertas bekas namun secara kualitas tidak akan mempengaruhi produksi. Perseroan sendiri saat ini memproduksi kertas tisu, kertas laminating dan kertas untuk pengepakan. Hasil produksi tersebut sebagian besar atau 85 persen dijual di dalam negeri dan 15 persen ekspor.

Minimnya penjualan ekspor, kata dia disebabkan permintaan dari dalam negeri cukup tinggi disamping itu margin penjualan di dalam negeri lebih tinggi dibanding penjualan ekspor, sebab penjualan ekspor membutuhkan biaya tambahan seperti biaya transportasi, pengurusan dokumen, keagenan dan lainnya.

Tingginya penjualan dalam negeri, menyebabkan perseroan berhasil membukukan laba bersih cukup tinggi pada kinerja 2009, padahal perusahaan kertas lainnya yang mengandalkan ekspor terpuruk disebabkan kondisi pasar global yang tertekan akibat dampak krisis yang terjadi di 2008.

Perseroan membukukan laba bersih 26,9 miliar rupiah pada 2009 naik 88,1 persen dibanding 2008 yang 14,3 miliar rupiah. Sementara itu, nilai penjualan 1,02 triliun rupiah turun tipis (1,92 persen) dibanding 2008 yang 1,04 triliun rupiah.

Terkait dengan kinerja 2010 ini, kata Hendro pihaknya menargetkan penjualan sedikit lebih tinggi dibanding pencapaian 2009 yakni 1,1 triliiun rupiah. Target itu diperkirakan bisa dicapai seiring dengan membaiknya permintaan produk kertas, hal itu juga sejalan dengan perkiraan dari Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) yang memprediksi konsumsi per kapita kertas nasional bakal meningkat pada tahun ini.

Ketua Presidium APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia ) H. M. Mansur mengatakan, industri kertas nasional secara umum pada tahun ini akan mengalami pertumbuhan namun ada tantangan dengan adanya hambatan impor kertas bekas.

Menteri Perdagangan mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 39/2009 tanggal 2 September 2009 (BN No. 7857 Hai 7B-14B) tentang ketentuan impor limbah non-B3 yang didalamnya terdapat impor kertas-bekas. Permendag 39/2009 merupakan perbaikan dari Permendag No. 41/2008 (BNNo. 7737Hdl. 15B-20B) tanggal 31 Oktober 2008. Dalam peraturan itu Impor kertas-bekas harus disetujui Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) suatu hal yang tidak pernah ada dalam ketentuan sebelumnya.

Kemudian, impor kertas-bekas juga harus mendapat verifikasi teknis dari KSO (Kerjasama Operasi) Sucofindo-Surveyor Indonesia . Perusahaan importir kertas-bekas masih dapat menggunakan Surveyor Luar Negeri (SLN), dengan syarat SLN tersebut mendapat persetujuan KSO. Setiap Laporan Surveyor (LS) dari SLN harus disampaikan ke KSO sebagai persyaratan impor kertas-bekas, dan perusahaan importir kertas-bekas harus membayar USD60 per LS atau USD60 per shipment.

Peraturan itu, kata Mansur akan menekan industri kertas nasional karena rumitnya untuk mengimpor kertas bekas selain itu ongkos yang harus dibayar dalam setiap transaksi juga akan memperbesar biaya produksi. Padahal, kebutuhan kertas bekas dalam negeri cukup besar mencapai ribuan ton setiap tahunnya. (gus).

Soto Lamongan di Batam



Foto : Resto Cak Sam Soto Lamongan di Nagoya Hill

Ingat Lamongan, Ingat Soto, namun bukan berarti harus selalu membelinya ke Lamongan karena hampir di seluruh daerah Indonesia terdapat pedagang soto lamongan dan di Batam ada Cak Sam yang terkenal dengan hidangan Sotonya yang Mak Nyuss.




Kabupaten Lamongan di Provinsi Jawa Timur terkenal dengan kulinernya seperti wingko babat, tahu campur atau Sego Boran, nasi boranan dan yang sudah familiar di lidah masyarakat Indonesia adalah Soto.

Samiul Akbar yang akrap disapa Cak Sam merupakan salah satu warga Lamongan yang membuka usaha dagang Soto. Dia memulai usahanya sejak 1993 di kampung halamannya di Lamongan dan kemudian dia merantau ke Batam untuk membuka usaha yang sama.

Berkat keteguhan hati dan keiklasannya dalam berbisnis, kini Cak Sam sudah memiliki sekitar 8 gerai Soto Lamongan yang diberi merek Cak Sam, tiga diantaranya ada di Batam, tiga di Jakarta , satu di Makasar dan satu di Tanggerang.

Meski hanya menjual menu utama Soto Lamongan, Cak Sam memiliki gerai yang sudah modern dengan interior yang tidak kalah dibanding Starbucks. Menurutnya, itu merupakan strategi guna menjaring konsumen, sebab ketika konsumen datang, tidak hanya sekedar makan tetapi juga menginginkan suasana yang nyaman dan akrab dalam bersantap.

Salah satu gerai yang baru di launching oleh Cak Sam adalah gerai Soto Lamongan di Mall terbesar di Batam yakni di Nagoya Hill.

Untuk membuka gerai di Nagoya Hill itu Cak Sam harus mengeluarkan uang ratusan juta rupiah untuk menyewa ruangan, namun itu tidak menjadi bebannya karena dia sudah memperhitungkan keuntungan yang bakal diraih.

Seorang pengunjung, Santi mengatakan, dia baru pertama kali membeli soto di gerai Cak Sam dan rasanya beda dengan soto soto lainnya.

“Soto disini lebih gurih dan lebih enak,” katanya.

Menurut Cak Sam, untuk membuat soto agar lebih gurih dan nikmat dia menyiapkan bahan baku yang serba segar, termasuk daging atau ayamnya. Selain itu, sambalnya juga dibuat cukup special karena dibuat dengan terasi atau sambal terasi dimana terasinya sendiri sengaja di beli dari Sidoarjo.

“Banyak pengunjung yang menyukai sambal terasinya, selain sotonya juga,” kata Cak Sam sambil tersenyum.

Satu porsi Soto Cak Sam hanya 15.000 sampai 25 ribu rupiah dan didalamnya terdapat telor, daging sapi atau ayam, sayuran dan air kaldunya cukup kental sehingga terasa gurih, apalagi bila dihidangkan dalam keadaan panas.

Untuk membuat sotonya agar enak dan gurih juga Cak Sam punya resep tersendiri, sayangnya dia enggan berbagi, karena rahasia dapur.

Namun yang pasti, seluruh bahan bakunya harus segar dan berkualitas sehingga ketika dimasak akan menyerap dan menciptakan aroma yang mengundang setiap orang untuk mencicipinya.

Cak Sam juga berusaha untuk memasak sendiri hidangannya dibantu dengan para pembatunya, namun bila dia harus bepergian ke gerainya di kota lain, dia sudah punya jurus yang di turunkan pada pembantunya untuk memberi dosis yang tepat dalam memasak menu tersebut.

Soto juga kata Cak Sam tidak sekedar menu untuk disantap, tapi berkasiat untuk kesehatan dan menyembuhkan beberapa penyakit seperti demam, flu dan masuk angin. Soto juga disukai segala umur dan disukai hampir seluruh suka yang ada di Indonesia sehingga pemasarannya tidak terlalu sulit.

Selain soto, Cak Sam juga menjual aneka hidangan lainnya seperti bebek goreng, lele, belut, burung dara dan lainya, serta aneka minuman juice dan minuman siap saji.

Kini, Cak Sam yang sudah memiliki tiga gerai Soto Lamongan di Batam yakni di DC Malal, Plaza Avava dan Nagoya Hill harus berbagi waktu untuk me-manage gerainya tersebut. Untuk itu, dia mempercayakan gerainya kepada orang kepercayaanya dan hal itu tidaklah mudah karena dia harus memilih orang yang benar benar bisa dipercaya dan bisa mengelola usaha selain juga harus bisa masak.

Cak sam yakin, meskipun hidangan yang ditawarkan bernuansa tradisional namun pihaknya tidak akan kalah bersaing dengan hidangan internasional yang juga banyak dijual di mal mal di Batam, karena setiap menu yang dijual punya pangsa pasar tersendiri.

“Meskipun masyarakat Indonesia sudah maju dari segi ekonomi, namun saya yakin tidak akan melupakan hidangan tradisionalnya,” kata dia.

Oleh karena itu, Caka Sam berani berinvestasi dengan membuka gerai di pusat berbelanjaan mewah bersaing dengan gerai atau rumah makan internasional seperti masakan Cina, Masakan Eropa (KFC, MC Donald) dan lainnya.

Untuk menjaring konsumen, selain mengandalkan menu dan rasa yang Mak Nyuss, Cak Sam juga harus mengeluarkan dana untuk interior guna menciptakan suasana yang nyaman, aman, tenanga dan penuh keakraban.(gus).

Asia Pasifik Incar Aset Texmaco

JAKARTA - Perusahaan serat sintetis, PT Asia Pasifik Fibers Tbk sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi aset produktif milik Texmaco yakni satu unit pabrik benang di Semarang dan Pembangkit Listrik di Kerawang guna meningkatkan kapasitas produksi. Perusahaan itu menargetkan penjualan 3,5 triliun rupiah pada tahun ini, relatif sama dengan realiasi 2009.




Sekretaris Perusahaan Asia Pasifik Fibers H. Tunaryo mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan untuk membeli asset PT Texmaco berupa satu unit pabrik benang di semarang dan Pembangkit Listrik di Kerawang, nilainya belum bisa disebutkan karena belum dilakukan perhitungan.

"Kalau Texmaco mau menjual asetnya kami akan membelinya, khususnya pabrik yang di Semarang dan Pembangkit listrik di Kerawang untuk memperbesar kapasitas perusahaan," katanya kepada Koran Jakarta, Rabu (7/4).

Untuk mengakuisisi aset Texmaco itu perseroan akan mencari pendanaanya lewat Bank, oleh karena itu perseroan berharap proses restrukturisasi utang dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) segera rampung.

Menurut Tunaryo, PPA mestinya dapat memisahkan proses penyelesaian utang yang dimiliki Asia Pasifik dengan Texmaco yang dulunya merupakan Holding dari Asia Pasifik karena saat ini telah terjadi pemisahan manajemen antara Texmaco dan Asia Pasifik.

Asia Pasifik sendiri hanya memiliki total utang yang sedang direstrukturisasi dengan PPA sekitar 230 juta dollar AS dari seluruh total utang Texmaco (Holding) yang mencapai 1 miliar dollar AS, sehingga lebih mudah mudah bagi PPA untuk melakukan proses restrukturisasi dengan jumlah hutang tersebut, mengingat nilainya yang relatif kecil.

Penyelesaian utang tersebut, menurut Tunaryo sangat diperlukan karena pihaknya ingin melakukan ekspansi usaha dengan peningkatan kapasitas produksi seiring dengan maksimalnya kapasitas yang ada saat ini. Itu perlu dilakukan karena permintaan serat sintetis untuk produk tekstil diperkirakan meningkat pada tahun ini.

Perseroan sendiri menargetkan penjualan tahun ini sekitar 3,5 triliun rupiah, relative sama dengan realisasi 2009, namun bila kapasitas produksi bisa bertambah maka nilai penjualan diperkirakan lebih tinggi dari target tersebut.


Dividen 2009

Menurut Tunaryo, pihaknya membukukan penjualan 2009 sebesar 3,5 triliun rupiah sehingga target tercapai sedangkan laba bersih 1,2 triliun rupiah. Sebagian besar laba bersih itu diperoleh dari keuntungan selisih kurs, kemudian EBITDA mencapai 29 juta dollar AS.

Meskipun terdapat laba yang cukup besar, kata Tunaryo pihaknya masih mempertimbangkan untuk membagi atau tidak dividen kepada pemegang saham. Keputusan untuk membagi dividen atau tidak, kata dia akan diputuskan dalam RUPS pada Mei nanti.

Dijelaskan, pihaknya saat ini masih membutuhkan dana besar untuk pengembangan usaha, sehingga laba yang diperoleh pada 2009 diperkirakan akan banyak digunakan untuk memperkuat struktur modal perusahaan.

Perseroan juga akan menggunakan laba 2009 untuk working capital guna ekspansi usaha, seperti merestrukturisasi mesin yang ada.

Direktur Industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Arryanto Sagala mengatakan, salah satu titik lemah industri tekstil nasional adalah kondisi mesin yang tua sehingga tidak produktif, oleh karena itu pemerintah akan meneruskan program restrukturisasi mesin industri tekstil dalam negeri, dan tahun ini dianggarkan sejumlah 144,35 miliar rupiah.

Anggaran itu lebih rendah dibanding tahun tahun sebelumnya, pada 2007 dana yang dialokasikan 255 miliar rupiah, lalu naik menjadi 330 miliar rupiah di 2008 dan tahun 2009 menjadi 240 miliar rupiah.(gus).