Minggu, 14 November 2010

Indonesia-Malaysia Tak Mungkin Perang



BATAM – Negara Indonesia dan Malaysia merupakan bangsa serumpun yang sudah sejak lama bersahabat sehingga tidak mungkin konflik atau perang, meski demikian kedua bangsa harus mewaspadai pihak pihak yang ingin memecah belah kedua bangsa.




Presiden Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) Datuk Seri Mohammad Bin Mohammad Rustam dalam pembukaan Konvensi DMDI kesebelas di Gedung Sumatera Promotion Centre (SPC), Batam Centre mengatakan, persaudaraan antara Malaysia dan Indonesia sebagai rumpun Melayu sudah terjadi sejak lama. Oleh karenanya, generasi muda kedua bangsa tidak boleh lupa dengan persaudaraan itu dan harus terus dijaga untuk memajukan kedua bangsa baik dari segi ekonomi perdagangan, kerja sama pendidikan, kesehatan, keamanan dan kerja sama bidang sosial lainnya.

"Melalui wadah DMDI kita tingkatkan persaudaraan, silaturahmi menuju bangsa yang dihormati dan disengani di dunia. Rumpun Melayu adalah bangsa yang besar dan berpegang teguh pada agama," katanya, Jumat (12/11).

Diceritakan, dahulu ketika Malaysia yang waktu itu masih berupa kerajaan Malaka berperang melawan Portugis, masyarakat Indonesia khususnya dari melayu Aceh banyak yang membantu mengusir penjajah, sehingganya ribuan orang Aceh menjadi korban dan dimakamkan di Malaka.

Selain itu, masyarakat Palembang yang saat itu bernaung dibawah kerajaan Sriwijaya juga ikut terlibat membantu Kerajaan Malaka. Bahkan Raja Malaka berasal dari Sriwijaya, sehingga orang Malaka yang ingin berkunjung ke Palembang terasa seperti mau pulang kampung sendiri.

Menurut Datuk, Indonesia dan Malaysia saat ini hanya dibatasi oleh batas batas negara, namun rakyatnya tetap bersaudara dan memiliki satu akar budaya yakni melayu. Oleh karenanya kedua bangsa tidak mungkin berkonflik apalagi sampai berperang.

Melalui Konvensi DMDI tersebut, kata Datuk seluruh permasalahan antar bangsa melayu bisa dipecahkan, terlebih konvensi diikuti oleh anggota perwakilan delegasi DMDI dari berbagai negara. Jumlah pesertanya seribu orang, sebanyak 700 orang dari Kepri dan 300 orang lainnya merupakan peserta dari Melaka dan perwakilan negara delegasi seperti Brunai Darusalam, Singapura, Filipina, Thailand, Cina dan Australia.

Dikatakan, salah satu topik yang dibahas dalam DMDI kali ini yakni tentang penggunaan bahasa melayu. Menurut Datuk, penggunaan bahasa melayu harus diperkuat bukan hanya dari cara bertutut tapi juga bagaimana berbahasa dibidang perdagangan dan lainnya. Selain itu, kerjasama antar bangsa melayu juga harus ditingkatkan, seperti kerjasama bidang perdagangan dan pendidikan.

Wali Kota Batam, Ahmad Dahlan menyambut baik pelaksanaan DMDI ke sebelas yang diselenggarakan di Batam karena untuk pertamakalinya DMDI digelar di luar Malaysia dan Batam menjadi kota pertama yang menyelenggarakannya.

Menurutnya, kegiatan DMDI ke sebelas diselaraskan dengan acara Kenduri Seni Melayu (KSM) ke 12 yang menampilkan berbagai kesenian dan produk kerajinan khas dari melayu. Oleh karena itu, melalui kegiatan DMDI diharapkan investasi dari Malaysia ke Batam bisa meningkat. Selain itu juga diharapkan lahir tokoh tokoh melayu di Batam yang bisa membangun dan mengembangkan budaya melayu di nusantara dan dunia.

Sementara itu, bersamaan dengan konvensi DMDI ke 11 di Batam, Presiden DMDI Datuk Seri Mohammad Bin Mohammad Rustam yang juga Ketua Menteri Melaka meresmikan Galeri Melaka Bandaraya Warisan Dunia yang terletak di Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Batam Centre.

”Dengan adanya galeri ini, akan menjadi wadah untuk belajar banyak tentang Melayu. Sehingga dapat memperkokoh hubungan yang erat serta dapat mempertautkan kebudayaan Melayu yang ada di masing-masing daerah,” katanya. (gus).


Tidak ada komentar: