Selasa, 23 Februari 2010

DPR Kepri Minta Perusahaan Pencemar Lingkungan Di Tutup

BATAM – Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) minta kepada pemerintah segera menghentikan kegiatan produksi perusahaan yang telah terbukti melakukan pencemaran lingkungan, sebab ongkos untuk mengembalikan lingkungan yang sudah tercemar sangat mahal.




Anggota Komisi II DPRD Provinsi Kepri, Suryani mengatakan, perairan laut di Provinsi Kepri saat ini semakin terancam kehidupan biotanya karena wilayah hidup mereka telah dicemari oleh limbah industri dan limbah buangan atau sampah yang banyak dilakukan kapal asing.

“Banyaknya perusahaan yang telah mencemari lingkungan di laut kepri menandakan pengawasan yang dilakukan Bapedalda Batam sangat lemah sehingga Walikota mesti memeriksa pejabat terkait,” katanya, Selasa (23/2).

Salah satu perusahaan yang diduga telah melakukan pencemaran lingkungan adalah perusahaan galangan kapal PT Asl Shipyard Batam yang berlokasi di Tanjung Uncang. Perusahaan itu telah melakukan pencemaran di perairan sekitar tanjung uncang akibat kegiatan produksi dan pembuangan limbah oli bekas ke laut dari hasil perbaikan kapal yang dilakukan perusahaan itu.

Limbah oli itu, sangat jelas terlihat di dasar laut berupa sludge oil yang telah mencemari laut di Tanjung Uncang, Akibatnya, nelayan di sekitar daerah itu sudah lama tidak melaut lagi karena hasil tangkapannya terus menyusut akhirnya mereka berganti profesi menjadi pencari besi di dasar laut.

Menurut Suryani, berdasarkan undang Undang Lingkungan, perusahaan tersebut bisa dikenakan sangsi dan dijerat hukum karena telah melakukan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, Suryani mendesak pemerintah daerah melalui instansi berwenang melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut.

Suryani menilai kinerja aparat pemerintah khususnya Bapedalda di Kota Batam sangat lemah itu terlihat dari banyaknya kasus pencemaran lingkungan. Hal itu menunjukan pengawasan yang dilakukan sangat lemah. Oleh karena itu, dia minta Walikota Batam segera memeriksa kinerja Bapedalda Kota Batam.

Sementara itu, Kepala Bapedalda Kota Batam Dendi Purnomo mengatakan, pihaknya mengakui memang pengawasan yang dilakukan masih lemah karena minimnya personil dan anggaran. Saat ini saja, jumlah pengawasan lingkungan sekitar 12 orang untuk mengawasi sekitar 747 perusahaan di seluruh Batam, sehingga sulit terjangkau seluruhnya.

Terkait dengan aktivitas PT Asl Shipyard Batam yang telah mencemari lingkungan menurut Dendi pihaknya akan melakukan penyelaman di dasar laut sekitar tanjung uncang untuk membuktikan adanya limbah sludge oil di laut tersebut, bila ternyata terbukti maka perusahaan itu bisa kena sangsi. Sangsi yang paling ekstrem kata dia adalah ditutupnya perusahaan tersebut.

Menurut Dendi, pencemaran lingkungan tidak bisa dihindari karena aktivitas industri yang semakin marak di Batam, meski demikian pihaknya juga tidak mentolelir bila limbah yang dihasilkan dari aktivitas itu mencemari lingkungan, untuk itu pihaknya telah mewajibkan kepada setiap perusahaan untuk mengolah terlebih dahulu limbahnya sebelum dibuang ke laut. (gus).

Pelabuhan Ilegal di Batam Segera Dimusnahkan

BATAM – Tim penertiban pelabuhan Batam yang terdiri dari beberapa Instansi Pemerintah merekomendasikan untuk memusnahkan sekitar 41 pelabuhan tidak resmi atau illegal, sebagian besar merupakan pelabuhan rakyat yang diindikasikan sebagai tempat penyelundupan di Batam dan wilayah sekitarnya. Itu dilakukan untuk mendukung program kawasan pelabuhan dan perdagangan bebas Batam sekaligus menekan angka penyelundupan.




Kepala Bea dan Cukai Batam yang juga anggota Tim Penertiban Pelabuhan Batam Ucok Marisi kepada Koran Jakarta mengatakan, Tim penertiban pelabuhan telah melakukan b berbagai aktivitas dalam rangka menertibkan pelabuhan illegal di Batam, salah satu yang dilakukan adalah investigasi dan peninjauan langsung ke lapangan.

Hasil dari investigasi tersebut, kata dia terdapat sekitar 47 pelabuhan rakyat di Batam yang beroperasi secara tidak sah atau illegal. Dari 47 pelabuhan tersebut, Tim Penertiban Pelabuhan Batam hanya merekomendasikan enam pelabuhan rakyat yang nantinya akan beroperasi secara sah, yakni tiga di arah timur Batam dan tiga lagi di arah barat Batam.

“Dari investigasi yang dilakukan tim penertiban, terdapat 47 pelabuhan rakyat di Batam yang beroperasi secara tidak sah, dan kami merekomendasikan hanya enam pelabuhan yang layak beroperasi secara resmi,” kata dia.

Sebanyak 41 pelabuhan rakyat lainnya, kata Ucok nantinya akan ditertibkan atau dimusnahkan.

Dikatakan, langkah penertiban terhadap pelabuhan tidak resmi itu dilakukan untuk mendukung program Kawasan Pelabuhan dan Perdagangan Bebas Batam yang telah ditetapkan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono pada 1 April 2009.

Sesuai dengan aturan FTZ tersebut, katanya pemerintah hanya menetapkan tiga pelabuhan yakni pelabuhan Batu Ampar, Pelabuhan Sekupang dan Pelabuhan Kabil untuk aktivitas bongkar muat barang dari dan ke Batam. Dengan demikian, pelabuhan lainnya yang selama ini banyak tersebar di Batam tidak boleh melayani aktivitas bongkar muat tersebut.

Ucok yang juga Kepala Kantor Bea dan Cukai Batam mengatakan, dengan hanya tiga pelabuhan yang ditetapkan pemerintah untuk melayani aktivitas bongkar muat di Batam akan memudahkan pihaknya untuk melakukan pengawasan. Sebab selama ini, banyak aktivitas bongkar muat container di Batam dilakukan di pelabuhan rakyat yang tidak ada pengawasan dari petugas Bea dan Cukai, sehingga penyelundupan menjadi marak.

Ketua Kamar Dagang dan Industri Kota Batam Nada Faza Soraya menyambut baik langkah yang akan dilakukan Tim Penertiban Pelabuhan Batam untuk memusnahkan pelabuhan tidak resmi. Sebab langkah itu diperkirakan akan menekan angka penyelundupan sekaligus memaksimalkan pelabuhan resmi yang ada untuk mendukung program FTZ Batam.

Meski demikian, Nada berharap pemerintah pusat dan Badan Penguasaan FTZ Batam mau merevisi status tiga pelabuhan yang telah ditetapkan sebagai pelabuhan bebas yakni pelabuhan Batu Ampar, Pelabuhan Sekupang dan Pelabuhan Kabil.

Sebab, kata Nada, sesuai dengan ketentuan IMO (International Maritime Organization) maka dalam satu kawasan pelabuhan atau perdagangan bebas hanya boleh beroperasi satu pelabuhan bebas, dan sisanya merupakan terminal pendukung bukan pelabuhan.

Selain untuk menghindari aktivitas penyelundupan, kata dia, dengan hanya satu pelabuhan bebas, maka akan memudahkan kontrol arus lintas barang, lalu untuk mempermudah navigasi bagi kapal yang masuk ke pelabuhan tersebut, sehingga tabrakan atau kecelakaan kapal bisa dihindari.

“Bila pelabuhaan bebas lebih dari satu, maka potensi kecelakaan atau tabrakan kapal semakin besar, karena navigator akan kesulitan memandu kapal yang akan masuk di tiga pelabuhan tersebut,” katanya.

Pengamat Kepelabuhan dari Yayasan Maritim Indonesia Capt Henky Supit mengatakan, Sebagai negara kepulauan terbesar, Pemerintah Indonesia selama ini belum serius mengelola perairan nusantara, padahal potensi ekonominya sangat besar.

Salah satu persoalan yang tidak ditangani secara benar oleh Pemerintah adalah soal kepelabuhanan.

Menurut dia, untuk menetapkan satu pelabuhan sebagai pelabuhan bebas, maka dibutuhkan rekomendasi dari organisasi international yakni IMO, itu penting agar kapal kapal asing bisa mengetahui lokasi dan titik kordinat pelabuhan itu untuk memudahkan kapal merapat.

Oleh karena itu, pemerintah mestinya hanya menetapkan satu pelabuhan bebas untuk satu kawasan perdagangan bebas. (gus).

Menapaki jalan terjal yang masih panjang

Pada perdagangan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup naik 19,4 poin atau 0,75% di level 2.583,65. Transaksi berlangsung cukup variatif dengan total nilai transaksi meningkat menjadi Rp3,6tn. Indeks sempat anjlok ke titk terendahnya di level 2.564,26 di sesi pagi dengan besarnya tekanan yang terjadi di bursa-bursa regional kemarin.




Namun, pagi ini diperkirakan indeks akan kembali diuji dengan adanya tekanan sentimen negatif yang ada di New York. Anjloknya Indeks Kepercayaan Konsumen di bulan Februari ke 46 yang merupakan titik terendahnya dalam 10 bulan dari sebelumnya 56,5 telah merontokkan kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian di AS kedepan. Walhasil, bursa Wall Street berada dalam tekanan jual yang membuat indeks Dow Jones terpuruk lebih dari 100 poin atau hampir 1% ke level 10.282,41.

Sementara itu, bursa-bursa di Asia Pasifik pagi ini melorot dipicu oleh kekhawatiran investor menjelang pertemuan Gubernur Bank Sentral AS Ben Bernanke dengan Kongres yang diharapkan dapat memberikan arah perbaikan ekonomi di AS. Hampir semua bursa dibuka melemah dengan kisaran antara 0,45% (New Zealand) sampai 2,05% (Nikkei) kecuali Kuala Lumpur yang menguat 0,26%.

Pagi ini kami perkirakan indeks akan mencoba untuk bertahan dengan derasnya tekanan jual yang ada di regional. Pasar diperkirakan akan memberikan respon yang beragam terhadap hasil pandangan akhir partai terhadap kasuk Bank Century yang tadi malam disampaikan oleh perwakilan masing-masing partai dalam rapat Panitia Khusus (Pansus) Bank Century. Indeks kami perkirakan akan bergerak dengan kisaran 2.527 — 2.600.

Minggu, 21 Februari 2010

Indeks kembali bersiap-siap lompat

Pada penutupan perdagangann pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup turun 5,66 poin atau 0,2% ke level 2.554,38 setelah anjlok cukup dalam menyentuh titik 2.527,7 disesi pertama. Namun, lagi-lagi transaksi di akhir pekan lalu nampak sangat tipis dengan total nilai transaksi mencapai kurang dari Rp2,4tn dan hanya sekitar 2,7miliar saham yang berpindah tangan.




Dalam sepekan kemarin, transaksi harian rata-rata di Bursa Efek Indonesia BEI) terlihat sangat tipis dengan rata-rata harian hanya sekitar Rp2,6tn. Perayaan imlek di beberapa negara yang meliburkan perdagangan saham dibursanya dan sentimen-sentimen negatif di bursa regional lainnya sedikit banyak turut mempengaruhi aktifitas perdagangan saham di BEI pekan lalu.

Pagi ini, bursa-bursa di Asia Pasifik tampak terlihat cukup bergairah. Semuanya dibuka menguat dengan kisaran 0,09% — 2,58%. Dibukanya kembali perdagangan saham di China turut andil dalam kegairahan tersebut.

IHSG pagi ini kami harapkan dalam memanfaatkan kegairahan yang ada di regional tersebut dengan bergerak di kisaran 2.535 — 2.579. Laporan kinerja beberapa emiten yang menunjukkan hasil yang menggembirakan serta laporan Gaikindo yang menunjukkan berlanjutnya tren industri yang cukup positif diharapkan dapat turut berperan dalam aktifitas perdagangan saham pagi ini.

Jumat, 19 Februari 2010

Saat Nelayan Tak Mampu Melaut Lagi



Kehidupan biota laut di perairan Provinsi Kepulauan Riau kian terancam disebabkan pencemaran limbah industri, akibatnya banyak nelayan terpaksa menggantung jaringnya dan beralih profesi menjadi pencari limbah besi di dasar laut agar priuk nasi tetap terisi.




Sudah hampir lima bulan sejak September 2009, Ja’far warga Tanjung Uncang yang berprofesi sebagai nelayan tak melaut lagi. Itu disebabkan hasil tangkapannya yang kian hari kian seret, bahkan pernah satu waktu Ja’far hanya berhasil membawa pulang beberapa ekor ikan saja akibatnya dia mengalami kerugian karena hasil tangkapannya ketika dijual tidak bisa menutupi biaya sewa perahu dan membeli solar.

Ja’far bercerita ketika dia mengalami masa masa bahagia saat pertama kali melaut sekitar lima tahun lalu, hasil tangkapannya sangat banyak. Dalam satu hari dia bisa menangkap lebih dari 50 kilogram ikan termasuk udang dan kepiting, sehingga penerimaan bersihnya bisa mencapai 200 ribu sampai 400 ribu rupiah perhari.

Alhasil dengan pendapatan itu, dia bisa melamar pacarnya dan bisa membeli sepeda motor serta membeli perabotan rumah tangganya, dan kehidupannya pun berjalan baik.

Namun, ketika industri mulai tumbuh dan banyak bermunculan perusahaan galangan kapal di bibir pantai sekitar tempat tinggalnya, kehidupan ekonominya pun mulai terpuruk. Satu persatu benda berharga yang ada di rumahnya terpaksa dijual untuk menyokong kehidupannya bersama istri dan dua anaknya.

Menurut Ja’far itu disebabkan hasil tangkapannya kian hari kian seret karena ikan sudah tidak banyak seperti dulu. Kondisi itu dipicu oleh perubahan ekosistem di perairan tersebut akibat limbah yang dihasilkan puluhan perusahaan yang ada di sekitar Tanjung Uncang.

Sebut saja salah satunya PT ASL Shipyard Batam yang aktivitas produksinya dikeluhkan nelayan di Tanjung Uncang. Perusahaan itu telah membuang limbah industrinya secara bebas ke laut, seperti limbah cat, limbah potongan besi hasil pembuatan kapal, limbah besih hasil pengamplasan dan lainnya.

Kondisi itu, kata Ja’far berlangsung secara terus menerus selama beberapa tahun mengakibatkan ekosistem laut di sekitar perusahaan jadi terganggu, dampaknya ikan tak mampu lagi hidup di perairan itu sehingga nelayan kehilangan mata pencaharian.

Hal yang sama juga dikeluhkan warga lainnya, Saharudin Nelayan Pulau Lingka mengatakan, pihaknya telah menemukan limbah sludge oil di kedalaman laut sekitar 12 meter. Limbah itulah kata dia yang menyebabkan biota laut hancur sehingga ikan sulit ditemukan lagi dan dia bersama nelayan lainnya terpaksa menggantung jaring dan mencari pekerjaan lain.

Untuk menyambung hidup, kata Saharudin dia dan teman teman nelayan lainnya terpaksa beralih profesi mencari limbah besi hasil potongan pembuatan kapal.

Kondisi yang sangat ironis, karena hasil potongan besi itu merupakan limbah yang dihasilkan perusahaan galangan kapal yang ada di sekitar Tanjung Uncang. Parahnya lagi, untuk mendapatkan limbah besi itu, warga juga harus kucing kucingan dengan petugas keamanan perusahaan yang menjaganya.

Menurut Saharudin, untuk mendapatkan limbah besi yang berserak di dasar laut itu, dia dan rekannya harus menyelam ke dasar laut di kedalaman hingga 15 meter, untuk itu peralatan menyelam sederhana yang terbuat dari selang disiapkan untuk menyelam selama beberapa menit dan itu dilakukan bergantian bersama rekannya.

Kondisi itu juga dilakukan warga lainnya yang terpaksa berhenti mencari ikan dan beralih profesi menjadi pencari besi di laut.

Potongan besi yang diperoleh dari dasar laut, selanjutnya dikumpulknan dan dijual oleh pengumpul yang sudah menunggu di darat, harga per kilo gramnya sekitar 4.000 – 8.000 rupiah.

Meski pendapatan dari mencari besi tak setinggi bila dibanding menangkap ikan, Saharudin tidak bisa mengeluh karena bila tidak dilakukannya maka anak dan istrinya tidak bisa makan, sementara untuk mencari ikan lagi tidak memungkinkan karena ikan sudah semakin sulit di dapat.

Pasalnya, daerah tangkapan Saharudin dan nelayan lainnya berada dekat dengan keberadaan puluhan perusahaan galangan kapal di Tanjung Uncang yang kondisinya saat ini sudah parah tercemar oleh limbah perusahaan tersebut.

Menurutnya, nelayan di Kepri tidak bisa mencari ikan lebih jauh ke tengah laut karena perahu yang dimiliki sangat tradisional dengan kapasitas bahan baker yang sangat terbatas dan bentuk fisik perahunya sendiri memang tidak diciptakan untuk dibawa ketengah laut.

Selain di kawasan Tanjung Uncang Kota Batam, nelayan lainnya di Provinsi Kepri juga harus beralih profesi untuk menyambung hidup karena menurunnya hasil tangkapan.

Di Pulau Bintan dan Tanjung Batu banyak nelayan yang beralih profesi menjadi tukang bangunan dan tukang ojek, karena laut di sekitar daerah mereka sudah tercemar.

Nasrul salah seorang warga Bintan mengatakan, kalau dulu masa panceklik mencari ikan hanya dipengaruhi oleh musim dan tinggi gelombang, namun saat ini masa panceklik tidak kenal musim karena musim apapun hasil tangkapan tetap saja seret.

Kuat dugaan, kata Nasrul, laut di wilayah Bintan sudah semakin tercemar hingga menyebabkan ikan terus berkurang.

Sementara itu, di Kawawan Pantai Memban Nongsa Batam pencemaran laut yang terjadi sejak satu bulan terakhir sudah sangat mengkuatirkan. Puluhan ton limbah minyak berbentuk sludge oil terhampar jelas di bibir pantai Nongsa sepanjang lebih dari I km dan kondisi itu terus bergerak dan semakin menambah kawasan tercemar.

“Sudah lebih dari dua bulan ini kami tidak melaut untuk mencari ikan, karena pantai tempat biasa kami mencari ikan tercemar oleh limbah seperti minyak, dan hal itu sudah kami laporkan ke Pemerintah tapi belum ada tindakan apapun,” kata salah seorang nelayan, Mamat kepada Koran Jakarta, sabtu (16/1).

Akibatnya, kata dia nelayan kehilangan pemasukan sekitar 50 ribu sampai 100 ribu perhari yang biasa diperolehnya dari menangkap ikan di sekitar pantai Menban Nongsa tersebut. Selain itu, warga di sekitar pantai juga sudah banyak yang mengalami penyakit gatal gatal dan menderita penyakit pernapasan karena limbah itu menghasilkan bau busuk yang menyengat.

Oleh karena itu, kata Mamat, warga setempat melakukan pembersihan secara sukarela namun belum efektif karena limbahnya terlalu banyak.

Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota Batam, Dendy Purnama mengatakan, pihaknya telah melakukan penelitian terhadap limbah di Pantai tersebut dan hasilnya limbah minyak yang mencemari berjenis Sludge oil yang jumlahnya belum bisa dipastikan, tapi diperkirakan lebih dari delapan ton karena sudah mencemari lebih dari satu Kilometer pantai Menban.

Bapedalda sendiri, kata dia belum bisa memastikan dampak negatif dari limbah itu terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar, oleh sebab itu pihaknya telah mengambil sample untuk diteliti di Cilengsie Bogor .

Sludge Oil sendiri merupakan limbah dari proses penyulingan minyak mentah dalam industri perminyakan yang mengandung zat berbahaya seperti volatile hydrokarbon, CO, Nox, dan Sox yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan berbahaya bagi kesehatan manusia.

Terhadap pelaku pembuangan limbah, kata Dendy pihaknya masih belum mengetahui siapa yang harus bertanggung jawab, karena belum ditemukan pelakunya.

Anggota Komisi III DPRD Kota Batam Jefri Simanjuntak mengatakan, pemerintah harus menangkap pelaku pembuangan limbah itu, karena Batam sudah sering menjadi tempat pembuangan limbah.

"Limbah ini saya pikir dibuang sengaja oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Bahkan jika dilihat dari luas bibir pantai yang telah tercemar, diperkirakan mencapai ratusan ton," kata dia.

Menurut Ja’far sudah banyak pejabat dan anggota Dewan yang berteriak dan prihatin terhadap pencemaran yang terjadi di laut Kepri, namun sampai saat ini pencemaran terus terjadi dan bahkan semakin parah.

Ja’far kuatir, beberapa tahun lagi ketika anak nya beranjak dewasa, makanan laut, seperti ikan, kepiting, udang dan lainnya semakin sulit di peroleh bahkan bisa jadi harus membeli dari Provinsi lain, padahal Kepri yang 96 persen luas daerahnya laut, tentu saja potensi lautnya sangatlah besar. Namun, potensi yang diharapkan bisa mengangkat perekonomian masyarakat itu tidak akan berarti apa apa bila tidak dikelola secara baik, terlebih bila ekosistemnya diganggu dan dicemari, yang terjadi justru akan menyengsarakan warga. (gus).

Laut Kepri Tak Lagi Biru



Industrialisasi dimanapun sering mengorbankan lingkungan dan itu juga terjadi di Provinsi Kepulauan Riau. Penambangan pasir laut, Pembuangan limbah yang serampangan oleh ratusan perusahaan, pembabatan hutan mangrove untuk resort dan kawasan industri serta yang paling ironis impor limbah yang diijinkan pejabat setempat menyebabkan kehancuran ekosistem tidak hanya di darat tapi juga di laut, sehingga wajar bila laut Kepri kini tak sebiru seperti dulu lagi.




Luas Provinsi Kepri adalah 252.601 km2 dan 95 persennya merupakan wilayah perairan atau laut sehingga pencemaran lingkungan akibat proses industrialisasi berdampak paling parah terhadap biota laut, karena sebagian besar limbah industri dibuang ke laut.

Proses penghancuran ekosistem laut di Kepri sebenarnya sudah terjadi sejak lama, dimulai dari dibukanya kran ekspor pasir laut oleh Pemerintah RI yang berdampak pada maraknya aktivitas eksplorasi atau penambangan pasir laut di hampir seluruh wilayah laut Kepri.

Padahal aktivitas penambangan pasir laut sangat merusak lingkungan, salah satu dampaknya adalah kekeruhan air laut yang disebabkan peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi. Kemudian juga berdampak pada intrusi air laut atau perembesan air laut ke sumber sumber air tawar di daratan yang menyebabkan air di darat menjadi terasa payau.

Belum lagi kehancuran biota laut seperti terumbu karang, dan terganggunya habitat sejumlah organisme yang hidup di laut akibat penambangan tersebut.
Sehingga, sudah sangat jelas bahwa penambangan pasir laut yang dipicu oleh dibukanya krak ekspor hanya memberi dampak buruk terhadap lingkungan dan hanya memberi keuntungan pada segelintir orang.

Syukurlah, pemerintah pusat segera menyadari kekeliruannya dan sejak 2003 ekspor pasir laut dihentikan sampai saat ini. Namun, kerusakan biota laut di perairan Kepri yang sudah terjadi akibat penambangan tersebut hingga saat ini masih belum lagi pulih dan dibutuhkan waktu puluhan tahun mengembalikan seperti keadaan semula.
Sayangnya, dihentikannya penambangan pasir laut, ternyata tidak menghentikan proses penghancuran lingkungan dan ekosistem laut di Provinsi Kepri.

Kini, serbuan limbah dari ratusan industri bersiap untuk menghancurkan kehidupan organisme di laut Kepri.

Sebut saja kasus pencemaran limbah di Pantai Memban Nongsa Kota Batam. Limbah minyak berwarna hitam pekat yang disebut para ahli sebagai limbah Sludge Oil mencemari lebih dari satu kilometer bibir pantai Nongsa. Pencemaran itu sampai saat ini masih belum tertanggulangi, meskipun warga sudah berteriak kencang karena tak bisa lagi mencari ikan.

Kemudian pencemaran di perairan Tanjung Uncang Kota Batam akibat proses produksi puluhan perusahaan galangan kapal. Limbah potongan besi dan ampas besi dari hasil pengamplasan serta pengecatan kapal telah merusak ekosistem dasar laut dan diduga zat mercurie telah merusak biota laut di Tanjung Uncang. Kondisi yang sama juga terjadi di Pulau Bintan dan Karimun yang juga banyak perusahaan galangan kapal.
Laut Tanjung Uncang Batam juga di cemari oleh limbah sludge oil hasil buangan beberapa perusahaan seperti PT Sintai Scrub, PT Asl Shipyard yang membuang limbah berupa oli kotor ke laut. .

Kerusakan lingkungan tidak hanya terjadi di dasar laut, di bibir pantai juga terjadi hal yang sama. Ribuan hectare hutan mangrove (bakau) dibabat untuk kebutuhan industri. Itu terjadi hampir di seluruh wilayah pantai Provinsi Kepri, dan yang paling parah terjadi di Kota Batam.

Badan Pengendali Dampak Lingkungan (Bapedalda) Batam mencatat pada tahun 1990 luas hutan mangrove di Batam mencapai 19,9 persen. Tapi tahun 2005, luas hutan mangrove hanya tinggal 6,7 persen. Kondisi itu menandakan bahwa, hutan mangrove di Batam sudah pada titik sangat mengkhawatirkan.

Kerusakan hutan bakau di Provinsi Kepri terjadi karena ulah sebagian pengusaha yang membayar warga untuk membabatnya guna dijadikan arang untuk di ekspor ke Singapura dan Jepang. Ironisnya, hal itu tetap saja dibiarkan oleh pemerintah daerah.
Selain untuk dijadikan komoditas ekspor, hutan bakau juga ternyata di eksploitasi untuk dialihpungsikan bagi kebutuhan industri.

PT Sembawang Mechanical Off-shore Engineering ( PT SMOE ) membabat hutan mangrove di Batam seluas 1 hektare untuk reklamasi pantai, guna kebutuhan industrinya. Ironisnya aktivitas itu yang dilakukan perusahaan itu sama sekali belum ada ijin Amdal dari pemerintah.

Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Batam, Ir Dendi Purnomo mengatakan, pihaknya telah meminta PT SOME menghentikan aktivitasnya sebelum mendapat ijin Amdal dari pemerintah, namun permintaan itu tidak digubris oleh perusahaan dan sampai saat ini proses reklamasi terus berjalan.

Direktur Eksekutif Cisha (Centrum of Independent Social Politic and Human Rights Analysis), yakni Ngo yang peduli terhadap lingkungan di Kepri, Rizaldy Ananda mengatakan, proses degradasi lingkungan dan biota laut di Kepri sudah sangat parah.

Perusakan lingkungan itu disebabkan kebijakan pemerintah daerah yang salah dan terlau pro pada dunia usaha tanpa memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Padahal, dampak negatif dari perusakan lingkungan itu nantinya akan membutuhkan biaya yang sangat besar selain juga membutuhkan waktu yang cukup lama.

Oleh sebab itu, kata dia lembaganya sedang menyusun rencana untuk melakukan gugatan hukum atau class action pada perusahaan pencemar lingungan dan pemerintah daerah yang lalai dan membiarkan proses pencemaran itu berlangsung terus menerus.

“Kami sudah melakukan survey dan analisis terhadap kerusakan lingkungan di perairan Kepri dan dalam waktu dekat beberapa perusahaan akan kami ajukan ke pengadilan karena telah mencemari lingkungan,” katanya.

Menurut dia, sesuai dengan Undang Undang Lingkungan Hidup Nomor 23 tahun 1997 perusahaan dapat di tuntut secara pidana dalam perkara lingkungan hidup bila dengan sengaja melakukan pencemaran dan / atau perusakan lingkungan hidup.
Untuk itu sangsinya cukup jelas yakni ancaman pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak 500.000.000 rupiah
Atas dasar itulah, kata Rizal pihaknya akan segera melakukan class action bagi perusahaan yang telah mencemari lingkungan di peraian Kepri.

Anggota DPRD Kota Batam Yudi Kurnain mengatakan, perusakan lingkungan akibat pembuangan limbah yang dilakukan perusahaan di Batam harus juga dimintai pertanggung jawabannya dari kepala daerah yang telah terbukti lalai dan membiarkan prose itu berlangsung terus menerus hingga saat ini.

Pemerintah daerah mestinya tegas terhadap perusahaan yang tidak memiliki dokumen Amdal tidak boleh melakukan aktivitas produksi. Namun, yang terjadi saat ini banyak perusahaan yang melakukan kegiatan produksi tanpa dokumen Amdal.

Selain itu, pemerintah daerah juga harusnya memiliki standar yang jelas terhadap pengelolaan limbah bagi perusahaan yang menghasilkan limbah, sehingga sisa hasil produksi atau limbah yang akan dibuang nantinya tidak mencemari lingkungan.
Mestinya, kata Yudi, pembangunan ekonomi atau proses industrialisasi bisa dilakukan secara arif terhadap lingkungan sehingga keseimbangan alam bisa tetap dipertahankan.
Yudi minta kepada Pemerintah Daerah agar tidak main main dalam kasus pencemaran lingkungan itu, pasalnya sebagai daerah yang sangat strategis berbatasan langsung dengan Singapura, Batam sering menjadi tempat pembuangan limbah dari Singapura dan itu hampir terjadi setiap tahun. Ironisnya, pemerintah daerah justru membiarkan proses tersebut. (gus).

Sosok Bisnis Ir Cahya Ketua Apindo Kepri




Nama : Ir Cahya
Tempat/Tgl lahir : Tanjung Balai Karimun / 01 Juli 1964
Agama : Katolik
Status : Kawin (1 Istri dan Empat orang Anak)
Hobi : Bulu Tangkis
Pendidikan :
SD Tanjung Balai Karimun Provinsi Kepulauan Riau
SMP Tanjung Balai Karimun Provinsi Kepulauan Riau
SMA Tanjung Balai Karimun Provinsi Kepulauan Riau
ISTN Jakarta

Karir :
1. Direktur Utama PT Bangun Arsikon Batindo, sampai sekarang
2. Direktur dan Komisaris Arsikon Grup, sampai sekarang
3. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi Kepri

Pemegang saham dari perusahaan :
1. PT Bangun Arsikon Batindo, Batam
2. PT Mega Indah Coastarina – Batam
3. PT Coastarina Development – Batam
4. PT Sadig Harapan Mulia Mandiri – Batam
5. PT Jashin Jusuf – Batam
6. PT Bina Keluarga Bersama – Batam
7. PT Alrido Pamungkas Jaya – Batam
8. PT Citra Mitra Graha – Batam
9. PT Mega Indah Realty Development – Batam
10. PT Mega Indah Propertindo – Batam
11. PT Karya Indah – Batam
12. PT Citra Botanical – Batam
13. PT Arsikon Indah – Batam
14. PT Batu AJi Indah Karsa – Batam
15. PT Ocarina Development – Batam
16. PT Ocarina Investment – Batam
17. PT Cahaya Bulutangkis Nusantara – Batam
18. PT Sarana Tembak Jitu Persada – Jakarta
19. PT Panglima Jaya – Kundur

Proyek Arsikon Grup
1. Perumahan Coastarina
2. Kawasan Wisata Ocarina
3. Perumahan Citra Indah 1 dan 2
4. Perumahan Oriana
5. Perumahan Regata
6. Perumahan Villa Bukit Indah
7. Perumahan Simpang Raya Indah
8. Perumahan Odesa
9. Perumahan Gabana
10. Perumahan San Dona
11. Perumahan Golden Gate – Batam
12. Perumahan Kota Sebung Lagoi
13. Pertokoan Karimun Indah – Tanjung Balai Karimun
14. Pergudangan Gudang 1
15. Gedung Olah Raga Bulu Tangkis Tiban
16. Gedung Olah raga bulu tangkis Batu Aji
17. Gedung Olah raga Oriana – Batam centre
18. Gedung olah raga Odessa Bandara – Batam
19. Perkebunan Durian – Kundur Tanjung Batu

Organisasi Sosial
Ketua Umum Pengda PBSI Provinsi Kepri, sampai sekarang








Ir Cahya
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)
Provinsi Kepulauan Riau


Birokrasi Masih Sering Hambat Investasi

Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan dan Karimun bisa tumbuh seperti Hongkong atau Singapura bila pemerintah punya keinginan politik yang kuat untuk menghapus hambatan birokrasi yang masih menjadi momok bagi pengusaha.
Sejak dilantik sebagai Ketua Apindo Provinsi Kepri pada Oktober 2009, Ir Cahya yang kesehariannya sudah sibuk mengurusi puluhan perusahaannya mesti rela berbagi waktu untuk mengurus organisasi pengusaha yakni Apindo.

Menurutnya, menjadi Ketua Apindo meskipun hanya di Provinsi punya tantangan tersendiri terlebih Kepri merupakan daerah yang memiliki tiga wilayah yang diberi status sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas (FTZ/Free Trade Zone) oleh pemerintah pusat sejak 1 April 2010.

Dengan status tersebut, mobilitas aktivitas bisnis di kawasan ini cukup tinggi terlebih bagi kota Batam yang memang sejak lama memiliki status khusus sebagai kawasan industri, sehingga wajar bila investor di Kepri yang sebagian besar merupakan investor asing menuntut kesempurnaan dalam layanan.
Sayangnya, kata Cahya pemerintah pusat kurang jeli melihat hal itu, sehingga permasalahan yang ada makin menumpuk menyebabkan geliat bisnis di kawasan ini agak terganggu.

“Padahal dengan status FTZ, Batam mestinya sudah dapat tumbuh seperti Hongkong atau Singapura, namun kenyataannya Batam tertinggal puluhan tahun dibanding kawasan itu,” katanya.

Permasalahan yang paling mendasar, menurut Cahya terletak pada birokrasi apakah itu layanan, aturan maupun infrastruktur. Dari segi aturan, menurutnya seringnya terjadi perubahan terhadap payung hukum dan status Batam serta Bintan dan Karimun dianggap oleh investor sebagai satu hal yang tidak konsisten dari pemerintah sehingga menimbulkan ketidakpastian dan keraguan dalam berbisnis.

Kemudian dari segi layanan atau service, selama ini ketentuan yang dibuat nyaris sempurna tanpa hambatan, namun praktik dilapangan sering berbeda karena petugas dilapangan dinilai sering tidak professional dalam bekerja sehingga terjadi pungutan liar yang menimbulkan biaya (cost).

Sedangkan dari segi infrastruktur, sampai saat ini kondisi pelabuhan ekspor impor di Batam, Bintan dan Karimun masih kurang refresentatif untuk melakukan aktivitas yang lebih besar karena kapasita pelabuhan terbatas.

Oleh sebab itu, setelah terpilih menjadi Ketua Apindo Cahya mengumpulkan anggotanya untuk berdiskusi dan mencari kendala kendala dalam menjalankan bisnis di Kepri dan kendala itu selanjutnya menjadi bahan masukan bagi pemerintah untuk ditindak lanjuti. Namun, kata dia sampai saat ini banyak masukan yang disampaikan ke pemerintah belum ada tindak lanjutnya.

Bahkan terhadap penentuan Upah Minimun, Apindo justru berseberangan dengan pemerintah karena usulan yang di berikan Apindo justru ditolak pemerintah yang mengakibatkan Apindo mengajukan gugatan hukum atas pemerintah Kota Batam yang telah memutuskan sepihak ketentuan upah minimum tersebut.

Menurut Cahya, hal itu mestinya tidak terjadi bila pemerintah mau mendengarkan masukan dari pengusaha dan pengusaha juga mau berdiskusi secara baik dengan pemerintah dan perwakilan buruh. Namun, kondisi yang selalu berulang setiap tahun itu selalu menemui jalan buntu dan masing masing pihak kekeh pada pendiriannya.
Cahya berharap, kendala kendala birokrasi seperti itu diharapkan sudah tidak ada lagi pada tahun tahun mendatang, karena untuk membangun daerah ini di perlukan kekompakan antara pengusaha dan pemerintah serta masyarakat.

Menurutnya, Kawasan Batam, Bintan dan Karimun memiliki potensi untuk tumbuh lebih baik dan lebih cepat dibanding daerah lain di Indonesia karena posisinya yang sangat strategis yang merupakan jendela Indonesia di bagian barat, selain itu dengan status yang ada saat ini sebagai FTZ membuka peluang daerah ini untuk meraih investor sebanyak banyaknya.

Cahya yakin jika pemerintah punya political will yang kuat dan mau menghilangkan hambatan birokrasi tersebut dalam beberapa tahun kedepan, Batam akan tumbuh lebih cepat begitupun dengan Bintan dan Karimun.

Langkah pertama menurut Cahya, pemerintah mestinya membuka seluas luasnya status perdagangan bebas tanpa syarat, sehingga arus masuk keluar barang dari manapun bisa bebas tanpa hambatan dan pungutan. Itu bisa menjadikan Batam sebagai surga belanja bagi warga negara Indonesia dan warga negara lainnya, sehingga Batam nantinya mampu menyaingi singapura.

Dengan demikian, masyarakat Indonesia yang selama ini sering belanja ke Singapura akan beralih ke Batam begitupun dengan warga negara lainnya. Sehingga ekonomi bisa tumbuh, lapangan kerja tercipta.

“Itu menjadi harapan pemerintah, pengusaha dan masyarakat,” katanya. Cahya yakin mimpi itu bisa terwujud ditunjang oleh posisi Batam yang sangat strategis.
Namun, tentunya untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan kerja keras, dan sebagai Ketua Apindo Kepri, Cahya harus mendengar lebih banyak masukan dari anggotanya untuk menjadi bahan bagi pemerintah untuk merumuskan kebijakan.
Oleh sebab itu, Cahya berharap pengusaha dan pemerintah bisa kompak untuk mewujudkan mimpi tersebut.

Cahya sadar, sebagai Ketua Apindo Kepri yang baru dipilih anggotanya Oktober 2009 lalu, akan menyita banyak waktunya terlebih dia juga harus mengurus puluhan perusahaan propertinya di Kepri. Oleh karena itu Cahya harus mengatur waktunya dengan baik.

Untuk mengatur bisnisnya, Cahya telah mempercayakan perusahaanya dipimpin oleh orang lain sehingga dia tidak perlu setiap waktu untuk mengecek perkembangannya, sedangkan di Apindo dia akan lebih berkonstrasi untuk mengurus anggota, mendengarkan keluhan dan memfasilitasi keluhan itu dengan pemerintah untuk dicarikan pemecahannya.
Untuk keluarga, Cahya tidak pernah lupa, setiap akhir pekan dia selalu menyempatkan waktu kumpul dan berwisata dengan istri dan empat orang anaknya. Tentunya ketempat wisata yang menjadi andalan yang juga dimiliki Cahya yakni di kawasan wisata Ocarina di Batam Centre.

Untuk menjalani aktivitas yang demikian padat tersebut, kesehatan harus dijaga oleh karena itu Cahya senantiasa mengonsumsi buah buahan dan berolah raga. Olah raga yang menjadi hobinya adalah bulu tangkis, bahkan sangking hobinya dia mau mengeluarkan uang dari koceknya sendiri untuk mendiringkan lima gedung olah raga sebagai pusat pelatihan bulu tangkis di Provinsi Kepri.

Selain menjalani hobi, dibidang bulu tangkis ini Cahya punya cita cita ingin melihat kejayaan Bulu Tangkis Indonesia bangkit kembali. Untuk itu dia selalu mendorong putra putri di Kepri untuk bisa berprestasi.

Langkah Cahya tersebut tidak sia sia karena dua orang putra putrid dari Kepri telah berhasil mengikuti Pelatnas di Cipayung dan diharapkan bisa mengukir prestasi internasional.

“Itu sesuai dengan cita cita saya bagi bangsa ini,” kata Cahya, karena di usianya ang terbilang tidak muda lagi, yakni 46 tahun, Cahya berharap bisa memberika sesuatu yang terbaik buat bangsa.

Sebab, dari segi ekonomi Cahya terbilang sudah mapan dengan memiliki puluhan perusahaan yang terus tumbuh omsetnya, begitupun dengan keluarganya yang saat ini empat orang anaknya sudah mampu bersekolah di sekolah terbaik di dalam dan luar negeri.

Oleh sebab itu, dengan prinsif hidup yang dijalani untuk selalu berbuat sesuatu yang terbaik bagi kebaikan orang lain, Cahya optimistis sebagai pribadi dia bisa membawa keluarganya untuk hidup lebih baik dengan bisnis yang dijalaninya saat ini, dan sebagai Ketua Apindo dia akan merangkul seluruh pengusaha di Kepri untuk kompak bersatu padu dengan pemerintah membangun daerah. (gus).

Minggu, 14 Februari 2010

Kandungan Lokal Industri Penunjang Migas Diharapkan 100 Persen



Foto : Workshop Guspenmigas dan APPI di Turi Beach Batam, Februari 2010

BATAM – Gabungan usaha penunjang minyak dan gas bumi (Guspenmigas) berharap kandungan lokal penggunaan jasa dan barang untuk industri penunjang minyak dan gas (Migas) dalam negeri sebesar 100 persen untuk menunjang investasi domestik di industri itu.




“Kualitas produk jasa dan barang dalam negeri di industri penunjang Migas cukup bersaing dengan perusahaan asing namun seringkali tidak mendapat kesempatan untuk memenangi tender karena kalah bersaing dengan perusahaan asing oleh karena itu pemerintah perlu mengaturnya dengan memberlakukan penggunaan kandungan lokal di industri itu hingga 100 persen,” kata Presiden Direktur PT Citra tubindo yang juga anggota Guspenmigas dalam workshop pengadaan jasa dan barang industri Migas di Batam, Kamis (10/2).

Menurut dia, Pemerintah RI terlalu longgar dan bebas mengatur pengadaan barang dan jasa penunjang industri Migas di tanah air sehingga membuka kesempatan bagi perusahaan asing untuk mengambil pasar tersebut. Akibatnya, industri penunjang Migas di tanah air kelimpungan karena sulit mendapatkan kontrak pengadaan barang dan jasa tersebut, padahal banyak perusahaan dalam negeri yang sudah memproduksi barang dan jasa dengan kualitas bersaing dari perusahaan asing.

Padahal, Amerika Serikat dan Korea Selatan memberikan proteksi terhadap industri penunjang migas di negaranya untuk menghalau serbuan produk barang dan jasa dari Cina, sehingga investasi nasional di negara itu terjamin.

Jika perusahaan asing itu ingin mendapatkan pasar yang lebih besar di negara itu, pemerintahnya mewajibkan perusahaan asing itu menanamkan investasi dan membuka usahanya di negara tersebut sehingga ada nilai tambah terhadap pertumbuhan ekonomi.

Ketua APPI (Asosiasi Pengadaan Industri Perminyakan Indonesia) Dharma L Jenie pada kesempatan yang sama mengatakan, industri migas sangat kompleks dari mulai hilir sampai hulu, dan lembaga yang terlibat di dalamnya juga cukup banyak seperti Pertamina, BP Migas, Kementerian Perindustrian dan lainnya.

Lembaga tersebut, kata dia masih memiliki persepsi yang berbeda dalam memandang investasi dalam industri tersebut sehingga Workshop yang dilakukan di Batam ini diharapkan bisa menyamakan persepsi dari seluruh lembaga yang terlibat dalam industri penunjang migas di tanah air. Harapannya, agar investasi domestic di industri tersebut bisa terjaga dan produk barang serta jasa dalam negeri bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Meski demikian, untuk mendapatkan kandungan lokal sampai 100 persen dalam pengadaan barang, jasa di industri itu sangat sulit. Pasalnya, tidak semua perusahaan dalam negeri di industri itu memproduksi barang dengan kualitas yang memenuhi standar internasional, padahal kualitas itu dibutuhkan bagi perusahaan konstruksi Migas guna menghindari risiko.

Oleh sebab itu, jumlah kandungan lokal dalam pengadaan barang, jasa di industri tersebut akan dibicarakan dalam workshop ini dan tentunya akan mengacu pada peraturan yang sudah ada.

Hasil dari workshop tersebut nantinya akan dijadikan rekomendasi untuk disampaikan ke pihak pihak terkait seperti pemerintah dan BP Migas untuk ditindak lanjuti.
Dijelaskan, kandungan lokal untuk industri penunjang Migas tersebut sekarang masih rendah yakni 25 persen dan diharapkan bisa tumbuh menjadi 60-70 persen, sementara itu kalangan pengusaha berharap bisa menjadi 100 persen.
Pemerintah sendiri saat ini sedang menyusun Blueprint Pengembangan Kapasitas Nasional Bidang Migas dan diharapkan nantinya akan ada rumusan cetak biru pengembangan kapasitas nasional di sektor migas, meliputi inventarisasi hambatan-hambatan peningkatan kapasitas nasional, penyusunan sistem pemantauan apresiasi produk dan jasa dalam negeri yang lebih baik, mekanisme untuk peningkatan kapasitas nasional dalam industri migas untuk mencapai target 50-70 persen di tahun 2025.
Kepala Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang dan Jasa Departemen Perindustrian, Herman Supriadi mengatakan, potensi pendapatan dalam industri penunjang Migas di dalam negeri cukup tinggi dan selama ini lebih banyak di terima oleh perusahaan asing karena menang dalam proses tender.
Pada 2004 saja, total belanja untuk keperluan hulu migas mencapai 5,2 miliar dollar AS meningkat menjadi 6,9 miliar dollar AS di tahun 2005 dan naik kembali menjadi 8,6 miliar dollar AS di 2006.

Dari Total belanja tersebut, pada tahun 2004 tercatat sekitar 2,1 juta dolar AS digunakan untuk mengimpor barang keperluan operasi dan pada 2005 impor barang operasi mencapai 1,8 juta dollar AS serta 2006 sebesar 2,3 juta dollar AS. (gus).

Kamis, 11 Februari 2010

IHSG gagal bertahan di zona hijau

Perdagangan saham kemarin tampak berlangsung sangat fluktuatif. IHSG berusaha untuk terus bertahan di zona hijau. Indeks bahkan sempat melorot sampai ke titik terendahnya di 2.474,4 sebelum akhirnya ditutup melemah 6,05 poin atau 0,24% di level 2.483,44. Transaksi berlangsung relatif sepi dengan total nilai transaksi di pasar regular hanya sekitar Rp3,2tn.




Tadi malam waktu Jakarta, bursa saham di Wall Street melemah tipis setelah pasar merespon negatif terhadap pidato Gubernur Bank Sentral AS Ben Bernanke. Indeks Dow Jones turun 20,26 poin atau 0,2% ke level 10.038,38.

Pagi ini, bursa-bursa regional lainnya memberikan reaksi beragam terhadap perkembangan yang ada di New York. Beberapa nampak dibuka menguat kecuali Kuala Lumpur dan New Zealand yang melemah antara 0,05% — 0,5%.

IHSG kami perkirakan akan kembali berusaha menembus level 2.500. Merebaknya isu pecahnya koalisi Partai Demokrat dan Partai Golkar terkait masalah pajak yang menimpa Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie sedikit banyak mempengaruhi sikap pasar terhadap saham-saham Grup Bakrie. Kemarin, saham BUMI ditutup melemah 50 poin ke level Rp2.250 dengan total nilai transaksi mencapai Rp835,8miliar.

Selain itu, pasar juga masih menunggu penyelesaian Panitia Khusus dalam perkara Bank Century yang ditengarai melibatkan partai yang berkuasa saat ini, Parta Demokrat. Untuk itu, kami perkirakan IHSG akan bergerak dengan kisaran 2.467 — 2.566.

Citra Tubindo Raih Kontrak USD.100 Juta



Foto : Presiden Direktur PT Citra Tubindo Tbk, Kris Willuan

BATAM – Perusahaan pipa baja PT Citra Tubindo Tbk diketahui telah memperoleh kontrak pengadaan pipa baja untuk industri Minyak dan Gas (Migas) dari Qatar senilai 100 juta dollar AS setara dengan 1 triliun rupiah dengan kurs 10.000 rupiah per dollar AS, sehingga perusahaan itu optimistis target pertumbuhan pendapatan tahun ini sebesar 32 persen bisa dicapai.




Presiden Direktur Citra Tubindo Kris Willuan mengatakan, pihaknya baru saja mendapat kontrak pengadaan pipa baja dari Timur Tengah yakni Qatar untuk pengadaan distribusi jaringan proyek Minyak dan Gas di negara tersebut dengan volume yang cukup tinggi senilai 100 juta dollar AS (1 triliun rupiah).

“Kami cukup yakin target pendapatan tahun ini bisa dicapai karena telah diterima kontrak cukup besar dari Timur Tengah yakni senilai 100 juta dollar AS,” katanya kepada Koran Jakarta, Kamis (10/2).

Perseroan juga sedang mengincar kontrak lainnya dari beberapa perusahaan seperti dari Conoco Philips di Cina Selatan yang sedang melakukan tender pengadaan pipa baja senilai 25 juta sampai 30 juta dollar AS dan proyek dari TOTAL yang juga sedang melakukan tender senilai 50 juta sampai 60 juta dollar AS.

Dengan telah diterimanya kontrak tersebut, ditambah lagi adanya kecenderungan peningkatan harga pipa baja, maka perseroan optimistis target tahun ini senilai 303,33 juta dollar AS naik 32,5 persen dibanding proyeksi pendapatan 2009 yang 299 juta dollar AS bisa dicapai.

Menurut Kris, harga pipa baja pada tahun ini diprediksi lebih tinggi dibanding 2009 karena meningkatnya konsumsi yang dipicu oleh maraknya aktivitas eksplorasi minyak dan gas paska meredanya dampak krisis keuangan global yang mendorong peningkatan permintaan terhadap minyak dan gas untuk kegiatan industri.

Kinerja perusahaan bahkan bisa lebih tinggi dari target, kata dia bila pemerintah RI mau meningkatkan kandungan lokal penggunaan barang dan jasa dalam industri penunjang migas di dalam negeri, pasalnya banyak konstruksi migas di tanah air masih menggunakan barang dan jasa asing untuk penunjang operasionalnya padahal industri dalam negeri sudah bisa berproduksi dengan kualitas yang cukup bersaing.

Kris berharap pemerintah mau meningkatkan kandungan lokal penggunaan barang dan jasa industri penunjang Migas menjadi 100 persen sehingga, perusahaan dalam negeri bisa berkembang.

Bangun Pelabuhan

Terkait dengan proyek pengembangan pelabuhan container di Kawasan Industri Kabil, Kris mengatakan proyek tersebut di targetkan rampung tahun ini.

“Saya perkirakan pelabuhan container di Kabil rampung tahun ini,” kata dia.

Sekretaris Perusahaan Citra Tubindo Harsono menambahkan, pelabuhan container di Kabil tersebut sekarang sudah selesai 90 persen dan sebagian dari kawasan pelabuhan itu sudah beroperasi. Proyek tersebut secara keseluruhan ditargetkan rampung akhir tahun 2010 sehingga bisa memberi kontribusi pada pendapatan tahun ini karena akan diterimanya pendapatan berupa biaya jasa dari aktivitas bongkar muat kapal yang ada di pelabuhan tersebut.

Selain itu, aktivitas bongkar muat dan pengiriman barang milik perusahaan ke luar negeri juga diharapkan bisa lebih cepat sehingga akan mengurangi biaya karena lebih efisien.

Menurut Harsono, Pelabuhan kontainer di Kabil itu dibangun dengan nilai investasi sekitar 60 juta dollar AS dan nantinya akan menjadi salah satu pelabuhan bebas di Batam yang bisa dimanfaatkan untuk aktivitas bongkar muat barang tanpa kena pungutan, bea masuk dan pajak.

Wakil Ketua Bidang Flat Product Asosiasi Industri Baja dan Besi Indonesia (Indonesian Iron & Steel Industry Association/IISIA) Irvan Kamal Hakim mengatakan, industri baja termasuk pipa baja tahun ini akan dihadapi dengan persaingan cukup ketat dari produksi Cina paska berlakunya perjanjian perdagangan bebas Cina dan Asean sejak 1 Januari 2010.

Untuk itu, pemerintah perlu melindungi industri dalam negeri dengan memberlakukan ketentuan wajib verifikasi impor besi atau baja untuk membendung serbuan produk Cina. Saat ini saja, kata dia sudah mulai terasa penurunan penjualan produk dalam negeri, itu terlihat dari utilisasi pabrik pipa baja dalam negeri yang tinggal 28,4 persen dari total kapasitas terpasang 2,23 juta ton. (gus).


Rabu, 10 Februari 2010

IHSG gagal bertahan di zona hijau

Perdagangan saham kemarin tampak berlangsung sangat fluktuatif. IHSG berusaha untuk terus bertahan di zona hijau. Indeks bahkan sempat melorot sampai ke titik terendahnya di 2.474,4 sebelum akhirnya ditutup melemah 6,05 poin atau 0,24% di level 2.483,44. Transaksi berlangsung relatif sepi dengan total nilai transaksi di pasar regular hanya sekitar Rp3,2tn.




Tadi malam waktu Jakarta, bursa saham di Wall Street melemah tipis setelah pasar merespon negatif terhadap pidato Gubernur Bank Sentral AS Ben Bernanke. Indeks Dow Jones turun 20,26 poin atau 0,2% ke level 10.038,38.

Pagi ini, bursa-bursa regional lainnya memberikan reaksi beragam terhadap perkembangan yang ada di New York. Beberapa nampak dibuka menguat kecuali Kuala Lumpur dan New Zealand yang melemah antara 0,05% — 0,5%.

IHSG kami perkirakan akan kembali berusaha menembus level 2.500. Merebaknya isu pecahnya koalisi Partai Demokrat dan Partai Golkar terkait masalah pajak yang menimpa Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie sedikit banyak mempengaruhi sikap pasar terhadap saham-saham Grup Bakrie. Kemarin, saham BUMI ditutup melemah 50 poin ke level Rp2.250 dengan total nilai transaksi mencapai Rp835,8miliar.

Selain itu, pasar juga masih menunggu penyelesaian Panitia Khusus dalam perkara Bank Century yang ditengarai melibatkan partai yang berkuasa saat ini, Parta Demokrat. Untuk itu, kami perkirakan IHSG akan bergerak dengan kisaran 2.467 — 2.566.

Persero Batam Incar Pendapatan Rp.59,5,4 Miliar



Foto : Direktur Utama PT Persero Batam, Harjo Suwito

BATAM - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penyedia jasa warehouse dan transportasi, PT Persero Batam menargetkan pendapatan tahun ini 59,5 miliar rupiah, naik 12 persen dibanding realisasi 2009 yang 53,1 miliar rupiah. Untuk itu perseroan menganggarkan belanja modal 19,5 miliar rupiah guna pengembangan usaha.




Direktur Utama Persero Batam Harjo Suwito mengatakan, membaiknya ekonomi nasional dan global pada tahun ini setelah terpuruk akibat dampak krisis keuangan global menyebabkan aktivitas bongkar muat barang di pelabuhan Batam akan naik signifikan.. Akibatnya, permintaan jasa pergudangan atau warehouse dan transportasi (angkutan) kontainer akan meningkat.

“Tahun ini kami telah siapkan belanja modal 19,5 miliar rupiah dari kas internal untuk pengembangan usaha dengan harapan laba usaha bisa melonjak hingga 21,8 persen atau 6,7 miliar rupiah,” katanya kepada Koran Jakarta, Rabu (10/2).

Harjo memprediksi kinerja pendapatan dan laba tahun ini lebih baik dibanding 2009, dan perseroan telah menargetkan angka pertumbuhan pendapatannya sebesar 12 persen atau senilai 59,5 miliar rupiah dibanding realisasi 2009 yang 53,1 miliar rupiah. Sementara itu, laba usaha ditargetkan 6,7 miliar rupiah, naik 21,8 persen dibanding realisasi 2009 yang 5,5 miliar rupiah.

Untuk mencapai target itu, kata dia perseroan telah menyiapkan belanja modal sekitar 19,5 miliar rupiah dari kas internal guna pengembangan usaha antara lain, meningkatkan kualitas pegawai, meningkatkan layanan pada pelanggan untuk menciptakan customer loyalty oleh karena itu standar layanan akan ditingkatkan sesuai dengan ISO 9001 series.

Perseroan juga akan memperbesar kapasitas bisnisnya dengan cara menambah jumlah agen pemasaran di beberapa kota di Indonesia dan luar negeri. Selain itu, rencana pendirian anak usaha di sector forwarding juga akan di realisasikan tahun ini.
Menurut Harjo, sebagai perusahaan yang bergerak di sektor jasa maka kualitas pelayanan kepada konsumen sangat dibutuhkan, sebab kompetisi dengan perusahaan sejenis cukup ketat.

“Bila konsumen merasa tidak nyaman dengan layanan yang diberikan, maka mereka bisa dengan mudah dan cepat pindah ke perusahaan lain,” katanya.

Untuk itu, perseroan terus meningkatkan layanan kepada konsumen dengan berupaya mendapatkan Sertifikat SMK3 sesuai ketentuan dari Kementerian Tenaga Kerja hal ini untuk memastikan kecelakaan nihil pada proses kerja dan juga akan menerapkan Sistem Managemen Pengamanan (Security Management) sesuai Peraturan KAPOLRI no 24 tahun 2007.

Harjo optimistis target itu bisa dicapai, karena kinerja pada tahun 2009 saja melebihi target. Pada 2009, perseroan hanya menargetkan pendapatan 48,6 miliar rupiah dengan laba usaha 2,8 miliar rupiah namun realisasinya di atas target yakni pendapatan 53,1 miliar rupiah dengan laba usaha 5.5 miliar rupiah.

Peningkatan kinerja tersebut di pengaruhi oleh beberapa hal antara lain, efisiensi yang dilakukan dengan optimalisasi sdm yang ada dan menghilangkan pengeluaran yang tidak perlu, kemudian peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) serta perluasan pasar dengan mempertimbangkan untuk membuka kantor agen di dalam dan luar negeri.
Dengan langkah tersebut diharapkan perseroan menambah pelanggan besar yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan 2010 melebihi target yang telah ditentukan.

Sementara itu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan laba bersih BUMN sejumlah 90 triliun rupiah atau naik 17,78 persen pada 2010.
Menteri BUMN Mustafa Abubakar pernah mengatakan, target laba bersih sekitar 90 triliun rupiah akan didukung dari industri baja, selain itu sektor energi,perbankan dan telekomunikasi akan menyumbang pendapatan besar pada tahun ini.(gus).

Senin, 08 Februari 2010

IHSG menggeliat ditengah tekanan arus regional

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin meluncur dibawah level 2.500 dengan derasnya tekanan arus tekanan jual di bursa-bursa regional yang memberikan sentimen negatif cukup kuat terhadap Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada perdagangan saham kemarin, IHSG akhirnya ditutup turun 43,4 poin atau 1,7% di level 2.475,57 setelah sempat meluncur ke titik terendahnya di level 2.431,8. Perdagangan saham kemarin terlihat masih diwarnai tekanan jual, yang terlihat dengan total nilai transaksi yang mencapai Rp4,5tn, naik tipis dibanding penutupan pekan lalu.




Tadi malam waktu Jakarta, bursa Wall Street kembali tergerus cukup dalam dan bahkan anjlok ke level dibawah 10.000. dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran investor terhadap kondisi finansial terutama berkaitan dengan masalah utang Yunani, Portugal dan Spanyol yang dikhawatirkan akan berimbas ke Negara-negara Eropa lainnya. Indeks Dow Jones tadi malam ditutup -103,84 poin atau 1,04% ke level 9.908,39.

Pagi ini, bursa-bursa Asia Pasifik sebagian besar dibuka melemah terimbas oleh pelemahan di New York. Kecuali Seoul dan Taiwan yang dibuka menguat tipis dengan kisaran 0,1% — 0,4%, bursa-bursa regional lainnya dibuka melemah.

Ditengah derasnya tekanan jual di regional, kami perkirakan pagi ini IHSG akan mencoba bergerak naik setelah kemarin turun tajam. Namun, ketidak pastian situasi politik dalam negeri akan turut menentukan arah indeks kedepan. Hadirnya pemain baru Pembangunan Perumahan (PTPP) pagi ini yang ditawarkan pada harga Rp560 per lembar diharapkan bisa memberikan arah lain dipasar. IHSG pagi ini kami perkirakan akan mencoba menggeliat naik dengan kisaran 2.430 — 2.519.

Saat ini, Panitia Khusus (Pansus) Bank Century telah memasuki masa-masa akhir penyelidikannya yang akan diumumkan awal bulan Maret nanti. Semua Fraksi memberikan pandangannya masing-masing terhadap kasus Bank Century ini. Dalam proses ini, ditengarai adanya tanda-tanda perpecahan koalisi pemerintahan, yang tentunya akan berpengaruh terhadap iklim politik di Indonesia nantinya. Hal ini tentunya memperburuk situasi pasar saat ini yang tengah dilanda badai dari regional. (gus)

2009, Nilai Investasi di Batam Capai USD358, 7 Juta

BATAM – Nilai investasi asing (PMA) di Batam sepanjang 2009 tercatat 358,7 juta dollar AS yang terdiri dari 82 proyek baru berasal dari beberapa negara antara lain Singapura, Inggris, India, Jepang dan Belanda.




Kepala Biro Humas Otorita Batam Dwi Joko Wiwoho mengatakan, persetujuan aplikasi baru penanaman modal asing (PMA) pada 2009 sebanyak 82 proyek baru dengan nilai investasi sekitar 358.727.531 dollar AS. Nilai investasi itu, sudah termasuk perluasan usaha.

Sementara itu, pada Desember 2009 saja, jumlah proyek yang disetujui sebanyak Sembilan proyek PMA dengan nilai investasi 28.625.507 dollar AS dan empat proyek perluasan senilai 241.350.000 dollar AS. Investasi itu diperkirakan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 743 pekerja.

Dikatakan, proyek PMA baru selama Januari sampai Desember 2009 itu berasal dari beberapa negara, yaitu Singapura, Inggris, Australia, Malaysia, India, Luxemburg, Taiwan, Jepang, RRC, Belanda, Korea Selatan, British Virgin Island, Cayman Island, Austria, Amerika Serikat, Selandia Baru, Myanmar dan Jerman.

Ada pun bidang usahanya meliputi Industri pembuatan atau perbaikan Kapal (8 proyek), Industri pallet kayu dan komponen bahan bangunan, perdagangan besar (Distributor Utama) Ekspor/Impor, Industri peralatan lainnya dari logam dan industri paku, mur dan baut, Penjualan langsung dari jaringan (direct selling), Jasa Engineering Procurement Construction (EPC), Industri panel listrik, switches dan rak kabel, Perkebunan jarak pagar(jatropha curcas), Industri roti, Industri rokok putih, serta Industri dan jasa lainnya (41 proyek).

Selain itu, Pada Desember 2009 juga terdapat dua proyek perluasan usaha dari investor dalam negeri (PMDN) senilai 71.400.000.000,- rupiah yang menyerap tenaga kerja sebanyak 1.050 orang.

Dengan demikian kumulatif PMA di Batam sejak tahun 1971 – Desember 2009 telah mencapai 1.132 PMA dengan nilai investasi mencapai 5.662.462.562 dollar AS dan 173 PMDN senilai 3.249.554.200.000 rupiah dengan perkiraan total jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 300.078 orang.

Menurut Joko, adanya pertumbuhan angka investasi tersebut menunjukan bahwa situasi dan iklim investasi di Batam masih kondusif dan aman, sehingga tetap diminati oleh investor seiring dengan mulai membaiknya perekonomian dunia secara perlahan. Diperkirakan dengan status FTZ Batam akan terjadi loncatan investasi di masa yang akan datang.(gus).


Krakatau Steel siap masuk bursa tahun ini

Produsen baja BUMN Krakatau Steel (KS) berencana segera masuk bursa kuartal IV tahun ini dengan melepas sekurang-kurangnya 30% sahamnya ke publik melalui penawaran publik perdana (Initial Public Offering — IPO). Produsen baja tersebut telah menunjuk tiga sekuritas guna menangani rencana ini: Danareksa Sekuritas, Bahana Sekuritas, dan Mandiri Sekuritas.




KS menargetkan dapat meraup sedikitnya US$400juta dari IPO tersebut. Dana yang terkumpul akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 2,9juta ton dari saat ini sekitar 2juta ton. Kedepan, perseroan berniat meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 10juta ton.

Saat ini, perseroan bersama dengan BUMN Korea Selatan, Pohang Iron and Steel Company (Posco) tengah membangun pabrik baru dengan kapasitas 6juta ton di Cilegon. Pabrik baru dengan total nilai investasi sebesar US$6miliar tersebut nantinya akan menghasilkan baja canai panas (hot-rolled-coils — HRC), pelat baja, dan slab (bahan baku pelat baja dan HRC). (Gus).

Minggu, 07 Februari 2010

Kinerja Asia Pasifik Terganjal PPA

JAKARTA - Perusahaan serat sintetis, PT Asia Pasifik Fibers Tbk yang dahulu bernama PT Polysindo Eka Perkasa Tbk masih belum dapat meningkatkan kapasitas produksinya yang sudah maksimum dengan membeli mesin produksi baru disebabkan belum bisa mencari pinjaman karena belum rampungnya restrukturisasi utang dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Meski demikian, perusahaan itu berhasil mencapai target penjualan 2009 senilai 3,5 triliun rupiah.




Sekretaris Perusahaan Asia Pasifik Fibers H. Tunaryo mengatakan, proses restrukturisasi utang dengan PPA yang ditargetkan rampung awal 2010 ternyata belum selesai sampai saat ini sehingga rencana untuk meningkatkan kapasitas produksi mesin di Kerawang dan Semarang yang sudah hampir maksimal belum bisa dilakukan.

“Proses restrukturisasi di PPA yang dijadwalkan selesai awal tahun ini ternyata gagal, akibatnya kapasitas produksi belum bisa ditingkatkan,” katanya kepada Koran Jakarta, Minggu (7/2).

Padahal kata Tunaryo, konsumsi serat sintetis tahun ini diprediksi bakal melonjak dipicu oleh mulai membaiknya ekonomi nasional dan global. Itu terbukti dengan tingginya permintaan serat sintetis seperti benang fillamen dari dalam negeri yang mendorong tercapainya target penjualan perseroan sebesar 3,5 triliun rupiah di 2009, naik 6,1 persen dibanding 2008 yang 3,3 triliun rupiah.

Untuk tahun ini, perseroan menargetkan penjualannya sama dengan 2009 yakni 3,5 triliun rupiah dengan asumsi jumlah produksi sama dengan 2009, namun bila proses restrukturisasi utang dengan PPA rampung dan perseroan bisa memperoleh pinjaman bank untuk membeli mesin produksi baru sehingga kapasitas produksi naik maka penjualan akan naik signifikan atau bisa mencapai lebih dari 4,0 triliun rupiah.

Tunaryo optimistis dengan target tersebut karena pengalaman di 2009 tingkat konsumsinya cukup tinggi dan tahun ini dipredisksi akan naik signifikan. Pada tahun 2009, perseroan mampu menjual 700.000 ton benang fillamen di dalam negeri dengan market share sekitar 30 persen, jumlah itu masih bisa di tingkatkan karena permintaan cukup tinggi.

Perseoan sendiri menjual produksinya 65 persen untuk kebutuhan domestik dan 35 persen untuk ekspor. Penjualan ekspor sebenarnya bisa ditingkatkan karena permintaan cukup tinggi, namun konsumsi domestik sendiri cukup kuat sehingga penjualan ekspor belum dapat ditingkatkan.

Menurut Tunaryo, kinerja perseroan cukup terganggu karena belum selesainya proses restrukturisasi dengan PPA. Padahal, sejak pemilik saham lama yakni Texmaco hengkang dari Asia Pasifik, mestinya PPA bisa memisahkan restrukturisasi tersebut sehingga prosesnya menjadi lebih mudah.

Perseroan memiliki total tunggakan utang yang sedang direstrukturisasi oleh PPA sejumlah 1 miliar dollar AS dan sudah dibayar 107 juta dollar AS, sisanya sekitar 893 juta dollar AS rencananya akan dikonversi menjadi saham sebanyak dua miliar unit atau dengan jumlah kepemilikan saham sekitar 51,2 persen.

Menurut Tunaryo, pemegang saham mayoritas saat ini yakni Damiano Investment BV dari Belanda sedang intensif mengurus proses restrukturisasi tersebut, dan diharapkan pertengahan tahun ini bisa rampung. Damiano Investment BV diketahui memiliki 60,70 persen saham di PT Asia Pasifik Fibers Tbk yang awalnya dimiliki Texmaco.


Revitalisasi Industri

Sementara itu, Direktur Industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Arryanto Sagala mengatakan, pemerintah akan meneruskan program restrukturisasi mesin industri tekstil dalam negeri, dan tahun ini dana subsidi untuk program pembaharus mesin produksi tekstil dianggarkan 144,35 miliar rupiah.

Anggaran itu lebih rendah disbanding tahun tahun sebelumnya, pada 2007 dana yang dialokasikan 255 miliar rupiah, lalu naik menjadi 330 miliar rupiah di 2008 dan tahun 2009 menjadi 240 miliar rupiah.

Rendahnya anggaran tahun ini, kata Arryanto disebabkan daya serap atau penggunaan dana tersebut oleh perusahaan tekstil relatif kecil yakni hanya 61 persen dari target pemerintah.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Benny Soetrisno menambahkan, mesi daya serat program restrukturisasi itu kecil namun pemerintah diminta untuk tetap meneruskan program tersebut untuk meningkatkan daya saing sektor tekstil di tengah era perdagangan bebas, karena selama berjalannya program itu sudah banyak perusahaan tekstil yang meremajakan mesin produksinya sehingga kualitas produksi makin terjamin. (gus).

Asahimas Flat Glass Tbk Penetrasi Pasar Cina

JAKARTA – Perusahaan kaca, PT Asahimas Flat Glass Tbk berencana meningkatkan pasar ekspor untuk produk kaca yang menggunakan teknologi Chemical Vapour Deposition (CVD) ke Cina paska dibukanya perjanjian perdagangan bebas Asean-Cina (Asean-Cina Free Trade Agreement) sejak 1 April 2010, untuk meraih pertumbuhan penjualan 10-15 persen pada tahun ini atau senilai 2,1 triliun sampai 2,2 triliun rupiah.




Sekretaris Perusahaan Asahimas Hendrik Adrianto mengatakan, dibukanya status perdagangan bebas antara Asean dan Cina diperkirakan akan makin memperbesar pasar perusahaan di luar negeri, khususnya di Cina yang sangat potensial. Oleh sebab itu, perseroan sedang mengaji untuk memperbesar penjualanya ke Cina selain Jepang, Australian dan Oceania yang selama ini menjadi pasar utama.

“Asean-Cina Free Trade Agreement membuka peluang bagi kami untuk lebih agresif masuk ke pasar ekspor khususnya Cina yang sangat potensial, sehingga penjualan ke negara itu akan kami tingkatkan, harapannya bisa berkontribusi terhadap penjualan tahun ini yang ditargetkan tumbuh 10-15 persen,” katanya kepada Koran Jakarta, Minggu (7/2).

Tidak menutup kemungkinan, kata dia dengan dibukanya status perdagangan bebas itu, posisi pasar ekspor Jepang dan Australia akan di geser oleh posisi Cina karena permintaan di negara itu cukup tinggi khususnya untuk produk kaca berkualitas tinggi, sehingga perseroan akan fokus penjualannya untuk produk kaca dengan teknologi tinggi yakni teknologi Chemical Vapour Deposition (CVD) yang belum banyak di produksi oleh perusahaan kaca global.

Untuk memperbesar pasar di Cina, perseroan berencana menambah beberapa agen di Singapura sebagai perusahaan yang mengatur distribusi untuk pasar ekspor, saat ini jumlahnya baru dua perusahaan. Sementara itu, agen penjualan di Cina juga rencananya akan di tambah.

Terkait dengan rencana memperbesar pasar Cina tersebut, Hendrik belum bisa memastikan persentase peningkatan penjualannya, karena masih harus diperhitungkan dengan ongkos transportasi dan kompetisi dengan produk lokal. Selain itu, faktor permintaan domestik juga akan mempengaruhi karena bila permintaan domestik menguat maka penjualan ekspor tidak akan agresif namun bila permintaan domestik lemah maka ekspor akan ditingkatkan khususnya ke Cina. Saat ini, volume penjualan ekspor dan domestic hampir sama yakni 50 persen banding 50 persen.

Menurut Hendrik, bila pasar ekpor di tingkatkan dengan mengenjot pasar Cina, maka penjualannya tahun ini diprediksi tumbuh 10-15 persen senilai 2,1 triliun sampai 2,2 triliun rupiah dibanding perkiraan realisasi 2009 yang 1,8 triliun sampai 1,9 tirliun rupiah.

Hendrik cukup optimistis dengan proyeksi penjualan itu, karena selain adanya potensi peningkatan pasar ekspor, penjualan domestik juga diprediksi akan menguat, karena karena ekonomi mulai bangkit kembali paska terkena dampak krisis keuangan global, yang ditandai dengan maraknya pertumbuhan bisnis properti dan otomotif yang banyak membutuhkan pasokan kaca.

Untuk menunjang pertumbuhan kinerja itu, perseroan mengalokasikan belanja modal sekitar 5,0 juta-6,0 juta dollar AS setara dengan 47,5 miliar sampai 57,0 miliar rupiah dengan asumsi satu dollar AS sama dengan 9.500 rupiah yang bersumber dari kas internal. Belanja modal itu, sebagian besar akan digunakan untuk membiayai kegiatan rutin dan maintenance, karena tahun ini diperkirakan tidak ada rencana investasi.

Menurut Hendrik, investasi telah dilakukan pada 2009 lalu dengan berbiaya 39,1 juta dollar AS untuk meningkatkan kualitas produk dengan mengadopsi teknologi Chemical Vapour Deposition (CVD) di tungku A-2 yang ada di pabrik kaca lembaran di Sidoarjo. Sedangkan adopsi teknolgi di tungku Jawa Timur biaya investasinya 24,5 juta dollar AS.

Direktur Pengamanan Perdagangan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional Depdag Ernawati sebelumnya mengatakan, kualitas produk kaca nasional cukup kompetitif dibanding dengan produk luar negeri karena banyak perusahaan kaca nasional yang sudah mengadopsi teknologi tinggi berupa CVD.

Di kawasan regional seperti di Vietnam, produk kaca Indonesia hampir mendominasi konsumsi kaca di negara itu, sehingga Vietnam baru baru ini telah mengambil tindakan safeguard terhadap produk kaca lembaran (float glass) dari Indonesia.

Ekspor kaca lembaran Indonesia ke Vietnam melebihi ekspor dari Malaysia dan Thailand, data pada April 2009 nilai ekspornya mencapai 946 ton atau setara dengan 499 ribu dollar AS. (gus).

Kepri Genjot Produksi Rumput Laut

BATAM – Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menargetkan produksi rumput laut sekitar lima ton perhari atau naik lima kali lipat dibanding produksi saat ini yang satu ton perhari. Untuk itu telah dialokasikan dana satu miliar rupiah sebagai bantuan modal dan pengembangan budidaya bagi 100 rumah tangga tani.




Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Lamidi mengatakan, pemerintah telah menganggarkan dana sekitar satu miliar rupiah dari APBD untuk meningkatkan produksi rumput laut yang akan menjadi produk unggulan dari Provinsi Kepri.

“Produksi rumput laut akan ditingkatkan hingga 560 persen selama lima tahun kedepan hingga 2015, oleh karena itu kita anggarkan dana satu miliar rupiah untuk pengembangan bagi petani,” katanya, Kamis (4/2).

Dana itu akan digunakan untuk bantuan modal awal untuk sekitar 100 rumah tangga petani yang tersebar di Batam, Bintan, Senayang Lingga, dan Natuna serta untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang teknik budi daya rumput laut.

Dikatakan, pengembangan rumput laut di Kepri sejalan dengan program revitalisasi sektor perikanan Pemerintah Pusat dan dijadikannya Provinsi Kepri sebagai daerah unggulan nasional untuk pengembangan rumput laut.

Dijadikannya Kepri sebagai daerah unggulan karena potensinya cukup besar, itu terlihat dari luas lahan yang bisa di jadikan areal budi daya yang mencapai 435 hektare dan saat ini baru dimanfaatkan 0,2 persen saja. Sementara itu, secara nasional potensi pengembangan ruput laut sekitar 1,1 juta hektare tersebar di hampir semua provinsi di Indonesia .

Wakil Gubernur Kepri H M Sani menambahkan, Kepri merupakan provinsi kepulauan yang banyak memiliki potensi kelautan, karena luas wilayah laut Kepri mencapai 96 persen dari total luas seluruh provinsi. Sementara itu, luas garis Pantai Kepri mencapai 27.871 kilo meter dengan luas laut 425.214.067 kilometer persegi.

Oleh karena itu, budidaya rumput laut menjadi sector yang cukup memiliki peluang dan tempat yang potensial untuk dikembangkan. Ditambah lagi dengan relatif kecilnya biaya pengembangan rumput laut yang hanya sekitar tiga juta rupiah per hectare, dan waktu berproduksinya juga relatif cepat yakni hanya sekitar 2-3 bulan.

Dari segi pemasaran, kata dia cukup banyak karena beberapa daerah di Indonesia siap menampung produksi rumput laut selain itu Cina dan negara lain juga sangat membutuhkan impor rumput laut dari Indonesia untuk aneka kebutuhan. (gus).

Jumat, 05 Februari 2010

Dari Modal Dua Juta Rupiah Hingga Omset Miliaran Rupiah



Foto : Denni Delyandri bersama istri, Owner Kek Pisang Villa, Februari 2010

Dengan keberanian, senantiasa belajar dan selalu berpikir positif serta bermodalkan hanya dua juta rupiah, Denni Delyandri membuka usaha menjual jajanan khas Batam di rumahnya pada 2007, dan saat ini Outletnya sudah mencapai Lima Outlet dengan omset miliaran rupiah per tahunnya.




“Saya sudah merasa sukses pada saat ini, bila dibanding dengan awal saya membuka usaha, namun itu tidak membuat saya puas karena inovasi dan penyempurnaan bisnis selalu dilakukan,” katanya, Rabu (3/2).

Pria asal Sumatra Barat yang lulus dari Fakultas Tekhnik Elektro Universitas Andalas ini bisa dibilang masih cukup muda karena baru berumur 29 tahun, namun keberaniannya untuk memulai usaha cukup diacungin jempol.

Betapa tidak, dengan usia yang masih relative muda itu, Denni saat ini sudah berhasil mengelola usaha dengan omset miliaran rupiah per tahun dengan lima outlet modern di pusat kota Batam yang hanya memasarkan jajanan atau makanan ringan.

Awalnya Denni bekerja di salah satu pabrik elektronik di kawasan Industri Muka Kuning Batam, lalu pada 2006 dia memutuskan berhenti bekerja karena ingin mendapatkan penghasilan yang lebih dari sekedar gaji, Selain itu dia juga ingin membuktikan pada diri dan lingkungannya bahwa ilmu yang diperoleh di bangku kuliah hanya lah sebagai bekal untuk mengembangkan kepribadian dan kesuksesan seseorang sehingga tidak musti harus bekerja sesuai dengan disiplin ilmu yang diperoleh dari lembaga pendidikan formal.

Lalu dengan niat dan keberanian dia memulai membuka usaha dengan menjual jajanan khas Batam untuk dijadikan oleh oleh.

Ide membuka usaha itu bisa dikatakan cukup ampuh, karena pada saat itu sekitar tahun 2007 belum ada oleh oleh khas Batam yang membumi dikalangan wisatawan sehingga banyak wisatawan yang datang ke Batam hanya membawa oleh oleh dari daerah di luar Batam seperti dari Palembang, Padang, Medan bahkan dari Singapura dan Malaysia.

Kondisi itu dijadikannya sebagai peluang bisnis, dan itu terbukti dengan omset miliaran rupiah yang dicapainya, dan saat ini setiap wisatawaan yang datang ke Batam hampir dipastikan akan membeli jajanan yang dijual oleh Denni bersama istrinya, karena outletnya sendiri diberi nama Oleh Oleh Khas Batam, meskipun banyak warga asli Batam yang protes bahwa makanan itu bukanlah khas dari Batam.

Kesuksesannya juga bisa dikatakan diraih dengan cara yang sangat mudah karena dia tidak perlu perlu kuatir dengan kompetisi dengan usaha sejenis, karena belum ada pengusaha yang melakukan bisnis yang sama di Batam.

Namun, itu tidak menyurutkan Denni, karena menurut dia pemberian nama atau label adalah bagian dari strategi marketingnya untuk merebut konsumen.

Outlet Kek Pisang Villa adalah label usaha yang dimiliki Denni, outlet itu menjual aneka jajanan khas Batam yang diperuntukan bagi oleh oleh wisatawan, namun di tempat ini juga tersedia jajanan dari berbagai daerah di sekitar Batam seperti dari Karimun, Tanjung Pinang dan Bintan serta jajanan khas dari Malaysia dan Singapura.

Untuk mencapai kesuksesan seperti saat ini, kata Denni tidaklah gampang karena dia harus selalu belajar dan beraksi, karena bila belajar saja tampa aksi tidak akan berhasil begitupun sebaliknya.

Lalu, dia selalu berpikir positif dalam menjalani usahanya, sehingga setiap kendala yang dihadapi di layani secara tenang sambil berpikir mencari jalan keluar yang tepat.

Outlet Khas Oleh Oleh Bata mini, menjadi satu satunya outlet di Batam yang menjual jajanan khas Batam sehingga sangat mudah bagi Denni untuk memasarkan dan membangun image tentang produknya itu. Namun, itu bukan berarti dia harus berdiam diri untuk menghadapi persaingan bila di kemudian hari ada orang yang membuka usaha sama yang juga menawarkan jajanan khas Batam.

Oleh karena itu, beberapa strategi telah disiapkannya antara lain, meningkatkan kualitas produk dengan cara inovasi produksi serta menyempurnakan packaging atau kemasan agar lebih terlihat menarik, dekorasi outletnya juga selalu disempurnakan agar terlihat lebih nyaman dan menarik, kemudian jaringan pemasaran dia tingkatkan dengan cara menambah sistem pembelian melalui sistem on line dan delivery order.

Jumlah outlet juga terus ditambah, bila awalnya hanya ada satu outlet saat ini jumlahnya sudah mencapai lima outlet dan dalam waktu dekat juga akan dibuka beberapa outlet lagi di lokasi strategis lainnya.

Menurut Denni, keberhasilannya membawa bisnis jualan oleh oleh khas Batam tidak terlepas dari ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah meskipun dia mengambil jurusan Tekhnik, namun ilmu marketing tidak di tinggalkannya, sehingga dia selalu mengikuti seminar marketing dan entrepreneur di tingkat daerah maupun nasional.

Alhasil, Denni selalu mendapat penghargaan atas usahanya itu, pada 2008 dia mendapat penghargaan sebagai UKM terbaik se Provinsi Kepri dari Pemerintah, dia juga mendapat penghargaan sebagai wira usahawan muda ketiga tingkat nasional dan juara ke dua sebagai marketer champion tingkat nasional versi majalah Swa. (gus).

Selasa, 02 Februari 2010

Ekspansi Alfamart ke Vietnam Akhir 2010

JAKARTA - Perusahaan ritel berformat minimarket PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) diketahui akan merealisasikan rencana ekspansi pembukaan gerainya di Ibu Kota Negara Vietnam, Hanoi dan Ho Chi Minh City pada kuartal empat 2010, setelah kajian bisnis yang sedang dilakukan saat ini rampung sekitar April ini.




Wakil Direktur Utama yang juga Sekretaris Perusahaan Alfamart Henryanto Komala kepada Koran Jakarta mengatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan kajian untuk melakukan ekspansi usaha membuka gerai Alfamart di Hanoi dan Ho Chi Minh City. Kajian tersebut diperkirakan rampung dalam dua bulan atau sekitar April ini.

“ Gerai yang akan kami buka di Vietnam bekerjasama dengan perusahaan lokal, jika tidak ada hambatan berarti akan dibuka akhir tahun 2010,” katanya, Selasa (2/2).

Setelah kajian selesai, kata dia pihaknya akan mengirim beberapa karyawan untuk melakukan negosiasi dengan beberapa supplier atau pemasok barang di Vietnam yang akan menjadi pemasok barang ke gerai Alfamart di negara tersebut. Karyawan itu, nantinya akan menyeleksi supplier serta produk produk yang akan dipasarkan, tentunya berdasarkan selera dan tren yang sedang tumbuh di negara itu.

Bila proses tersebut selesai, maka gerai Alfamart akan dibuka sekitar akhir tahun 2010. Pembukaan gerai itu sendiri nantinya akan bekerjasama dengan perusahaan ritel lokal di negara Vietnam , dan sampai saat ini perseroan masih mengaji beberapa perusahaan lokal yang akan diajak untuk bekerjasama.

Sebagai tahap awal, kata Henryanto perseroan akan mengakuisisi beberapa asset untuk dijadikan gudang, selanjutnya akan dilakukan pelatihan atau training karyawan untuk dipekerjakan di supermarket tersebut.

Terkait dengan konsep gerai di Vietnam nantinya akan berbeda dengan konsep gerai yang ada di Indonesia, dari segi kapasitas diperkirakan lebih kecil sedangkan dari segi dekorasi akan disesuaikan dengan dekorasi pusat perbelanjaan yang ada di Vietnam.

Untuk merealisasikan rencana tersebut, perseroan diperkirakan menyiapkan dana khusus diluar dari belanja modal yang telah dianggarkan pada tahun ini sejumlah 600 miliar rupiah. Dananya akan diambil dari kas internal dan pendanaan eksternal.

“Kami sedang menghitung nilai investasinya, bila relatif kecil akan menggunakan Capex tahun ini namun bila dana yang dibutuhkan cukup besar akan menggunakan dana di luar dari Capex yang sudah dianggarkan,” kata Henryanto.


Potensi Pasar

Dipilihnya Vietnam sebagai ekspansi pertama ke luar negeri, menurut Henryanto disebabkan potensi pasar di Vietnam sangat besar namun pertumbuhan bisnis supermarket di negara itu belum begitu maju bila dibanding dengan negara lain seperti Indonesia , Singapura atau Malaysia .

Kondisi tersebut dianggap sebagai satu peluang bisnis yang cukup menguntungkan untuk membuka gerai di Vietnam , sebelum di dahului perusahaan ritel dari negara lain.

Besarnya potensi pasar di Vietnam juga terlihat dari jumlah penduduk usia muda yang cukup tinggi, stabilitas ekonomi serta pertumbuhan ekonomi yang bertumbuh signifikan dimana pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Vietnam sekitar 5,32 persen dan tahun 2010 di proyeksikan 6,0 persen. Selain itu juga di dukung oleh stabilitas politik yang terjaga.

Menurut Henryanto, dengan dibukanya gerai di Vietnam diharapkan bisa meningkatkan asset dan kinerja penjualan perusahaan. Namun seberapa besar kontribusinya nanti belum bisa disebutkan. Setelah ekspansi ke Vietnam , kata dia perseroan juga akan mengaji untuk membuka gerai yang sama di Singapura, Malaysia dan Thailand .

Terkait dengan kinerja tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 25 persen dibanding perkiraan realisasi 2009 yang 10,5 triliun rupiah.

Kepala Riset Asia Financial Network (AFN) Rowena Suryobroto mengatakan, bisnis ritel di dalam negeri pada tahun ini akan tumbuh lebih baik dibanding 2009 ditunjang oleh meningkatnya pendapatan masyarakat.

“Semua hal yang menopang pendapatan masyarakat pada tahun ini sudah lebih baik dibanding 2009,” katanya. Selain itu, adanya proyeksi pertumbuhan ekonomi yang 5,5 persen serta naiknya produksi sejumlah komoditas juga akan memicu maraknya industri ritel.

Oleh sebab itu, menurut Rowena, Alfamart mestinya lebih agresif melakukan penetrasi di pasar domestik karena sampai saat ini keberadaan Alfamart masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, padahal potensi pasar di Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi cukup besar.

Meski demikian, untuk jangka panjang langkah ekspansi ke luar negeri tersebut cukup positif untuk mengetahui lebih awal kondisi pasar yang ada. Namun, jika rencana ekspansi ke luar negeri tetap dilakukan, beberapa hal yang harus diperhatikan managemen Alfamart adalah faktor risiko bisnis karena kondisi investasi, kondisi pasar dan selera konsumen di Vietnam berbeda dengan Indonesia . Oleh karena itu, dibutuhkan kajian yang mendalam sebelum rencana itu direalisasikan. (gus).

Anggaran Pilkada Kepri Rp70 M

BATAM – Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau menyetujui alokasi anggaran untuk kegiatan Pemilihan Gubernur tahun ini sejumlah 70 miliar rupiah untuk dua kali putaran PEMILU.




Kabiro Humas Pemprov Kepri Irmansyah mengatakan, Pemerintah Daerah telah menyetujui untuk menganggarkan dana kegiatan Pemilihan Kepala Daerah sejumlah 70 miliar rupiah yang terbagi atas 45 miliar rupiah untuk putaran pertama dan dana cadangan 25miliar rupiah untuk putaran kedua.

“Kami telah setuju untuk memberi dana hibah sejumlah 45 milia rupiah untuk Pilkada putaran pertama, dan cadangan 25 miliar rupiah,” katanya, Selasa (2/2). Oleh karena itu, Pemprov minta KPU (Komisis Pemilihan Umum) segera membuat jadwal kegiatan Pilkada.

Anggota KPU Kepri Rajaki Perada menambahkan, jumlah dana tersebut merupakan hasil kesepakatan antara KPU dan Pemprov Kepri yang telah dituangkan dalam MoU (Memorandum of Understanding). Selanjutnya, KPU segera menyusun jadwal kegiatan Pemilu.

Terkait dengan kepastian jadwal Pilkada, menurut Rajaki masih belum bisa dipastikan apakah sesuai dengan jadwal pada 26 Mei 2010, karena masih menunggu persiapan di daerah.

"Pelaksanaan pilkada tergantung pada kesiapan anggaran daerah dan pengesahan perubahan tahapan pilkada," katanya. Tahapan Pilkada sendiri saat ini masih mengalami revisi, seperti tahap pembentukan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP).

"Kami tidak berani berjanji dapat melaksanakan pilkada tepat pada 26 Mei 2010, karena permasalahan yang dihadapi sekarang di luar kewenangan KPU. Bila permasalahan pilkada berada di internal KPU, kami yakin pilkada dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan," ujarnya. (gus).

Indeks masih rawan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kami perkirakan hari ini akan mengalami pergolakan setelah kemarin gagal mencoba menembus level 2.600. Transaksi kemarin berlangsung sangat tipis dengan total nilai transaksi kurang dari Rp3tn.




IHSG kemarin ditutup turun 7.3poin atau 0,3% di level 2.580,25 setelah sempat melonjak tajam ke 2.613,67 di sesi pagi. Dengan total transaksi yang sangat tipis, sebanyak 79 saham ditutup naik, 95 saham turun dan 79 saham ditutup pada harga sama.

Tadi malam waktu Jakarta, bursa Wall Street ditutup menguat 111,32 poin atau 1,09% di level 10.296,85 dipicu oleh angka penjualan rumah yang cukup menggembirakan pasar. National Association of Realtors melaporkan kenaikan indeks penjualan rumah menjadi 96,6 dibulan Desember tahun lalu dari 95,9 dibulan sebelumnya.

Pagi ini, bursa-bursa Asia Pasifik memberikan respon yang cukup positif terhadap The Dow setelah selama beberapa hari terkoreksi. Hampir semua bursa di Asia Pasifik dibuka menguat kecuali New Zealand yang melemah 0,13%.

Dengan mengacu pada sentimen positif yang ada di regional pagi ini, kami perkirakan IHSG akan kembali mencoba menembus level 2.600. Untuk itu, kami melihat IHSG akan bergerak di kisaran 2.548 — 2.629

Senin, 01 Februari 2010

Limbah di Batam Mulai Ganggu Aktivitas Warga

BATAM – Limbah minyak berwarna hitam pekat di Pantai Memban kawasan Nongsa Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau yang sudah terjadi selama satu bulan, telah mengakibatkan masyarakat kehilangan mata pencarian sebagai nelayan, sejumlah warga juga mulai terserang penyakit gatal gatal.




Kepala Bapedalda Kota Batam, Dendi Purnomo mengatakan butuh waktu yang cukup lama untuk membersihkan pantai Nongsa dari limbah minyak tersebut karena wilayah penyebarannya sudah semakin luas, selain itu Pemerintah Kota Batam sendiri belum memiliki teknologi canggih untuk mengangkut limbah minyak tersebut.

“Diperkirakan pembersihan limbah ini akan memakan waktu yang cukup lama, karena limbah tersebut cukup parah,” katanya, Senin (1/2).

Pemerintah Kota sendiri telah bekerja bersama dengan Balai Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, Perusahaan Pengolah Pengepul Limbah Batam, serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan beserta sejumlah nelayan setempat untuk membersihkan limbah itu namun sampai saat ini belum berhasil mengangkut seluruh limbah.

“Kami baru berhasil mengangkut sekitar 45 ton limbah minyak dari pantai tersebut dan diperkirakan masih lebih dari 10 ton lagi yang belum dikumpulkan,” kata Dendi.

Sementara itu, sejumlah warga yang tinggal di lokasi pembuangan limbah itu mengaku kecewa dengan lambannya penanganan yang dilakukan pemerintah, pasalnya mereka telah kehilangan mata pencaharian sejak satu bulan lalu karena tidak bisa mencari ikan. Kondisi itu diperkirakan akan berlangsung lama karena, pantai sudah tercemar sehingga akan sulit mendapatkan ikan di lokasi tersebut.

“Hampir satu bulan kami tidak melaut untuk mencari ikan, karena pantai tempat biasa kami mencari ikan tercemar oleh limbah seperti minyak,” kata Hendra seorang nelayan, senin (1/2).

Akibatnya, Hendra kehilangan pemasukan sekitar 50 ribu sampai 100 ribu perhari yang biasa diperolehnya dari menangkap ikan di sekitar pantai Menban Nongsa tersebut. Selain itu, warga di sekitar pantai juga sudah banyak yang mengalami penyakit gatal gatal dan menderita penyakit pernapasan karena limbah itu menghasilkan bau busuk yang menyengat. (gus).

Penjualan Alat Berat Diprediksi Melebihi Ekspektasi

JAKARTA – Perusahaan alat berat, PT Hexindo Adiperkasa Tbk dan PT United Tractors Tbk menargetkan pendapatanya tumbuh 15-35 persen pada 2010 dibanding 2009, dengan total volume penjualan alat berat sekitar 4.900 unit. Jumlah itu diperkirakan bakal melebihi target penjualan alat berat nasional yang hanya 4.400 unit.




General Manager Corporate Secretary Hexindo Adiperkasa Heri Akhyar mengatakan, pihaknya menargetkan total penjualan alat berat sebanyak 1.400 unit pada tahun 2010, naik 16,7 persen dibanding 2009 yang hanya 1.200 unit.

Peningkatan penjualan itu dipengaruhi oleh membaiknya ekonomi nasional yang memicu semakin maraknya bisnis pertambangan dan perkebunan serta mendorong konsumsi alat berat.

“Nilai penjualan tahun ini ditargetkan 310 juta dollar AS yang diharapkan bisa di suffort paling banyak dari permintaan alat berat di sektor perkebunan dan kami sudah mengantongi kontrak dari beberapa perusahaan,” katanya, Senin (1/2).

Ditambahkan, kontribusi penjualan yang paling tinggi pada tahun ini diprediksi akan di suffort dari penjualan alat berat untuk sektor perkebunan karena banyak perusahaan perkebunan yang akan ekspansif pada tahun ini, sedangkan permintaan alat berat dari sektor pertambangan diprediksi stabil.

Perseroan kata dia, sudah mendapat kontrak dari beberapa perusahaan perkebunan dan pertambangan untuk pembelian alat berat, sayangnya Heri belum bisa menyebut angka dan nama perusahaannya.

Menurut dia, bila target penjualan alat berat tersebut tercapai, maka pendapatan tahun ini bisa mencapai 310 juta dollar AS atau sekitar 3,1 triliun rupiah dengan kurs 10.000 rupiah per dollar AS, atau naik 35 persen dibanding realisasi 2009 yang 229,6 juta dollar AS (2,3 triliun rupiah).

Untuk mencapai target tersebut, perseroan telah menganggarkan belanja modal sekitar tiga juta sampai empat juta dollar AS pada tahun ini yang diambil dari kas internal. Sebagian besar dana tersebut akan digunakan untuk pemeliharaan (maintenance).

Terkait dengan kinerja 2009, dari laporan keuangan yang belum di audit disebutkan pendapatan 229,6 juta dollar AS, naik 13,2 persen dibanding 2008 yang 202,9 juta dollar AS, sedangkan laba bersih 21,2 juta dollar AS, naik 21,7 persen dibanding 2008 yang 17,42 juta dollar AS.


United Tractors

Perusahaan alat berat lainnya, PT United Tractors Tbk (UNTR) menargetkan pendapatannya tahun ini tumbuh 15 persen dengan volume penjualan alat berat sekitar
3.500 unit lebih tinggi dibanding 2009 yang hanya 3.000 sampai 3.100 unit.

Investor Relations United Tractors Ari Setiyawan kepada Koran Jakarta mengatakan, pihaknya sangat optimistis penjualan tahun ini bisa lebih tinggi dibanding 2009, oleh karena itu perseroan mengalokasikan belanja modal sekitar 430 juta dollar AS (4,3 triliun rupiah) dari kas internal dan pinjaman bank yang akan digunakan untuk pengembangan bisnis alat berat sekitar 30 juta dollar AS dan 400 juta dollar AS digunakan untuk pengembangan bisnis pertambangan batu bara.

Sebagian besar target penjualan alat berat tersebut, kata Ari untuk memenuhi permintaan anak usahanya yang bergerak di sektor pertambangan batu bara yakni PT Tuah Turangga Agung (TTA) di Buhut Provinsi Kalimantan Tengah yang sudah berhasil melakukan uji coba produksi pada bulan lalu dengan perkiraan volume produksi sampai akhir 2009 mencapai 40 ribu ton, sehingga permintaan alat berat akan naik seiring meningkatnya aktivitas eksplorasi.

Sementara itu, Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) memproyeksikan volume penjualan alat berat tahun 2010 sekitar 4.400 unit, lebih tinggi dibanding 2009 yang hanya 2.200 unit.

Ketua Hinabi Pratjojo Dewo mengatakan, meski menghadapi ketatnya persaingan prudusen antar negara, industri alat berat nasional masih bisa tumbuh pada tahun ini, bahkan lebih baik dibanding 2009.

Peningkatkan penjualan tahun 2010 didukung oleh bergairahnya beberapa sector ekonomi utamanya perkebunan dan pertambangan seiring proyeksi pertumbuhan ekonomi pemerintah yang 5,5 persen, memicu ekspansi usaha perusahaan.

Meski demikian, kata Dewo proyeksi penjualan tahun ini yang 4.400 unit tersebut masih dibawah penjualan yang terjadi pada 2007 yang mencapai 4.700 unit dan jauh dibawah penjualan 2008 yang mencapai 5.914 unit. (gus).