Senin, 01 November 2010

PT Pelat Timah Nusantara Tbk Tingkatkan Kapasitas Produksi

JAKARTA – Produsen tinplate atau pelat timah untuk industri kemasan, PT Pelat Timah Nusantara Tbk investasi 15 juta dollar AS setara 135 miliar rupiah dengan kurs 9.000 rupiah per dollar AS untuk meningkatkan kapasitas mesin produksi pabriknya dari 130.000 ton menjadi 160.000 ton pertahun, seiring naiknya konsumsi domestik hingga 200.000 ton pertahun.



Investor Relation Pelat Timah, Andini Aritonang mengatakan, hingga akhir tahun ini kapasitas produksi akan ditingkatkan menjadi 160 ribu ton per tahun dari posisi saat ini yang 130 ribu ton pertahun dengan meningkatkan kinerja mesin produksi. Untuk itu telah dialokasikan dana 150 juta dollar AS (135 miliar rupiah).

“Kami akan menggunakan 20 persen dana dari hasil penawaran umum untuk meningkatkan kapasitas produksi Tinplate atau pelat timah,” katanya, Rabu (13/10).

Peningkatan kapasitas produksi menurutnya perlu dilakukan untuk mengantisipasi pertumbuhan permintaan hingga 2012, seiring dengan naiknya konsumsi Tinplate di pasar domestic dan global.

Saat ini saja, permintaan Tinplate domestik sekitar 180 ribu sampai 200 ribu ton pertahun, dari jumlah itu perseroan hanya memasok kurang dari setengahnya yakni 64 ribu sampai 66 ribu ton hingga Agustus 2010. Sebagian besar kebutuhan Tinplate dalam negeri di datangkan dari negara lain seperti Cina.

Cina saat ini menjadi negara pengekspor terbesar Tinplate ke Indonesia, didukung oleh kondisi ekonominya yang stabil dan kapasitas produksi tinplate yang melampaui besaran permintaan di dalam negerinya.

Direktur Komersial Pelat Timah, Suprapto mengatakan, dengan naiknya kapasitas produksi yang diiringi dengan peningkatan produksi, perseroan optimistis pendapatan tahun ini tumbuh 35,59 persen dari 1,18 triliun rupiah menjadi 1,6 tirliun rupiah, sedangkan laba bersihnya ditargetkan naik 114,3 persen dari 42 miliar rupiah menjadi 90 miliar rupiah.

Hingga semester pertama ini, perseroan telah membukukan laba bersih 55 miliar rupiah naik 479 persen dibanding periode sama 2009 yang 9,5 miliar rupiah.

Pencapaian target tersebut sangat dipenaruhi dengan harga jual, dan saat ini harga jual perseroan sekitar 13 juta rupiah per ton, relatif sama dengan tahun lalu. Untuk semester dua ini, perseroan belum bisa menentukan soal perubahan harga jual, karena harus disesuaikan dengan biaya produksi khususnya biaya bahan baku.

Sebagian besar bahan baku saat ini masih di impor, namun perseroan tidak lagi mengalami kesulitan untuk mendatangkan bahan baku sejak masuknya konsorsium Nippon Steel. Pasalnya pasokan bahan baku didatangkan dari perusahaan jepang tersebut.

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Dalam risetnya 11 Juni 2010 menaksir penjualan PT Pelat Timah Nusantara tbi di 2010 sebesar 1,5 triliun rupiah dengan laba bersih 91 miliar rupiah.

Pefindo menjelaskan, selama kuartal I-2010, pertumbuhan industri makanan dan minuman domestik mencapai 4,5 persen, lebih tinggi daripada kuartal I tahun lalu yang tumbuh 1,9 persen. Pertumbuhan industri makanan dan minuman itu membuat penjualan emiten berkode NIKL itu naik tajam. (gus).

Tidak ada komentar: