Senin, 29 November 2010

PT Pan Brothers Tbk Realisasikan Rencana Rights Issue

JAKARTA - Perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT), PT Pan Brothers Tbk akan merealisasikan rencana penawaran umum terbatas (PUT) kedua awal Desember ini, setelah seluruh proses administrasi rampung. Perseroan akan menggunakan dana yang diperoleh untuk investasi antara lain pengembangan pabrik di Boyolali Provinsi Jawa Tengah.




Direktur Keuangan Pan Brothers Fitri R Hartono mengatakan, rencana PUT kedua tetap dilaksanakan sesuai dengan jadwal yakni Desember 2010. Saat ini seluruh proses administrasi hampir rampung dan perseroan akan mengajukan perijinannya ke Bapepam-LK pekan depan. Jumlah dana dan stand by buyer, kata dia akan disebutkan setelah pihaknya memberi laporan ke Bapepam-LK.

“Proses administrasi untuk PUT kedua sudah hampir rampung dan akan kami umumkan rencana itu dalam prospectus ke Koran pekan depan,” katanya, Jumat (19/11).

Terkait dengan rencana Stock Split atau pemecahan nilai nominal saham yang rencananya akan dilakukan sebelum PUT, menurut Fitri batal dilakukan karena saham perseroan saham ini sudah lebih liquid.

Dikatakan, dana hasil penawaran umum terbatas kedua akan digunakan untuk investasi, salah satunya pengembangan pabrik yang berlokasi di Boyolali Provinsi Jawa Tengah. Selain itu juga akan digunakan untuk tambahan modal kerja 2011.

Perseroan membutuhkan dana sekitar 50 juta dollar AS setara dengan 450 miliar rupiah dengan kurs 9.000 rupiah per dollar AS hingga 2012 yang akan dibelanjakan untuk pembelian mesin dan pengembangan pabrik.

Dananya diharapkan diperoleh dari kas internal, PUT kedua dan pinjaman bank. Untuk pinjaman, perseroan telah mendapat fasilitas pembiayaan sebesar 50 miliar rupiah dari PT Minna Padi Aset Manajemen pada Agustus 2010 lalu. Perseroan juga mendapatkan pinjaman dari tiga bank asing yakni Citi Bank, HSBC dan Standard Chartered sebesar 25 juta dollar AS.

Menurut Fitri, perseroan memang akan ekspansif tahun depan dengan meningkatkan kapasitas produksi seiring tingginya permintaan tekstil dan produk tekstil dari pasar domestik dan ekspor. Oleh karena itu, kapasitas pabrik harus ditingkatkan, salah satunya pabrik yang berlokasi di Boyolali yang saat ini produksinya sudah maksimum.

Terkait dengan kinerja tahun ini, Fitri mengatakan sulit mencapai targer pertumbuhan penjualan 10-15 persen, oleh karenanya perseroan telah menurunkan target penjualan menjadi sama dengan perolehan 2009 yakni 1,6 triliun rupiah dengan laba bersih sekitar 33,28 miliar rupiah.

Analis PT Mega Capital Indonesia Danny Eugene dalam riset yang dipublikasikan Oktober 2010 menyebutkan bahwa dari data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), iperkirakan permintaan tekstil dan produk tekstil (TPT) selama Lebaran yang naik 10-15 persen ternyata tidak secara langsung memberi pengaruh positif bagi industrinya.

Perdagangan saham emiten TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) di pasar juga tidak terlalu aktif, meski beberapa saham, seperti consumer good dan ritel menunjukan grafik peningkatan menjelang Lebaran tahun 2010 ini.

Perdagangan saham emiten tekstil, kata dia sama sekali tidak ada yang bergerak, dan rata-rata saham tekstil diperdagangkan tidak lebih dari 5 persen.

Kecilnya perdagangan emiten tekstil dipengaruhi oleh sikap Pelaku pasar yang mempertimbangkan likuiditas perusahaan yang bergerak di industri TPT tersebut, mengingat beberapa industri TPT dalam negeri sudah melewati masa kejayaan sehingga sulit berkembang.

Sebelumnya, Kepala riset PT Reliance Securities Andrew Sihar Siahaan mengungkapkan kinerja industri TPT pada semester pertama tahun ini turun, akibat lemahnya permintaan produk TPT di pasar luar negeri dan ketidakpastian energi.

Selain itu, Andrew mengakui prospek saham emiten TPT tidak semenarik emiten lain seperti properti, telekomunikasi maupun pertambangan. (gus).


Tidak ada komentar: