Senin, 01 November 2010

Ketergantungan Pada Pelabuhan Singapura Harus Dihentikan

BATAM – Pemerintah sudah saatnya membangun pelabuhan ekspor di Batam serta memutus jalur perdagangan ekspor yang harus melalui pelabuhan di Singapura untuk meningkatkan daya saing produk nasional.



Kepala Sub Direktorat Perijinan BP Batam (Otorita Batam) Yayan Achyar mengatakan, seluruh barang produksi yang dihasilkan dari Pulau Batam sebagian besar atau hampir 100 persen di ekspor melalui pelabuhan di Singapura ke berbagai negara di dunia. Untuk itu, Singapura mengenakan biaya 6 juta sampai 10 juta rupiah untuk satu kontainer yang masuk ke negara tersebut, sehingga Singapura memperoleh keuntungan triliunan rupiah setiap tahunnya dari biaya jasa tersebut.

“Jika Batam semakin maju perekonomianya, maka Singapura juga akan terus maju karena mereka mendapat keuntungan dari kemajuan Batam, misalnya saja Singapura mendapat untung 6-10 juta rupiah dari jasa untuk setiap kontainer yang masuk dari Batam,” katanya dalam workshop BKPM (Badan Kordinasi Penanaman Modal) di Batam, Jumat (8/10)

Keuntungan Singapura akan terus meningkat seiring pertumbuhan industri di Batam, di sisi lain daya saing produk nasional akan menurun karena harga barang yang diproduksi dari Batam menjadi lebih tinggi disebabkan biaya produksi meningkat akibat sejumlah biaya yang harus dikeluarkan.

Untuk itu, kata Yayan pemerintah harus secepatnya memutus jalur distribusi perdagangan ekspor nasional khususnya dari Batam ke berbagai negara. Caranya dengan membangun pelabuhan ekspor di Batam.

Untuk membangun pelabuhan ekspor tersebut, pemerintah bisa meminta BUMN yang mengurusi pelabuhan seperti PT Pelindo atau bisa juga dengan melibatkan Investor asing.

Yayan optimistis investasi pembangunan pelabuhan ekspor tersebut sangat menguntungkan karena arus kontainer di Batam terus mengalami peningkatan, selain itu saat ini sudah ada pelabuhan kontainer Batu Ampar yang bisa dikembangkan menjadi pelabuhan ekspor.

Ka Biro Humas Otorita Batam (BP FTZ Batam) Dwi Joko Wiwoho menambahkan, aktivitas di pelabuhan Batu Ampar memang terus meningkat setiap tahunnya. Untuk tahun ini saja selama Januari sampai Juli 2010 tercatat 1,6 juta ton aktivitas bongkar dan 641 ribu ton aktivitas muat barang untuk aktivitas dalam negeri.

Sedangkan aktivitas luar negeri untuk bongkar sebanyak 1,64 juta ton dan aktivitas muat perdagangan luar negeri mencapai 873,4 ribu ton. Sedangkan jumlah kapal yang melakukan aktivitas di pelabuhan Batu Ampar sepanjang Januari-Juli 2010 sekitar 15 ribu kapal asing dan nasional.

Pelabuhan Batu Ampar sendiri saat ini memiliki kapasitas 35.000 DWT (Deathweight-ton) sedangkan kontainer 90.000 Teus. Sementara itu panjang dermaga 600 meter dengan kedalaman 6-12 m.

Menurut Joko, Otorita Batam memang ingin mengembangkan pelabuhan Batu Ampar tersebut, sayangnya terbentur dengan persoalan biaya. Untuk itu, Otorita Batam mengajak investor asing dan dalam negeri bekerjasama guna mengembangkan pelabuhan tersebut, melalui mekanisme tender yang pada 2007 lalu dimenangkan oleh perusahaan asal Perancis yakni Compagnie Maritime D’Affretement Compagnie Generale Maritime (CMA-CGM).

Sayangnya, hingga saat ini perusahaan Perancis itu belum memulai pengerjaan karena terkendala berbagai masalah seperti kendala pembiayaan dan kontrak kerjasama dengan Pemerintah.

Untuk itu, Otorita Batam akan mengadakan tender ulang paling lambat awal tahun depan untuk mendapatkan investor baru.

Kendala FTZ

Sementara itu, Peneliti senior dari LIPI Syarif Hidayat yang juga hadir dalam Workshop BKPM di Batam mengatakan ketersediaan dan kualitas infrastruktur yang rendah seperti pelabuhan ikut berperan dalam perlambatan realisasi FTZ di Batam, Bintan dan Karimun.

Pelabuhan container yang ada saat ini perlu segera dikembangkan dan ditingkatkan statusnya menjadi pelabuhan ekspor yang bisa mengirim barang secara langsung ke seluruh dunia. Untuk itu pelabuhan tersebut harus segera di modernisasi dan dikembangkan.

Jika hal itu tidak dilakukan dengan cepat oleh pemerintah, maka Indonesia akan kehilangan momentum untuk menarik investor asing ke dalam negeri. Pasalnya negara lain seperti Cina , Vietnam , India dan Malaysia sangat gencar menjaring investor asing dengan menyediakan infrastruktur yang modern. (gus).

Tidak ada komentar: