Minggu, 26 Juni 2011

Solar di Batam Langka

BATAM – Pemerintah Kota Batam mendesak Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) untuk mengatasi kelangkaan minyak jenis solar di pasaran yang sudah terjadi sejak awal Mei ini, sebab kondisi tersebut sudah mempengaruhi perekonomian warga.



Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Batam, Ahmad Hijazi mengatakan, sejak awal bulan Mei ini telah terjadi kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang sudah meresahkan masyarakat. Penyebabnya diduga akibat praktik-praktik penimbunan yang dilakukan oknum tidak bertanggungjawab untuk menarik keuntungan.

“Penyimpangan BBM bersubsidi seperti Solar masih sangat rawan terjadi di Batam disebabkan tidak adanya data yang akurat tentang penyaluran BBM bersubsidi di pasaran,” katanya, Jumat (13/5).

Selisih harga solar bersubsidi yang dijual di SPBU dengan harga solar yang dijual ke Industri di Batam sangat tinggi, sehingga banyak pihak yang melakukan penimbunan. Modus yang dilakukan dengan membeli solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), lalu menimbunnya.

Untuk itu, Pemko Batam telah menyurati Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) untuk mencari solusi atas masalah penyelewengan BBM bersubsidi. Pasalnya, pasokan solar di depot Pertamina Batam tetap normal seperti biasa, bahkan cenderung meningkat, namun di pasaran terjadi kelangkaan disebabkan tidak transfaranya pendistribusian.

"BPH Migas sudah lama kita surati tentang ini, tapi belum ada tanggapan sampai sekarang," katanya.

Anggota Komisi III DPRD Kota Batam Yunus Muda mengatakan, terjadinya peningkatan penggunaan BBM sudah pasti karena adanya aksi penimbunan. Karena jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi di Batam cenderung melemah, sehingga permintaan solar idealnya tidak tinggi.

"Sangat janggal kelangkaan BBM ini. Ekonomi Batam justru cenderung melemah sekarang, sementara penggunaan solar naik. Sudah pasti ada penimbunan. Pertamina harus awasi ini, sesuai tugas yang diembankan," kata Yunus.

Dugaan adanya konspirasi dari pengusaha SPBU muncul setelah sebelumnya rombongan Komisi III mendengar pemaparan dari pihak Pertamina yang diwakili Sales Area Manager BBM Retail Kepri Tengku Ezan di Kantor PT Pertamina di Batam Centre.

Disebutkan Tengku Ezan, normalnya, setiap hari penyaluran BBM jenis solar ke Batam sebanyak 250 kiloliter (kl). Namun sejak beberapa waktu belakangan penyaluran telah melebihi kuota, hingga mencapai 400 kl. Juga sebelumnya penyaluran solar kepada SPBU di Batam telah mencapai 320 kl.

Harga Solar bersubsidi di SPBU, kata Tengku Ezan adalah 4.500 rupiah per liter. Sementara harga solar non subsidi sekitar 9.000 rupiah per liter. Rentang harga yang cukup besar antara solar bersubsidi dengan solar non subsidi itulah yang diduga menjadi alasan solar bersubsidi menghilang dari pasar Batam

Ditambahkan, penyaluran solar non subsidi yang diperuntukan bagi industri di Provinsi Kepri, sejak Januari hingga Maret tercatat lebih dari 100.000 kl. Sementara itu, untuk tahun ini penyaluran solar non subsidi ditargetkan sebanyak 400.000 kl, hingga bulan Maret telah tercapai 104 persen dari yang ditargetkan untuk tiga bulan itu.

Menurut Ezan, kelangkaan solar di Batam bisa jadi dikarenakan adanya aksi borong masyarakat. Namun, ia khawatir aksi borong yang dilakukan justru untuk ditimbun di suatu tempat, sebab kasus tersebut sudah sering terjadi.

Untuk mencegah terjadinya pembelian BBM bersubsidi secara berulang-ulang, perlu penerapan kartu fasilitas BBM yang telah dibagikan kepada masyarakat. Karena, jika yang bersangkutan telah membeli BBM di satu SPBU, tidak akan bisa lagi membeli BBM di SPBU yang lainnya.(gus).

Tidak ada komentar: