Minggu, 26 Juni 2011

Guru Agama Diberi Wawasan Multikultural

BATAM – Guru agama Se Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) diberi wawasan multikultural dan kebangsaan sebagai bekal dalam mengajar, untuk mengantisipasi dan mencegah gesekan gesekan antar umat beragama sekaligus menghindari ajaran radikalisme guna mencegah aksi aksi terorisme.



Kepala Bagian Tata Usaha Kantior Wilayah Kementrian Agama Provinsi Kepri, Handarlin mengatakan, Kementrian Agama melakukan pelatihan mengenai wawasan multikultural selama tiga hari yang diikuti sekitar 100 guru agama dari agama Islam, Konghuchu, Protestas, Katolik dan Budha.

Tujuan dilakukan pelatihan untuk memberikan pembekalan pada guru agama tentang wawasan multicultural, supaya guru agama memahami dan mendapatkan wawasan tentang multikultura Bangsa Indonesia sehingga bisa memberikan pemahaman kepada siswa-siswa.

“Terjadinya gangguan dalam kerukunan umat beragama disebabkan oleh tiga faktor yakni faktor budaya, pendidikan dan ekonomi. Karena itu, guru agama hendaknya memiliki wawasan yang luas sehingga mampu mengantisipasi dan mencegah terjadinya gesekan-gesekan antar umat beragama,” katanya, Selasa (3/5).

Menurutnya, Bangsa Indonesia memiliki kultur budaya, bahasa dan agama yang beraneka ragam. Hal tersebut, di satu sisi bisa menjadi kekayaan bangsa namun juga menjadi potensi timbulnya konflik. Misalnya konflik yang terjadi saat ini dengan latar belakang agama yakni aksi aksi bom bunuh diri oleh kelompok Islam radikal dan NII (Negara Islam Indonesia). Oleh karena itu, pelatihan kebangsaan dan multikulturan bagi guru agama sangat penting agar para guru agama bisa menyampaikannya ke pelajar.

NII Menyimpang

Sementara itu, Mantan Panglima Kostrad Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto yang juga Ketua Dewan Masjid Indonsia ketika berkunjung ke Batam pecan lalu mengatakan, pengetahuan para pendidik tentang wawasan kebangsaan dan Islam yang toleran mutlak diperlukan untuk menghindari gesekan dan tindakan radikalisme serta terorisme di Indonesia.

Terkait dengan NII, Prabowo mengatakan gerakan tersebut tidak akan mendapat dukungan dari rakyat sebab ajarannya menyimpang dari nilai-nilai Islam.

"NII tidak sesuai dengan kaidah Islam," kata Prabowo.

Menurut Prabowo, meski menggunakan nama Islam, tetapi NII bukan Islam. Sebab, kata dia, Islam mengajarkan kedamaian, bukan pemberontakan. (gus).

Tidak ada komentar: