Senin, 27 Juni 2011

Jejak Vietkong di Pulau Galang



Salah satu obyek wisata andalan Kota Batam yaitu Camp Pengungsi Vietnam yang berada di Pulau Galang, berjarak 50 kilo meter dari pusat Kota Batam dan bisa dtempuh kurang dari satu jam perjalanan dengan menggunakan mobil. Berkunjung ke obyek wisata tersebut mengingatkan insiden perang saudara di Vietnam sekitar tahun 1980-an yang menyebabkan sebagian besar warganya melarikan diri hingga ke Indonesia.



Perang saudara yang berkecamuk di Vietnam sekitar tahun 1980-an menjadi catatan kelam bagi perjalanan sejarah bangsa Vietnam karena hampir sebagian warganya mengungi ke berbagai negara termasuk Indonesia. Tragisnya, sebagian warga yang mengungsi menggunakan perahu -perahu yang kondisinya memprihatinkan. Dalam satu perahu bisa ditempati 40-100 orang.

Berbulan-bulan para pengungsi terombang-ambing di tengah perairan Laut Cina Selatan, tanpa tujuan yang jelas. Sebagian dari mereka ada yang meninggal di tengah lautan dan sebagian lagi dapat mencapai daratan.

Gelombang pengungsi itu menarik perhatian Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Pemerintah Indonesia. Pulau Galang, tepatnya di Desa Sijantung, Kepulauan Riau, akhirnya disepakati digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi para pengungsi. UNHCR dan Pemerintah Indonesia selanjutnya membangun berbagai fasilitas, seperti barak pengungsian, tempat ibadah, rumah sakit, dan sekolah, yang digunakan untuk memfasilitasi sekitar 250.000 pengungsi.

Di tempat itu, para pengungsi Vietnam meneruskan hidupnya sepanjang tahun 1979-1996, hingga akhirnya mereka mendapat suaka di negara-negara maju yang mau menerima mereka ataupun dipulangkan ke Vietnam. Para pengungsi itu dikonsentrasikan di satu permukiman seluas 80 hektar dan tertutup interaksinya dengan penduduk setempat. Hal itu dilakukan untuk mempermudah pengawasan, pengaturan, penjagaan keamanan, sekaligus untuk menghindari penyebaran penyakit kelamin Vietnam Rose yang dibawa oleh para pengungsi ini.

“Saat ini, bekas kamp pengungsian tersebut dijadikan tempat wisata andalan bagi kota Batam,” kata Kepada Dinas Pariwisata Kota Batam, Yusfa Hendri.

Dari sisa-sisa peninggalan ini, pengunjung dapat membayangkan bagaimana para pengungsi Vietnam mencoba bertahan hidup, jauh dari tanah kelahirannya. Pengunjung yang memasuki pulau itu akan disambut dengan Patung Taman Humanity atau Patung Kemanusiaan.

Patung itu menggambarkan sosok wanita yang bernama Tinhn Han Loai yang diperkosa oleh sesama pengungsi. Malu menanggung beban diperkosa, akhirnya ia memutuskan bunuh diri. Dalam rangka mengenang peristiwa tragis itulah maka patung itu dibuat oleh para pengungsi. Pemerkosaan bukanlah satu-satunya tindakan kriminal yang dilakukan oleh para pengungsi. Beberapa dari mereka juga mencuri, bahkan membunuh. Oleh karena itulah sebuah penjara juga dibangun di tempat itu. Penjara itu digunakan untuk menahan para pengungsi yang melakukan tindakan-tindakan kriminal tersebut, juga untuk menahan pengungsi yang mencoba melarikan diri.

Tak jauh dari Patung Taman Humanity, terdapat areal pemakaman yang bernama Ngha Trang Grave. Di sini, dimakamkan 503 pengungsi Vietnam yang meninggal karena berbagai penyakit yang mereka derita selama berlayar berbulan-bulan di laut lepas. Selain itu, depresi mental membuat kondisi fisik mereka semakin lemah.

“Setiap tahun banyak warga Vietnam yang merupakan sanak keluarga dari yang meninggal datang ke Pulau Galang untuk berziarah,” Kata Yusfa.

Di pulau itu juga terdapat Monumen Perahu yang terdiri atas tiga perahu yang digunakan para pengungsi ketika meninggalkan Vietnam. Dengan perahu seperti itulah mereka selama berbulan-bulan mengarungi Laut Cina Selatan, hingga akhirnya tiba di Pulau Galang dan sekitarnya. (gus).

Tidak ada komentar: