Rabu, 27 Januari 2010

Perusahaan Tambang Incar Pendapatan USD.900 Juta

JAKARTA – Perusahaan tambang batu bara, PT Bayan Resources Tbk menargetkan pendapatan 900 juta dollar AS atau sekitar 9,0 triliun rupiah dengan kurs 10 ribu rupiah per dollar AS pada tahun 2010, untuk itu produksi batu bara tahun ini akan ditingkatkan 42,1 persen menjadi 13,5 juta ton dari 9,5 juta ton di tahun 2009.




Sekretaris Perusahaan Bayan Resources Jenny Quantero mengatakan, perseroan telah memasang target pendapatan tahun ini sebesar 900 juta dollar AS (9 triliun rupiah), lebih tinggi dari perkiraan realisasi 2009 yang 6,5 triliun rupiah.

Untuk itu akan dilakukan berbagai langkah, antara lain meningkatkan produksi batu bara menjadi 13,5 juta ton dari 9,5 juta ton di tahun 2009, atau naik sekitar 42,1 persen. Selain itu, kualitas batu bara juga akan ditingkatkan dengan meningkatkan kinerja pabrik peningkatan mutu batu bara di Kalimantan Timur, sehingga harga jual bisa meningkat.

Perseroan juga, kata Jenny berencana mengakuisisi beberapa pertambangan batu bara di Kalimantan pada tahun ini, namun belum diketahui realisasinya karena saat ini masih dilakukan kajian.

Untuk itu, perseroan telah mengalokasikan belanja modal atau Capital Expenditure/Capex senilai 50 juta dollar AS atau 500 miliar rupiah yang akan dialokasikan untuk maintenance dan investasi lainnya. Jumlah itu, lebih rendah dibanding Capex 2009 yang mencapai 88 juta dollar AS.

Menurut Jenny, lebih rendahnya Capex tahun ini karena hampir seluruh proyek sudah berjalan sehingga tahun ini tidak membutuhkan dana besar untuk investasi. Dana belanja modal tahun ini tersebut akan diambil dari kas internal.

Jenny optimistis kinerja pendapatan tahun 2010 lebih tinggi dibanding 2009, karena kondisi ekonomi nasional dan global sudah mulai membaik, padahal tahun lalu sempat terpuruk akibat dampak resesi global. Dengan demikian, permintaan atau order batu bara dari negara lain seperti Amerika dan Eropa serta Asia dipastikan tetap tumbuh.

Meski demikian, kata dia perolehan pendapatan tahun ini sangat tergantung dari fluktuasi harga batu bara yang dipengaruhi oleh harga minyak dunia.

Riset PT Asia Securities yang dipublikasikan 30 Nopember 2009 menyebutkan industri batu bara akan menguat kembali seiring pemulihan kondisi ekonomi global. Konsumsi batu bara dari 2006 sampai 2030 diprediksi tumbuh 49 persen yang di dukung oleh penguatan konsumsi di Cina dan India.

Berdasarkan riset tersebut dijelaskan pertumbuhan impor batu bara Thermal di Cina melonjak 167 persen sedangkan impor batu bara naik 400 persen.

Sementara itu, konsumsi batu bara India tahun ini juga diprediksi bakal meningkat untuk kebutuhan industri baja di negara tersebut. Coal India Ltd yakni perusahaan tambang milik pemerintah India memprediksi konsumsi batu bara naik 10 kali lipat selama tiga tahun terakhir atau sekitar 40-45 juta ton.

Sementara itu, konsumsi batu bara di Amerika Serikat juga diprediksi akan naik kembali setelah mengalami penurunan pada tahun 2009. Konsumsi batu bara di Amerika Serikat diperediksi tumbuh 17 persen.

Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia dalam riset tersebut memprediksi produksi batu bara nasional tahun ini mencapai 280 juta ton. Lebih tinggi dari target produksi yang dibuat pemerintah yakni 250 juta ton.

Konsumsi batu bara di dalam negeri masih di dominasi oleh PT PLN untuk kebutuhan bakar pembangkit energi listriknya yakni diperkirakan 60-70 juta ton, lebih tinggi dari 2009 yang 40-45 juta ton.

Menguatnya konsumsi batu bara nasional dan global tersebut, menyebabkan harga batu bara tahun ini diprediksi akan naik dengan angka sekitar 80-85 dollar AS per ton. (gus).

Tidak ada komentar: