Kamis, 21 Januari 2010

Perusahaan Ritel Batasi Produk Cina

BATAM – Perusahaan ritel berformat minimarket PT Sumber Alfaria trijaya Tbk akan membatasi penjualan produk produk dari Cina paska dibukanya perdagangan bebas antara Asean dan Cina sejak 1 April 2010, sebab produk tersebut belum familiar terhadap konsumen dalam negeri sehingga dikuatirkan justru menurunkan penjualan. Perseroan sendiri menargetkan pendapatan tahun ini tumbuh 25 persen dibanding perkiraan realisasi 2009 yang 10,5 triliun rupiah.




Wakil Presiden Direktur Alfamart Henry Komala mengatakan, sebagian besar atau lebih dari 80 persen produk yang dijual di gerai Alfamart merupakan produk UKM dari dalam negeri yang dipasok oleh supplier. Sementara itu, produk dari luar negeri seperti dari Eropa, Amerika dan Asia masih relatif kecil karena penjualannya juga terbatas.

“Masyarakat atau konsumen menyukai produk produk dalam negeri sehingga penjualan produk impor seperti dari Cina dibatasi,” katanya, Kamis (21/1).

Oleh karena itu, kata dia sehubungan dengan telah dibukanya perdagangan bebas antara Asean dan Cina (Asean Cina Free Trade Agrement) pihaknya akan membatasi penjualan produk dari luar negeri termasuk Cina karena daya serapnya juga rendah.

Hingga Januari ini, perseroan masih belum memperoleh pasokan dari produk produk Cina, dan sebagian pasokan masih di dominasi dari produk buatan dalam negeri.

Meskipun penjualan produk impor dibatasi, kata dia tidak akan mengurangi target penjualan, sebab selera konsumen saat ini memang masih menyukai produk buatan dalam negeri. Penjualan tahun ini ditargetkan tumbuh 25 persen dibanding perkiraan realisasi 2009 yang 10,5 triliun rupiah.

Untuk mengejar target pertumbuhan itu, perseroan telah menyiapkan belanja modal sekitar 600 miliar rupiah, lebih tinggi dibanding 2009 yang hanya 450 miliar sampai 500 miliar rupiah. Belanja modal tahun ini diambil dari sisa dana IPO (Initial public offering), kas internal dan fasilitas kredit dari BCA yang masih dimiliki perseroan sekitar 500 miliar rupiah.

“Dana ekspansi untuk tahun depan sudah tersedia, tinggal realisasi saja,” kata dia.

Belanja modal tersebut akan digunkana untuk kegiatan promosi, memperbaiki sarana dan prasarana yang ada di toko atau gerai untuk memberi kenyamanan berbelanja kepada masyarakat, memberi fasilitas potongan harga dengan cara memberikan kartu anggota atau membership yang dikenal dengan Kartu Aku, lalu bekerjasama dengan BNI meluncurkan kartu belanja. Selain itu, jumlah item produk akan ditambah bekerjasama dengan pemegang merek.

Jumlah armada atau truk juga ditambah sekitar 5-10 kendaran untuk menjamin kelancaran distribusi barang dari pusat distribusi ke toko atau gerai.

Perseroan juga akan membangun sekitar empat sampai lima Distribution Centre (DC), dan pada kuartal dua ini akan direalisasikan dua DC di Bali dan Klaten.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo) Benyamin Mailol mengatakan, Aprindo memprediksi tahun ini pendapatan industri ritel bisa tumbuh 15 persen seiring dengan laju inflasi serta kenaikan harga bahan baku dan energi yang membuat pemain ritel akan menyesuaikan harga jual. Oleh karena itu, perusahaan ritel diharapkan bisa focus pada segmen bisnisnya.

Sementara hingga akhir 2009, pendapatan industri ritel diprediksi mencapai 80 triliun rupiah naik 14,2 persen dibanding pendapatan industri ritel tahun 2008 yang 70 triliun rupiah. Pertumbuhan pada tahun 2009 lebih banyak di sokong oleh tingginya peredaran uang saat Pemilu Presiden dan DPR, dan tahun ini Pemilihan Kepala Daerah diperkirakan akan mendorong pertumbuhan industri ritel nasional. (gus)

Tidak ada komentar: