JAKARTA – Perusahaan plat baja, PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk tetap mempertahankan pasar ekspor ke Jepang, Asia Tenggara, Timur Tengah dan Australia dalam strategi penjualannya tahun depan meskipun permintaan plat baja di pasar domestik melonjak sebab perseroan sudah terikat kontrak dengan pembeli dari negara tersebut.
Sekretaris Perusahaan Gunawan Dianjaya, Hadi Sutjipto mengatakan, perseroan sampai saat ini menjual sebagian besar produksinya ke luar negeri atau di ekspor yakni mencapai 70 persen. Adapun negara tujuan ekspor utama adalah Jepang, negara negara di Asia Tenggara, Timur Tengah dan Australia.
“Penjualan hingga akhir tahun kami yakin tembus 2 triliun rupiah karena membaiknya permintaan pasar ekspor dan peningkatan harga jual,” katanya, Selasa (9/11).
Pembeli dari negara-negara tersebut adalah pelanggan utama yang sudah sejak lama bekerjasama dengan perseroan. Oleh karena itu, pihaknya tidak akan mengubah strategi penjualannya pada tahun depan meskipun konsumsi plat baja nasional diprediksi mengalami lonjakan pada tahun depan.
Perseroan kata dia hanya akan memperbesar volume penjualannya, dengan cara meningkatkan kapasitas produksi hingga 550 ribu ton per tahun yang akan dilakukan secara bertahap hingga 2013. Kapasitas produksi itu lebih tinggi dari posisi saat ini yang 450 ribu ton per tahun.
Untuk itu, mesin produksi akan diperbarui dengan cara mengganti komponen yang sudah aus atau tidak produktif lagi selain itu perseroan juga akan memasang motor motor utama di mesin penggilingan dan memperbaiki dapur pemanas (reheating furnace). Seluruh rangkaian tahap pemasangan mesin dan pembangunan infrastruktur ditargetkan rampung pada 2013 sehingga target pencapaian kapasitas produksi 550 ribu ton per tahun bisa dicapai.
Rencana tersebut akan dilakukan secara bertahap dimulai tahun 2011 hingga 2013, dan perseroan telah menyiapkan dananya sebesar 12 juta dollar AS setara dengan 108 miliar rupiah dengan kurs 9.000 rupiah per dollar AS.
Seluruh dana investasi kata Hadi akan diambil dari kas internal karena posisi kas perseroan cukup kuat. Hingga September 2010 saja, perseroan telah mengantongi keuntungan dalam bentuk laba bersih senilai 152,06 miliar rupiah padahal diperiode sama tahun 2009 perseroan mengalami kerugian (rugi bersih) sebesar 197,12 miliar rupiah.
Keuntungan itu diperoleh dari pertumbuhan penjualan sebesar 8,3 persen dari 1,2 triliun rupiah di kuartal tiga 2009 menjadi 1,3 triliun rupiah di kuartal tiga ini. Selain itu juga dipicu oleh peningkatan harga jual yang telah dilakukan di awal tahun 2010.
Menurut Hadi, harga plat baja hingga akhir tahun di prediksi sekitar 920-950 dollar AS per ton atau naik rata rata 30 persen dibanding posisi akhir 2009.
Dengan demikian, hingga akhir tahun 2010, perseroan optimistis penjualannya bisa tembus 2,0 triliun rupiah naik 25 persen dibanding 2009 yang 1,6 triliun rupiah. Hal itu cukup beralasan sebab selama Oktober hingga Desember 2010 perseroan telah mendapat order sesuai dengan proyeksi dan saat ini tinggal menunggu pengirimannya saja ke pembeli.
Riset yang dilakukan PT Vabury Asia securities yang dipublikasikan Oktober 2010 menyebut bahwa konsumsi baja nasional per kapita saat ini masih rendah sehingga potensi perusahaan baja untuk berkembang masih terbuka. Komponen baja sendiri banyak digunakan untuk berbagai kebutuhan industri seperti otomotif, off shore, konstruksi, jembatan dan lainnya yang saat ini permintaanya saat ini dan kedepan masih cukup tinggi dan hal itu akan mendorong pertumbuhan penjualan perusahaan baja.
Meski demikian perusahaan baja juga punya risiko dalam pengembangannya seperti risiko fluktuasi kurs dan harga baja global yang menjadi risiko terbesar. Selain itu kondisi ekonomi global dan perkembangan harga minyak dunia juga sangat mempengaruhi harga baja. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar