Kamis, 04 November 2010

Batam Menjadi Basis Industri Shipyard di Asia Tenggara

BATAM – Kota Batam diprediksi menjadi basis industri shipyard atau galangan kapal terbesar di Asia Tenggara seiring rencana sejumlah perusahaan galangan kapal dari Singapura, Korea, Jepang, Eropa dan Amerika Serikat yang akan bangun pabrik di kota tersebut.



Kepala Sub Direktorat Perijinan BP Batam (Otorita Batam) Yayan Achyar mengatakan, data dari Januari sampai September 2010 terdapat lebih 19 perusahaan galangan kapal dari Korea, Jepang, Eropa dan Amerika Serikat yang akan membuka pabriknya di Batam dengan investasi triliunan rupiah.

“Lebih dari 19 perusahaan shipyard asing akan membuka pabrik di batam sehingga Batam akan menjadi basis industri shipyard di Asia Tenggara,” katanya, Kamis (28/10).

Perusahaan tersebut akan membuka jasa pembuatan kapal, perbaikan dan perawatan kapal besar maupun kapal kecil. Jika rencana itu direalisasikan, maka Batam akan menjadi basis industri shipyard atau galangan kapal tidak hanya di Indonesia tetapi juga di kawasan Asia Tenggara.

Mantan Ketua Asosiasi Perusahaan Galangan Kapal Batam, Bahrun mengatakan perusahaan galangan kapal yang sudah beroperasi di Batam saat ini sekitar 100 perusahaan yang berasal dari Singapura, Amerika Serikat, Eropa, Korea dan Jepang.

Sejumlah perusahaan shipyard dari luar negeri sangat tertarik membangun pabrik di Batam karena kedalaman laut di Batam cukup baik untuk membangun industri tersebut. Selain itu, biaya tenaga kerja cukup murah dan sebagian besar tenaga kerja di Batam cukup tranpil dan memahami bidang pekerjaanya sehingga perusahaan asing tersebut tidak kesulitan mendapatkan pekerja.

Kebutuhan tenaga kerja bagi industri galangan kapal, katanya memang sangat penting karena untuk membuat satu kapal tanker saja dibutuhkan buruh ratusan orang, sehingga jika perusahaan mendapat order pembuatan lebih dari dua kapal maka dibutuhkan ribuan pekerja.

Sementara itu, Otorita Batam atau Badan Pengusahaan FTZ Batam menyediakan lahan khusus seluas 6.700 hektare dengan garis pantai lebih 18 kilo meter di kawasan Tanjung Uncang yang bisa disewa oleh perusahaan galangan kapal asing untuk membangun pabriknya di Batam.

Menurut Yayan, kawasan Tanjung Uncang memang dipersiapkan menjadi kawasan khusus industri galangan kapal sebab potensinya cukup memadai untuk industri tersebut dengan kedalaman pantai 6 meter sampai 18 meter.

Tarif sewa tanah di Batam juga relatif murah yakni sekitar 20.000 rupiah per meter per tahun, sedangkan di Jakarta dan Surabaya lebih dari 100.000 rupiah per meter per tahun dan di Singapura lebih tinggi lagi.

Keunggulan yang dimiliki Batam lainnya adalah statusnya sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas yang memungkinkan perusahaan asing untuk membeli bahan baku pembuatan kapal lebih murah karena aktivitas ekspor maupun impor di Batam tidak dikenakan pajak dan bea masuk. Hal itu sangat menguntungkan bagi perusahaan galangan kapal di Batam yang 70 persen lebih bahan bakunya harus di impor.

Sayangnya, kata Yayan keterbatasan lahan yang dimiliki Batam saat ini tidak bisa menampung ratusan perusahaan shipyard yang ingin membuka usaha sehingga pemerintah pusat perlu secepatnya memperjelas status lahan di Pulau Rempang dan Galang dari hutan lindung ke komersil agar lahan di pulau tersebut bisa digunakan untuk menampung limpahan industri dari Batam. (gus).

Tidak ada komentar: