Kamis, 04 November 2010

Batam Diselimuti Kabut Asap

BATAM – Kota Batam diselimuti kabut asap sejak tiga hari lalu hingga saat ini menyebabkan polusi udara dan berpotensi meningkatkan penyakit saluran pernapasan (ISPA) serta mengganggu penerbangan. Asap tersebut berasal dari pembakaran lahan untuk areal perkebunan di Provinsi Riau, Bangka Belitung, Sumatra Selatan, Sumatra Utara, Lampung, Sumatra Barat dan dari Malaysia.



Data dari Satelit Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Hang Nadim Batam menemukan ratusan titik api (hot spot) di Provinsi Sumatra Selatan sebanyak 66 titik hot spot, Bangka Belitung 2 titik, Sumatra Utara 13 titik, Riau 35 titik, Lampung 16 titik dan Sumatra Barat 15 titik.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Hang Nadim, Agus mengatakan, selain dari sejumlah provinsi di Sumatra, asap yang ada di Batam juga berasal dari sejumlah wilayah di Malaysia, itu terlihat dari ditemukannya sejumlah titik api di Malaysia.

Menurut dia, kabut asap sudah mulai terlihat sejak beberapa hari lalu dan kian hari makin tebal disebabkan hembusan angina dari selatan menuju tenggara yang membawa asap itu ke Batam.

“Hembusan angin dari selatan ke tenggara menyebabkan kabut asap makin tebal dan belum diketahui kapan akan berakhir,” katanya, Kamis (21/10).

Meski demikian, kabut asap tersebut hingga saat ini belum mempengaruhi industri penerbangan karena jarak pandang masih normal. Namun, bagi masyarakat yang memiliki penyakit saluran pernapasan (ISPA/Infeksi saluran pernapasan akut) harus waspada dan mengurangi aktivitas diluar rumah.

Sejumlah warga yang ditemui koran jakarta mengeluh akibat banyaknya asap di jalan jalan karena telah menganggu pernapasan dan mobilitas mereka. Untuk itu, beberapa warga telah menggunakan penutup hidung ketika mengendarai sepeda motor.

Cemari Lingkungan

Luca Tacconi dari Cifor (Centre for international forestry research) yang melakukan riset soal pembakaran hutan di Sumatra menyebut bahwa kebakaran hutan di Sumatra disebabkan oleh alam dan manusia, dan yang paling banyak memberi kontribusi adalah yang sengaja dilakukan oleh manusia.

Pembakaran hutan oleh manusia dilakukan untuk mengurangi biaya produksi sebagai langkah pembukaan areal perkebunan, karena proses pembakaran lebih efektif dan mengurangi biaya ketimbang penebangan.

Namun, pembakaran hutan atau lahan tersebut ternyata berdampak negative terhadap lingkungan dan justru menimbulkan kerugian secara keekonomian bagi negara. Cifor mencatat kerugian negara akibat kebakaran hutan tersebut mencapai 416 juta dollar AS setara dengan 4,1 triliun rupiah dengan kurs 10.000 rupiah per dollar AS.

Kerugian yang paling besar terjadi pada lingkungan karena akibat dari pembakaran hutan ekosistem menjadi tidak seimbang karena terdapat species

yang punah sehingga rantai makanan terputus, selain itu pembakaran hutan atau lahan juga menyebabkan emisi karbon meningkat.

Asap yang timbul dari pembakaran hutan atau lahan juga meningkatkan penderita ISPA dan di beberapa daerah seperti Riau penderita ISPA mendominasi penyakit yang diderita warganya. (gus).

Tidak ada komentar: