Untung mengatasi banjir di Batam, idealnya kota itu memiliki danau di tengah kota (pulau) yang berfungsi sebagai daerah transit aliran air dari berbagai drainase sekunder. Air dalam danau itu selanjutnya bisa dipompa untuk dialirkan ke laut.
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Batam ternyata tidak dibarengi dengan kesiapan infrastruktur khususnya sistem drainase yang baik, akibatnya jika terjadi hujan beberapa jam saja terjadi banjir.
Sepanjang Agustus hingga Oktober ini, cuaca ekstrem yang terjadi di Indonesia memicu tingginya curah hujan di Kota Batam, ironisnya pada saat yang sama juga terjadi cuaca panas sangat tinggi.
Tingginya curah hujan yang terjadi di Batam meskipun hanya berlangsung selama beberapa jam saja telah menimbulkan banjir di beberapa sudut kota seperti di kawasan Jodoh, Nagoya, Bengkong, Muka Kuning, Baloi dan Batam Centre. Banjir yang terjadi tersebut bahkan telah merenggut dua korban anak kecil di kawasan Bengkong dan Baloi pada akhir September lalu.
Kedua korban tewas itu adalah Beni Hotlan Siregar (6) merupakan murid Taman Kanak kanak (TK) Huria Kristen Indonesia tewas terseret banjir. Mayatnya ditemukan di gorong-gorong di depan Baloi Harapan II. Kemudian Bayu, siswa kelas tiga SD 003 Seipanas juga tewas terseret arus. Jazadnya ditemukan di gorong-gorong tak jauh dari rumahnya di Bukit Beruntung. Kedua bocah itu tewas terseret banjir sewaktu pulang dari sekolah.
Sejumlah warga dan pengusaha khususnya pedagang mengeluh dengan kondisi tersebut, karena meskipun hanya berlangsung beberapa jam dan ketinggian banjir sekitar 1 meter namun sudah menganggu aktivitas warga bahkan mengancam keselamatan warga. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Batam harus segera mengatasi persoalan tersebut agar dikemudian hari tidak terjadi banjir yang lebih besar.
Kepala Dinas Tata Kota Batam, Gintoyono mengatakan, Banjir yang terjadi di Kota Batam dipicu oleh tidak tersedianya system drainase yang handal. Sistem yang ada saat ini tidak mampu membendung debit air yang tinggi akibat hujan sehingga bisa dengan mudah meluap mengakibatkan banjir.
Kondisi itu diperparah lagi dengan tindakan sejumlah warga khususnya pengusaha yang mendirikan bangunan di atas jalur system drainase sehingga petugas mengalami kesulitan ketika ingin mengeruk atau membersihkan jalur drainase tersebut.
Selain itu, banyaknya sampah yang menumpuk di sepanjang jalur pembuangan atau drainase juga menjadi penyebab banjir. Banjir di Batam juga dipengaruhi oleh berkurangnya lahan hijau atau hutan sebagai dampak pembangunan ekonomi.
Walikota Batam Ahmad Dahlan mengatakan, Pemko sebenarnya melalui Tim Terpadu Penanggulangan Banjir Kota Batam pada tahun 2008 sudah memetakan titik atau lokasi banjir di Batam sebanyak 56 lokasi. Dari jumlah itu, 47 lokasi sudah ditangani dan sembilan lokasi lain belum dikerjakan drainasenya. Lokasi yang belum ditangani misalnya di Jalan Panglima Sudirman Simpang Kabil, Jalan Gajah Mada di Tiban Centre, di Perumahan Cendana dan Taman Kurnia dan lainnya.
Ironisnya, banjir tetap terjadi di daerah yang sudah dibangun system drainase dan lebih parah lagi menimpa daerah yang belum dibangun system drainasenya.
Mantan Koordinator Panitia Khusus Rencana Tata Ruang dan Wilayah Batam 2008-2028, Chablullah Wibisono mengatakan banjir yang terjadi beberapa pecan terakhir di Batam disebabkan Pemko Batam dan Badan Pengusahaan Batam (Otorita Batam) tidak konsisten dengan masterplan penanganan banjir.
Pasalnya, kawasan-kawasan seperti danau dan lembah yang sudah di alokasikan sebagai tempat penampungan air dan resapan telah dialih fungsikan sebagai perumahan, oleh karenanya wajar jia banyak perumahan di Batam kebanjiran.
Terlebih, sejumlah pengembang nakal juga tidak membangun system drainase yang baik. Banyak pengembang di Batam hanya membangun drainase di kawasan perumahan si pengembang tanpa menyambungnya dengan drainase lain yang sudah ada, ehingga ketika hujan turun, air mengalir ke jalan raya.
Chablullah mengingatkan Pemerintah Kota dan Otorita Batam untuk segera menangani persoalan banjir sebelum terlambat, sebab dengan kontur lahan yang ada serta berkurangnya lahan hijau di Batam untuk kegiatan industri akan mengancam keberadaan lingkungan di Batam akibat banjir, dan persoalan banjir tersebut semakin meningkat setiap tahunnya bila tidak ditangani dengan baik.
Salah satu cara yang bisa dilakukan, kata dia dengan membangun danau di tengah kota (pulau) yang berfungsi sebagai daerah transit aliran air dari berbagai drainase sekunder. Air dalam danau itu selanjutnya bisa dipompa untuk dialirkan ke laut. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar