Minggu, 01 November 2009

PT Semen Batam Tawarkan Saham ke Publik

BATAM – Perusahaan semen, PT Semen Batam anak usaha dari Grup Bosowa diketahui segera masuk bursa pada kuartal empat 2009 setelah proses administrasi dan penunjukan penjamin emisi tuntas pada Juli ini. Perseroan akan menggunakan dana IPO untuk eskpansi usaha seperti peningkatakan kapasitas produksi pabrik dan pembangunan pembangkit listrik dengan harapan pendapatan tahun ini bisa tumbuh 200 persen.








Ketua Tim persiapan untuk rencana IPO PT Semen Batam, Muhamad Chepphy mengatakan, rencana penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) PT Semen Batam sedang berjalan dan dipastikan tahun ini juga akan direalisasikan.

“Kondisi pasar sudah mulai membaik, dan rencana IPO dipastikan terealisasi tahun ini juga,” katanya.

Untuk merealisasikan rencana IPO itu, kata dia, perseroan telah menyeleksi beberapa perusahaan yang akan menjadi penjamin emisi efek dan salah satunya dipastikan PT Bahana Securities.

Oleh karena itu, manajemen sedang melakukan diskusi secara intensif dengan perusahaan sekuritas tersebut untuk menentukan waktu dan jumlah saham yang akan ditawarkan ke publik dan target dananya.

Menurutnya, jumlah saham yang akan ditawarkan ke publik belum bisa dipastikan namun diperkirakan kurang dari 40 persen karena pihaknya berkeinginan menjadi pemegang saham mayoritas. Artinya jumlah saham yang dimiliki perseroan nantinya paska IPO lebih dari 60 persen, sedangkan 40 persen lagi diperkirakan akan ditawarkan ke publik.

“Jumlah pastinya belum bisa disebutkan, tapi kami masih ingin menjadi pemegang saham mayoritas,” katanya.

Ekspansi Bisnis

Menurut Cheppy, dana IPO nantinya akan digunakan untuk ekspansi usaha dan tambahan modal kerja atau capital expenditure. Beberapa rencana ekspansi usaha yang akan dikerjakan adalah, pembangunan pembangkit listrik dan perluasan pabrik.

Kepala Produksi PT Semen Batam Basri Muslim mengatakan, pembangunan pembangkit listrik perlu dilakukan karena pengeluaran untuk pembayaran listrik relatif besar yakni sekitar dua miliar rupiah per bulan, karena tariff listrik di Batam berlaku tariff regional sehingga lebih mahal dibanding daerah lain di Indonesia.

Dengan dibangunnya pembangkit listrik tersebut, kata dia perseroan bisa lebih memaksimalkan produksi, karena pabrik yang ada saat ini akan di tingkatkan kapasitasnya.

Perseroan menargetkan produksi semen tahun ini sekitar 600 ribu ton, lebih tinggi disbanding produksi 2008 yang 200 ribu ton. Dengan produksi 600 ribu ton tersebut, perseroan berharap bisa memperoleh pendapatan 600 miliar rupiah, naik 200 persen dibanding 2008 yang 200 miliar rupiah.

Dengan bertambahnya produksi, kata Basri, perseroan akan meningkatkan pemasaran khususnya di kawasan Sumatera. Untuk Batam sendiri, Semen Batam menargetkan tahun ini menjadi pemain utama atau market leader. Konsumsi semen di Batam pada 2008 mencapai 600 ribu ton tahun lalu dan tahun ini diperkirakan naik sekitar 10-30 persen, dari jumlah itu diharapkan 50 persennya bisa dipasok oleh Semen Batam.

Konsumsi semen di Batam khususnya dan Provinsi Kepulauan Riau umumnya relatif tinggi, karena sebagai provinsi baru, Kepri saat ini sedang giat membangun infrastruktur antara lain gedung perkantoran.

Untuk itu, perseroan akan meningkatkan pemasaran dengan cara menambah distributor, dari 10 distributor saat ini menjadi 15-20 distributor, selain itu, promosi juga akan ditingkatkan. Sementara itu, fasilitas pelabuhan untuk bongkar muat juga akan dikembangkan agar distribusi lebih lancar.

Menurutnya, perseroan telah mengalokasikan dana 10 miliar rupiah dari kas internal untuk pengembangan pelabuhan dan membangun infrastruktur distribusi di beberapa wilayah di Sumatra.

Sebelumnya, CEO grup Bosowa Erwin Aksa mengatakan, pihaknya akan mengandalkan pendapatan tahun ini dari bisnis semen dan otomotif. Untuk itu pengembangan pabrik semen di Batam akan dipercepat dan pihaknya juga telah mengalokasikan dana 22 miliar rupiah untuk membangun pabrik semen baru di Makasar dan Batam.

Secara grup, kata dia, pihaknya menargetkan penjualan senilai 4,5 triliun rupiah pada tahun ini, naik 28,6 persen dibanding 2008 yang hanya 3,5 triliun rupiah.

Analis PT BNI Securities Maxi Liesyaputra melalui riset yang dipublikasikan 23 Maret 2009 menilai permintaan semen masih akan tumbuh walaupun relatif flat. Asosiasi Semen Indonesia (ASI) sendiri memprediksi konsumsi semen sepanjang 2009 akan stagnan yaitu 38,087 juta ton. Adapun ekspor semen nasional periode Januari-Februari 2009 terpangkas 60 persen menjadi hanya 300 ribu ton dari 754.109 ton. ASI memprediksi ekspor semen tahun ini akan berada di level 1,8 juta ton atau anjlok 64 persen dari lima juta ton.(gus).

Tidak ada komentar: