Selasa, 24 November 2009

Cuaca Buruk Hambat Evakuasi Korban Tenggelamnya KM Dumai Ekspress 10

BATAM – Proses evakuasi korban tenggelamnya kapal KM Dumai Ekspress 10 sampai saat ini masih dilakukan namun tidak maksimal akibat cuaca buruk. Tinggi gelombang diketahui mencapai enam meter dengan kecepatan angin 30 knot.







Kordinator Tim SAR, Dan Lanal Karimun Letkol Laut Edwin kepada sejumlah wartawan mengatakan, proses evakuasi korban masih terus dilakukan guna menemukan korban hilang yang jumlahnya masih simpang siur, diperkirakan sekitar 22 orang. Korban hilang tersebut diduga terjebak di lambung kapal sehingga tidak muncul ke permukaan laut.

Namun, kata dia evakuasi tidak bisa maksimal karena cuaca sangat buruk, tinggi gelombang diperkirakan mencapai enam meter, padahal normalnya hanya 0,5 sampai 2 meter, selain itu kecepatan angin mencapai 30 knot. Dengan kondisi tersebut, sulit bagi kapal kecil yang dimiliki Tim SAR saat ini untuk berlayar karena berisiko dihantam gelombang.

“Gelombang tinggi dan angin kencang menghambat proses evakuai korban yang masih tersisa,” kata Edwin, Selasa (24/11).

Proses evakuasi korban kata dia, dilakukan dengan menerjunkan tiga unit kapal KRI, satu helikopter TNI AL, Kapal SAR dan kapal penolong lainnya yang berjumlah 14 unit.

Sementara itu, Ketua Tim Sar Tanjung Pinang Kolonel Bambang kepada Koran Jakarta menambahkan, proses evakuasi kemarin memang terkendala oleh cuaca yang sangat buruk. Tim SAR kata dia tidak melakukan evakuasi ke tengah laut tempat musibah itu terjadi namun hanya dilakukan penyisiran di pinggir laut.

Kapal Tim SAR tidak bisa ketengah laut, karena ada himbauan dari Ditjen Hubla yang melarang pelayaran ke tengah laut akibat cuaca buruk. Meski demikian, kata Bambang, evakuasi dengan menggunakan Helikopter dilakukan ketengah laut, namun jangka waktunya tidak terlalu lama mengingat daya tahan Helikopter tersebut sangat terbatas.

Hingga berita ini diturunkan, menurut Bambang belum ada korban yang berhasil di evakuasi baik yang tewas maupun yang selamat.

Jumlah korban yang masih di cari, kata dia masih simpang siur dan tidak dapat dipastikan, pihaknya sendiri tidak menggunakan data dari perusahaan pelayaran Dumai Ekspress karena data manifest dan data lapangan berbeda.

Oleh karena itu, Tim SAR menggunakan data secara natural artinya, hanya menentukan jumlah korban hilang berdasarkan laporan dari masyarakat yang melaporkan kerabatnya hilang, dan jumlahnya diperkirakan sekitar 22 orang.

“Kami tidak dapat memastikan berapa jumlah korban yang masih tersisa, karena data yang kami pakai hanya secara natural saja, artinya berdasarkan laporan masyarakat yang menyebut kerabatnya hilang,” kata dia, Selasa (24/11).

Sementara itu, dari Posko Musibah tenggelamnya kapal KM Dumai Ekspress 10 di Karimun menyebutkan jumlah korban yang masih hilang sekitar 22 orang yakni Mantan Kepala Dinas Pertanahan Kota Batam Amiruddin AT (58) beserta istrinya Khodijah (46) dan dua anaknya Raihan (6) serta Irsad (4).

Korban hilang lainnya, Ronal Alfitra (11), Sri Yanti (37), Putri Hariyanti (9), Aisyah Heriyanti (2,5), Aura Binti Rika Putra (2), Dahnil (65), Ratna Juwita (63), Nurkolidah Arafah (63), Syahdu Maharani (2), Ema atau Amau (67), Hafis Riyan (3,5), Enni (29), Maulina (19), Jesika (6), Okta (4), Zakia (2), Lisna (22), dan satu orang ABK Kapal bernama Heri.

Sementara itu, korban tewas sejumlah 27 orang yang telah berhasil dievakuasi telah dibawa kerabatnya, sedangkan korban yang hidup akan dipulangkan ke daerah asalnya masing masing menunggu cuaca baik.

Berdasarkan data dari Posko di Karimun, jumlah korban selamat sebanyak 255 orang yang terdiri dari 154 perempuan dan 101 laki laki. Seluruh biaya pemulangan korban yang masih hidup tersebut akan ditanggung oleh perusahaan KM Dumai Ekspress 10 ditambah uang saku sejumlah 200 ribu rupiah dari Pemerintah Kabupaten Karimun.

Kapolres Karimun AKBP Imam Santoso kepada wartawan mengatakan, pihaknya masih menyelidiki dan meminta keterangan dari beberapa saksi penyebab tenggelamnya kapal KM Dumai Ekspress 10.

“Kita akan memeriksa petugas Adpel dan Nahkoda bila ada indikasi kelalaian maka akan diproses sesuai hukum yang berlaku,” katanya. Sementara itu, Nahkoda kapal, Johan Hutajulu dan ABK nya saat ini diamankan oleh Markas Komando Angkatan Laut (Mako Lanal) Karimun.

Juru bicara Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) JA Barata belum bisa memastikan penyebab tenggelamnya kapal tersebut. Pihaknya masih menunggu laporan dari tiga orang tim yang diterjunkan langsung ke Karimun pada Minggu (22/11) lalu. (gus).


Tidak ada komentar: