Kamis, 12 November 2009

Dari Kongres Vegetarian Asia Pasifik ke-4 di Batam

Kongres Vegetarian Asia Pasifik ke empat atau the 4th Asian Vegetarian Congress
yang berlangsung di Batam dari 6-10 Nopember 2009, menghasilkan beberapa catatan penting bagi warga dunia yang tertuang dalam Joint Statement for a Better World yakni, Pertama, Masyarakat internasional diminta untuk kembali pada pola hidup berbasis nabati, sebab dengan cara ini kita bisa menyelamatkan kualitas kesehatan manusia, hewan dan lingkungan.








Kedua, Komunitas vegetarian Asia Pasifik menentang eksploitasi terhadap setiap bentuk kehidupan dan lingkungan bagi pola hidup manusia yang tidak bertanggung jawab atau yang fokus pada manusia semata dan mengindahkan mahkhluk hidup lainnya.

Ketiga, Vegetarian adalah pola hidup yang menghargai nilai nilai kehidupan yang hakiki dan alami untuk keharmonisan alam dan perdamaian dunia. Demikian dikatakan, Jowly Yohanes, Asisten Sekretaris DPP Indonesian Vegetarian Society kepada Koran Jakarta, Selasa (10/11).

Kongres yang berlangsung selama lima hari itu, diikuti oleh 15 negara menghadirkan 45 orang pemimpin komunitas vegetarian se Asia Pasifik dan peraih nobel 2007 Dr Rajendra K Pachauri yang merupakan Chairman United Nations Intergovermental Panel on Climate Change. Sayangnya, Rajendra tidak dapat hadir pada saat saat terakhir dimulainya kongres dan dia hanya memberikan pesan dan sambutan melalui Video Conference.

Di sela sela kongres diputar film dokumenter berjudul Meat the Truth yang digarap oleh Marianne Thieme, yakni Anggota Parlemen vegetarian dunia pertama dari partai pencinta hewan Belanda.

Meat the Truth adalah film dokumenter yang dinilai masyarakat Eropa sebagai dokumentasi yang jauh lebih hebat dibanding film The Incovenient Truth milik Al Gore yang memaparkan bahwa industri peternakan bertanggungjawab atas lebih banyak emisi gas rumah kaca di seluruh dunia daripada akumulasi semua mobil, truk, kereta api, kapal dan pesawat udara di dunia. Keakuratan data dalam film dokumenter ini telah diverifikasi oleh FAO, the World Watch Institute, Institute for Environmental Studies, Free University Amsterdam dan sejumlah nara sumber ilmiah lainnya.

Industri peternakan bertanggungjawab atas 64 persen gas ammonia global, yang secara signifikan menyebabkan hujan asam, yang merusak kesuburan tanah dunia. Gas itu juga menjadi penyebab rusaknya daratan dan musnahnya habitat marjinal di permukaan Bumi. Disamping pemanasan global. Peternakan juga menyebabkan penggundulan hutan tropis untuk lahan merumput ternak, erosi daratan dunia, dan meluasnya pembentukan gurun pasir.

Selain membahas soal Perubahan Iklim Dunia, Kongres Vegetarian juga menjadi forum ilmiah kesehatan. Beberapa profesor gizi terkenal dan para ahli kesehatan dan gizi publik berkumpul membahas dan membuat langkah-langkah nyata global untuk menyadarkan masyarakat Asia Pasifik dan dunia terhadap resiko konsumsi daging.

Sebab, lemak jenuh, kolesterol, hormon pertumbuhan, antibiotik, dan racun lain akibat depresi hewan ternak merupakan penyebab langsung maupun tidak langsung salah satu atau beberapa dari sumber penyakit kanker, serangan jantung, diabetes, obesitas, malnutrisi serta menimbulkan masalah inefisiensi/pemborosan keuangan masyarakat dunia.

Pola konsumsi daging dunia juga menyebabkan inefiensi manajemen lingkungan hidup, sebab diketahui bahwa 0,6 hektar lahan peternakan hanya menghasilkan 20–82 pound protein. Seharusnya di atas lahan yang sama dapat dihasilkan 138-356 pound protein nabati.

Kontribusi Asia

Asia merupakan benua yang sedang mengalami peningkatan konsumsi daging yang sangat signifikan. Hal itu disebabkan oleh pertumbuhan pusat-pusat ekonomi baru dan perkembangan fast food life-styles. Akibatnya, negara-negara Asia sedang menghadapi peningkatan hebat penyakit degeneratif, malnutrisi, kematian akibat penyakit degeneratif, dan inefisiensi keuangan publik, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Contohnya Indonesia yang memiliki catatan kasus anemia pada wanita terbesar di Asia tenggara hampir 50% yang menyebabkan kematian ibu yang paling tinggi di Asia Tenggara. Dinas Kesehatan Kota Batam yang menyebutkan, dari 220 pasien yang memperoleh bantuan Pemerintah Kota Batam, hampir 50 persen di antaranya menderita kanker.

Sebagai benua terluas dengan populasi manusia terbesar, ekonomi yang paling berkembang dan tingkat konsumsi daging yang terus naik, Asia berpotensi menjadi kontributor kerusakan lingkungan hidup terbesar dalam sejarah Planet Bumi. Ini berarti sikap pro-aktif setiap individu dan organisasi peduli kesehatan dan lingkungan hidup di negara-negara Asia dalam hal ini adalah sangat penting dan mendesak.

Menurut Jowly, hasil kongres nantinya akan disampaikan kepada para stake holder negara negara Asia Pasifik, dan untuk Indonesia akan disampaikan ke Menteri Kesehatan serta Menteri Lingkungan Hidup. Sementara itu, kongres Vegetarian Asia Pasifik ke Lima nantinya akan dilangsungkan di Cina. (gus).


Tidak ada komentar: