Kamis, 05 November 2009

IPO Semen Batam Terganjal Kesiapan Pembeli Siaga

BATAM – Perusahaan semen, PT Semen Batam anak usaha dari Grup Bosowa diperkirakan menunda rencana penawaran saham perdana pada Nopember ini menjadi triwulan tiga 2010, karena pembeli siaga belum siap melakukan transaksi akibat kondisi pasar yang masih fluktuatif. Meski demikian, jadwal ekspansi usaha tidak molor karena dana IPO memang diperuntukan untuk pendanaan ekspansi tahun depan.






Salah seorang tim Persiapan rencana IPO PT Semen Batam, Eko Ergindo kepada Koran Jakarta mengatakan, pihaknya memang menargetkan bisa merealisasikan IPO pada Nopember ini, namun kondisi pasar yang masih fluktuatif menyebabkan pembeli siaga atau stand by buyer tidak bersedia melakukan transaksi sehingga rencana tersebut ditunda sampai kuartal tiga 2010.

“Ada beberapa hal yang menyebabkan IPO terpaksa ditunda yaitu ketidaksiapan pembeli siaga dan kondisi pasar yang tidak memungkinkan,” katanya, Rabu (4/11). Oleh karena itu, tim yang langsung dipimpin CEO Bosowa yakni Erwin Aksa sampai saat ini masih mengaji secara teliti rencana tersebut.

Sebelumnya, Head Of Finance PT Semen Batam, Dahlan Alif Nurdin mengatakan, perseroan diperkirakan bakal merealisasikan rencana IPO pada pertengahan atau akhir Nopember tahun ini. Untuk itu, tim dari Bosowa Grup Jakarta telah melakukan audit laporan keuangan perusahaan yang akan diajukan dalam penawaran saham perdana nanti.

“Tim dari Jakarta sudah melakukan audit laporan keuangan pada bulan lalu, sehingga rencana IPO diperkirakan bisa terealisasi pada pertengahan atau akhir Nopember ini,” katanya kepada Koran Jakarta, Senin (2/11).

Menurut Eko Ergindo, pihaknya tidak dapat memaksa pembeli siaga untuk melakukan transaksi karena pasar saat ini memang belum kondusif. Pembeli siaganya sendiri berasal dari perusahaan dalam negeri dan luar negeri, sayangnya dia tidak menyebut nama perusahaanya.

Pembeli siaga tersebut, katanya merupakan perusahaan yang memang melakukan investasi untuk jangka panjang, karena dana yang akan ditanamkan baru menghasilkan dalam jangka panjang.

Meskipun rencana IPO ditunda sampai tahun depan, kata dia, namun jadwal rencana ekspansi usaha tidak terganggu, karena dana hasil IPO memang akan digunakan untuk membiayai proyek yang akan dikerjakan tahun depan. Proyek yang akan dikerjakan tersebut antara lain perluasan kapasitas produksi pabrik, pembangunan pembangkit listrik dan untuk tambahan modal kerja 2010.

Terkait dengan kinerja tahun ini, Dahlan Alif Nurdin mengatakan, Selama semester satu 2009, kata dia perseroan membukukan penjualan sekitar 200-300 miliar rupiah, lebih tinggi dibanding periode sama 2008. Peningkatan penjualan itu disebabkan naiknya volume produksi.

Sampai akhir tahun ini, Perseroan menargetkan produksi semen sekitar 600 ribu ton, lebih tinggi dibanding produksi 2008 yang 200 ribu ton. Dengan demikian, pendapatan tahun ini bisa mencapai 600 miliar rupiah, naik 200 persen dibanding 2008 yang 200 miliar rupiah.

Untuk itu, beberapa strategi telah dilakukan seperti meningkatkan pemasaran khususnya di kawasan Sumatera. Untuk pasar Batam sendiri, perseroan menargetkan bisa menjadi pemain utama atau market leader. Konsumsi semen di Batam pada 2008 mencapai 600 ribu ton tahun lalu dan tahun ini diperkirakan naik sekitar 10-30 persen, dari jumlah itu diharapkan 50 persennya bisa dipenuhi oleh perseroan.

PT CIMB-GK Securities Indonesia dalam riset yang dipublikasikan September 2009 menyebutkan, industri semen cukup prospektif karena permintaan domestik pada semester dua ini akan naik menyusul rendahnya penyerapan di semester satu 2009. Oleh karena itu, harga semen akan menguat.

CIMB-GK Securities Indonesia menjelaskan, permintaan semen domestik selama triwulan I-2009 turun 5,8 persen, sehingga pada semester I-2009 diperkirakan memburuk. Konsumsi yang mencapai rekor tahun lalu juga membuat efek yang tinggi. Apalagi curah hujan cukup lebat dan kondisi perekonomian mengalami perlambatan. Namun, untuk semester II-2009 permintaan semen bakal lebih baik.

Kapasitas produksi semen domestik telah melebihi 90 persen pada 2008, atau lebih tinggi dibanding 80 persen pada 2005-2006 di saat terjadi perang harga. Namun, produksi diperkirakan turun 15 persen tahun ini untuk mencapai level utilisasi tersebut dan memulai kembali perang harga.

Riset itu juga menyebutkan, ketiga produsen semen terbesar di Indonesia saat ini yaitu Semen Gresik, Indocement dan Holcim lebih memperhatikan margin masing-masing daripada memperhatikan pangsa pasar. (gus)

Tidak ada komentar: