Minggu, 15 November 2009

Pemerintah Siapkan Stimulus untuk Dongkrak Bursa

Langkah Pemerintah mempersiapkan percepatan penyerapan defisit APBN Perubahan sebagai program stimulus 100 hari pemerintahan SBY diharapkan akan mendongkrak kinerja Bursa Efek Indonesia dalam minggu-minggu ke depan ini. Langkah ini meliputi percepatan penyaluran dana defisit APBN Perubahan sebesar,8 triliun rupiah di mana per Oktober 2009 hanya mampu terserap 42,7 triliun rupiah atau 33 persen saja. Untuk itu Pemerintah SBY telah menyiapkan 131 rencana aksi dari 45 program pada 100 hari pertama Pemerintahan SBY.







Sementara itu diberitakan pula bahwa Bank Indonesia sedang merencanakan untuk melakukan studi tentang rentang bunga perbankan Indonesia yang dirasa terlalu tinggi yaitu 4 – 5 persen berbeda dengan rentang bunga bank-bank di kawasan Asia Timur yang hanya 2 – 3 persen. Bahkan bank besar seperti Bank BRI (BBRI), Bank BCA (BBCA) serta Bank Danamon, telah mencetak rentang bunga antara 9,5-11 persen.

Hal ini diperlukan sebagai bagian dari upaya bank sentral untuk menerapkan rejim bunga rendah guna mendorong sektor riil kita untuk tumbuh. Sektor riil Indonesia, terutama yang berorientasi ekspor, telah mengalami kemerosotan daya saing akibat salah satunya dari tingginya suku bunga pinjaman.

Pernyataan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Darmin Nasution, ini telah membuat pasar nervous. Saham-saham perbankan Jumat kemarin mengalami kemerosotan atas pernyataan ini. Namun kami meyakini bahwa Bank Indonesia tidak akan mengambil langkah yang gegabah seperti secara cepat menekan bank-bank untuk menekan suku bunga pinjaman atau suku bunga deposito. Secara bertahap, suku bunga deposito memang mengalami penurunan berkaitan dengan semakin rendahnya penetapan penjaminan deposito oleh Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS). Sebaliknya kompetisi yang sehat juga akan mendorong suku bunga pinjaman.

Ekonomi Dunia masih tidak Menentu

Sementara itu data ekonomi AS yang secara mingguan dikeluarkan masih sangat beragam. Bila pada awal November, pertumbuhan GDP AS meyakinkan di 3,4 persen maka data yang keluar satu minggu yang lau menunjukkan bahwa ekonomi AS masih dihantui oleh tingginya pengangguran, menembus 10,2 persen di Oktober 09. Tidak hanya sampai di sana, pejabat the Fed Kamis menyatakan bahwa ekonomi AS tidak akan mampu menyerap lapangan kerja yang besar sehingga diharapkan akan memberi kontribusi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Semula pemodal meyakini pemulihan akan mendorong saham-saham di bursa-bura Global, namun dengan kenyataan demikian mereka mengurungkan niatnya untuk berinvestasi saham dan mengambil sikap wait and see.

Sementara itu di pasar komoditi, harga minyak jenis US light sweet bergerak lagi ke teritori positi di 77 dollar per barel. Harga emas pagi ini juga dikabarkan naik lagi menembus 1.100 dollar per once troy.(rilis)

Tidak ada komentar: