Minggu, 25 April 2010

Tak Salah Belajar dari Singapura

….Singapura atau yang dulu dikenal dengan nama Tumasik adalah negara kota yang sangat terbatas lahannya atau hampir sama dengan luas Pulau Batam. Sistem transportasi public di kota ini bisa di katakan cukup canggih karena hampir semuanya serba on line dan digital, alhasil pengguna jasa transportasipun merasa nyaman bila menggunakan jasa transportasi umum disana, beda dengan Jakarta yang untuk naik kereta api dari Jakarta Kota ke Bogor saja khususnya kelas ekonomi sudah bisa dibayangkan kalau pergi baju rapi maka sampai ditujuan baju sudah berantakan, belum lagi dompet bisa saja raup.



Mungkin karena jumlah penduduk Singapura sedikit yakni sekitar 3 juta jiwa dan kebanyakan pendatang (kaum urban), maka warga Singapura lebih mudah diatur ketimbang masyarakat Indonesia yang heterogen dan jumlahnyapun yang keempat terbesar di dunia hampir 300 juta jiwa.

Namun, bukan berarti sistem transportasi dan layanan publik harus di sepelekan, karena masyarakat bayar pajak untuk pembangunan sehingga sangat wajar bila layanan dan fasilitas umumpun harus tersedia dengan nyaman.

Jika mau berkaca dari sistem transportasi di Singapura, mungkin sebagai warga negara Indonesia kita malu karena negara kecil yang jaraknya hanya 40 menit dari Batam dan penduduknya pun juga banyak orang Indonesia ternyata memiliki public transport yang cukup canggih.

Misalnya dari sistem angkutan kereta api, di negara ini jika mau naik kereta api bawah tanah atau yang dikenal dengan MRT (Mass Rapid Transit) atau transportasi cepat masal, layanannya cukup canggih. Pertama, pengguna jasa ini cukup membeli kartu chip (mirip dengan kartu kalau mau beli tiket busway) yang isinya bisa disesuaikan dengan keinginan, artinya bisa di isi 50 ribu rupiah atau 100 ribu rupiah atau lainnya.

Dengan kartu chip tersebut, pengguna jasa MRT di Singapura bisa dengan leluasa bepergian kemanapun di Singapura asal isi kartunya cukup untuk melakukan perjalanan tersebut.

Untuk masuk ke dalam terminal kereta api tersebut, pengguna jasa harus melewati lorong magnetic yang harus salah satu bagiannya harus disentuh dengan kartu itu agar pintunya terbuka dan tidak ada penjaga sepertihalnya kalau kita mau naik Busway di Jakarta, karena semuanya serba elektronik.

Sampai di terminal kereta api itu, pengguna jasa bisa menunggu kereta di tempat yang sangat nyaman dan bersih, beda dengan kondisi terminal kereta api di Jakarta yang sangat kotor dan penuh dengan hiruk pikuk pedagang kaki lima . Oh ya tempat penungguan kereta api di Singapura juga merupakan ruangan yang ber AC.

Ketika kereta api datang, pengguna jasa bisa masuk dan bisa duduk di tempat yang sangat nyaman, di kereta api juga ada TV nya sehingga bisa nonton siaran TV Singapura. Di setiap pintu kereta api diatasnya terdapat peta tujuan kereta sehingga pengguna jasa ini bisa bersiap siap ketika akan tiba di halte atau terminal yang dituju, namun untuk mengingatkan pengguna jasa ini juga pihak kereta menyediakan pengeras suara yang akan berbunyi menyebutkan tempat perhentian, misalnya jika ingin berhenti di Chines Town maka pengeras suara akan berbunyi yang bahasa Indonesianya “ Tempat perhentian selanjutnya Chiness Town”.

Jika sudah sampai di tujuan, dan ingin melanjutkan dengan bus bila ingin berkeliling Singpura, maka pengunjung juga bisa menggunakan kartu Chip itu untuk naik bus tanpa harus membeli tiket lagi atau membayar ongkos ke kernet sepertihalnya bus yang ada di Jakarta.

Naik Bus di Singapura juga cukup tertib, Bus disana sepertihalnya Bus di Jakarta terdapat dua pintu, pintu bagian belakang untuk penumpang naik sedangkan pintu bagian depan untuk penumpang turun sehingga penumpang bisa naik dan turun dengan tertib, beda dengan Jakarta dimana penumpang bisa bebas naik turun di pintu manapun sehingga sering terjadi desak desakan, bahkan tak jarang terjadi kecelakaan.

Mestinya, sistem transportasi publik di Indonesia bisa diciptakan seperti yang ada di Singapura karena secara teknologi dan SDM cukup tersedia. Namun sayangnya, untuk membangun Monorail di Jakartapun sampai hari ini masih tidak jelas. (agus salim).


Tidak ada komentar: