Minggu, 25 April 2010

Impor Gula Putih Tak Ampuh Stabilkan Harga

BATAM – Langkah pemerintah Kota Batam yang mengimpor gula putih 3000 ton pada bulan ini untuk menstabilkan harga gula ternyata tidak mampu membendung lonjakan harga di pasaran. Harga gula putih di Batam justru melambung hingga 41 persen menjadi 15.500 rupiah per kilogram dari sebelumnya 11.000-11.500 rupiah per kilogram.



Harga gula putih di pasar tradisional Batam sejak beberapa pekan terakhir mengalami peningkatan sekitar 41 persen. Di pasar Sei Jodoh, pasar Bengkong, dan pasar Sei Harapan harga gula di tingkat pedagang pengecer dijual rata rata 15.500 per kg. Harga tersebut lebih tinggi dari sebelumnya yang hanya 11.500 per kg.

Seorang pedagang di Pasar Sei Jodoh, Ahun mengatakan peningkatan harga gula putih tersebut sudah mulai terasa sejak satu bulan lalu, itu disebabkan naiknya harga di tingkat distributor sehingga pihaknya juga harus menaikan harga ditingkat konsumen.

Peningkatan harga gula putih juga kata dia disebabkan pasokan dari distributor sangat terbatas.

“Sejak beberapa pecan ini kami dibatasi oleh distributor untuk membeli gula, alasannya tidak dijelaskan,” katanya, Rabu (21/4).

Oleh karena itu, pihaknya terpaksa menaikan harga sebab permintaan dari pembeli cukup tinggi sedangkan persediaannya terbatas.

Menurut Ahun, pihaknya sudah minta kepada distributor untuk meningkatkan pasokan namun tidak disetujui dengan alasan pasokan gula dari luar negeri minim.

Kondisi yang sama juga terjadi di pasar Sei Harapan, kecamatan Sekupang, Batam. Harga gula di tingkat pedagang pengecer dijual bervariasi antara 13.000 rupiah sampai 15.500 rupiah per Kg.

Menurut salah seorang pedagang, Rahmat, pihaknya terpaksa menaikan harga gula karena hampir seluruh pedagang juga menaikan harga, selain itu keterbatasan pasokan juga menjadi alasan peningkatan harga gula tersebut.

Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Kota Batam Ahmad Hijazy mengatakan dia belum mengetahui soal peningkatan harga gula putih tersebut, namun pihaknya segera mengecek kelapangan.

“Kami tidak tahu mengapa gula naik. Nanti akan kami lakukan lagi inspeksi mendadak, padahal sebelumnya harga gula putih relative stabil di kisaran 10.500 sampai 11.000 rupiah per Kg,” kata dia.

Menurut Hijazi, harga gula putih seharusnya turun bukan naik, karena pemerintah melalui perusahaan swasta telah melakukan impor gula putih hingga 3000 ton. Namun demikian pihaknya segera melakukan koordinasi dengan petugas Kadisperindag Kota Batam yang ada di lapangan untuk melakukan pemantauan secara intensif.

Ketua bidang sarana dan prasarana Badan Pengusahaan Kawasan FTZ Batam I Wayan Wibawa, yang bertanggung jawab terhadap masalah kenaikan harga gula di Batam, ketika dikonfirmasi mengatakan tidak mengetahui persoalan di lapangan mengapa harga gula melonjak naik.

Meski demikian, Wayan sependapat dengan Hijazi bahwa harga gula putih mustirnya turun karena pemerintah telah mengimpor sekitar 3.000 ton gula putih yang tujuannya untuk menstabilkan harga gula tersebut.

Ketua Bidang Investasi dan Promosi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kepri Sampe Siburian mendesak pemerintah untuk segera menstabilkan harga gula yang sedang melonjak saat ini. Menurut dia, pemerintah tidak konsisten dengan janjinya yang akan mengendalikan harga gula paska impor namun nyatanya ketika impor sudah dilakukan harga gula tidak turun tapi malah naik.

Sementara itu, aktivitas bongkar muat gula putih oleh PT Batam Harta Mandiri (BHM) yang merupakan importir gula putih terbesar di Batam terus terjadi. Perusahaan itu diduga melakukan praktik monopoli perdagangan gula di Batam sehingga menyebabkan harga gula terus melambung. Manager PT Batam Harta Mandiri, Suryani ketika dikonfirmasi tidak berada di tempat. (gus).

Tidak ada komentar: