Senin, 05 April 2010

Batam Kembangkan Industri Hortikultura

BATAM – Pemerintah Kota dan Otorita Batam sedang mengembangkan industri hortikultura tanaman hias di lahan seluas 10 hektare pada kawasan Sei Temiang untuk memenuhi permintaan pasar domestik dan ekspor, khususnya dari Singapura, Jepang dan Korea.




Kepala Dinas Kelautan, Pertanian, Peternakan dan Kehutanan (KP2K) Pemko Batam Suhartini mengatakan, pemerintah daerah bekerjasama dengan petani lokal sedang mengembangkan pusat pengembangan agribisnis hortikultura khususnya tanaman hias di Sei Temiang pada lahan seluas 10 hektare.

Pengembangan industri tanaman hias dilakukan karena tingginya permintaan dari pasar lokal dan permintaan ekspor dari beberapa negara seperti Singapura, Jepang dan Korea .
Dari Singapura, kata Suhartini banyak pembeli dari perhotelan, masyarakat dan pengelola gedung gedung bertingkat di Singapura yang meminta produk tanaman hias.

“Permintaan tanaman hias cukup tinggi, namun sampai saat ini masih belum bisa dipenuhi oleh pengusaha di Batam, karena terbatasnya pasokan, sebab permintaan dari sekitar Batam juga tinggi,” katanya, Rabu (31/3).

Selain tanaman hias, Singapura juga membutuhkan sayuran serta produk perikanan dari Batam, namun sampai saat ini masih belum bisa dipenuhi.

Menurut Suhartini, Batam tidak bisa memenuhi permintaan produk agribisnis dari negara lain karena untuk kebutuhan lokal sendiri masih di penuhi dari daerah lain di luar Batam. Sementara itu, untuk pengembangan industri agribisnis tidak bisa dilakukan mengingat terbatasnya lahan yang ada dan Batam memang tidak di fokuskan untuk pengembangan industri agribisnis.

Oleh karena itu, Pemerintah Kota Batam berencana akan menjadikan daerah ini sebagai pintu keluar bagi produk agribisnis nasional untuk dipasarkan ke luar negeri. Dengan cara demikian, Batam tidak perlu menjadi produsen produk agribisnis tapi cukup hanya menjadi penjual bagi produk agribinis daerah lain di Indonesia.

Walikota Batam Ahmad Dahlan mengatakan, Pemerintah Kota Batam memiliki obsesi untuk menjadikan Batam sebagai jendela Indonesia di bagian barat mengingat posisinya yang sangat strategis dekat dengan singapura dan Malaysia serta berada di selat malaka sebagai jalur pelayaran internasional tersibuk di dunia.

Oleh sebab itu, pengembangan industri hortikultura di Batam sangat tepat karena bisa mendatangkan pendapatan. Meski demikian, Batam tidak akan menjadi produsen produk pertanian karena lahanya yang terbatas sedangkan industri pertanian membutuhkan lahan yang luas.

Batam, kata dia akan menjadi terminal bagi produk produk pertanian Indonesia yang akan dipasarkan ke luar negeri.

Pameran Flora

Untuk menjadikan Batam sebagai pintu keluar pemasaran produk agribisnis nasional, kata Suhartini pihaknya bekerjasama dengan Departemen Pertanian akan menyelenggarakan “Pekan Florid an Flora Nasional” yang ke enam pada 15-22 Juli 2010.

Sasaran dari pelaksanaan kegiatan itu adalah sebagai ajang promosi, potensi daerah dan hasil pembangunan hortikultura nasional, terjalinnya kontak bisnis dan kerjasama antar pelaku usaha, terjaringnya investor hortikultura dan pembeli potensial serta terbangunnya jejaring usaha dan komunikasi bisnis antar pelaku usaha.

Kegiatan tersebut akan diikuti sekitar 300 peserta yang berasal dari pemerintah daerah, swasta, pembeli potensial, pedagang, investor hortikultura, atase perdagangan kedutaan asing dan perwakilan negara sahabat dan pengusaha nasional. (gus).

Tidak ada komentar: