Selasa, 13 April 2010

Asia Pasifik Incar Aset Texmaco

JAKARTA - Perusahaan serat sintetis, PT Asia Pasifik Fibers Tbk sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi aset produktif milik Texmaco yakni satu unit pabrik benang di Semarang dan Pembangkit Listrik di Kerawang guna meningkatkan kapasitas produksi. Perusahaan itu menargetkan penjualan 3,5 triliun rupiah pada tahun ini, relatif sama dengan realiasi 2009.




Sekretaris Perusahaan Asia Pasifik Fibers H. Tunaryo mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan untuk membeli asset PT Texmaco berupa satu unit pabrik benang di semarang dan Pembangkit Listrik di Kerawang, nilainya belum bisa disebutkan karena belum dilakukan perhitungan.

"Kalau Texmaco mau menjual asetnya kami akan membelinya, khususnya pabrik yang di Semarang dan Pembangkit listrik di Kerawang untuk memperbesar kapasitas perusahaan," katanya kepada Koran Jakarta, Rabu (7/4).

Untuk mengakuisisi aset Texmaco itu perseroan akan mencari pendanaanya lewat Bank, oleh karena itu perseroan berharap proses restrukturisasi utang dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) segera rampung.

Menurut Tunaryo, PPA mestinya dapat memisahkan proses penyelesaian utang yang dimiliki Asia Pasifik dengan Texmaco yang dulunya merupakan Holding dari Asia Pasifik karena saat ini telah terjadi pemisahan manajemen antara Texmaco dan Asia Pasifik.

Asia Pasifik sendiri hanya memiliki total utang yang sedang direstrukturisasi dengan PPA sekitar 230 juta dollar AS dari seluruh total utang Texmaco (Holding) yang mencapai 1 miliar dollar AS, sehingga lebih mudah mudah bagi PPA untuk melakukan proses restrukturisasi dengan jumlah hutang tersebut, mengingat nilainya yang relatif kecil.

Penyelesaian utang tersebut, menurut Tunaryo sangat diperlukan karena pihaknya ingin melakukan ekspansi usaha dengan peningkatan kapasitas produksi seiring dengan maksimalnya kapasitas yang ada saat ini. Itu perlu dilakukan karena permintaan serat sintetis untuk produk tekstil diperkirakan meningkat pada tahun ini.

Perseroan sendiri menargetkan penjualan tahun ini sekitar 3,5 triliun rupiah, relative sama dengan realisasi 2009, namun bila kapasitas produksi bisa bertambah maka nilai penjualan diperkirakan lebih tinggi dari target tersebut.


Dividen 2009

Menurut Tunaryo, pihaknya membukukan penjualan 2009 sebesar 3,5 triliun rupiah sehingga target tercapai sedangkan laba bersih 1,2 triliun rupiah. Sebagian besar laba bersih itu diperoleh dari keuntungan selisih kurs, kemudian EBITDA mencapai 29 juta dollar AS.

Meskipun terdapat laba yang cukup besar, kata Tunaryo pihaknya masih mempertimbangkan untuk membagi atau tidak dividen kepada pemegang saham. Keputusan untuk membagi dividen atau tidak, kata dia akan diputuskan dalam RUPS pada Mei nanti.

Dijelaskan, pihaknya saat ini masih membutuhkan dana besar untuk pengembangan usaha, sehingga laba yang diperoleh pada 2009 diperkirakan akan banyak digunakan untuk memperkuat struktur modal perusahaan.

Perseroan juga akan menggunakan laba 2009 untuk working capital guna ekspansi usaha, seperti merestrukturisasi mesin yang ada.

Direktur Industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Arryanto Sagala mengatakan, salah satu titik lemah industri tekstil nasional adalah kondisi mesin yang tua sehingga tidak produktif, oleh karena itu pemerintah akan meneruskan program restrukturisasi mesin industri tekstil dalam negeri, dan tahun ini dianggarkan sejumlah 144,35 miliar rupiah.

Anggaran itu lebih rendah dibanding tahun tahun sebelumnya, pada 2007 dana yang dialokasikan 255 miliar rupiah, lalu naik menjadi 330 miliar rupiah di 2008 dan tahun 2009 menjadi 240 miliar rupiah.(gus).

Tidak ada komentar: