Minggu, 25 April 2010

Membangun Jalan di Atas Air

Membangun sistem transportasi yang tepat di daerah kepulauan bukanlah perkara gampang karena tingginya investasi untuk membangun pelabuhan dan membeli kapal. Oleh sebab itu berbagai cara dilakukan untuk menemukan strategi yang tepat dengan ongkos yang rendah dan salah satunya adalah membangun jembatan antar pulau, seperti yang sudah dilakukan di Batam.



Sebagai daerah industri, Otoritas Batam yang menguasai pengelolaan beberapa pulau di sekitar Batam butuh kawasan pengembangan baru untuk ditawarkan pada investor, untuk itu berbagai sarana sudah harus dibangun sebagai pemancing kepada investor dan itu pula yang menggerakan BJ Habibie yang kala itu menjabat sebagai Ketua Otorita Batam membangun enam jembatan antar pulau yang dikenal dengan jembatan Barelang.

Keberadaan jembatan Barelang, praktis membuat perjalanan atau transportasi menjadi lebih efisien karena masyarakat maupun investor tidak perlu menggunakan perahu atau kapal untuk bepergian dari satu pulau ke pulau lainnya di sekitar Batam.

Jembatan Barelang (Batam-Rempang-Galang) berjarak sekitar 20 km dari pusat kota yang panjang totalnya sekitar 2 kilo meter menghubungkan beberapa pulau dan terdiri dari enam jembatan.

Seluruh jembatan yang dibangun dengan nilai investasi sekitar 400 miliar kala itu, selesai dibangun seluruhnya pada tahun 1992, dan memiliki nama yang diambil dari nama raja-raja yang dulunya berkuasa di Melayu-Riau (abad 15-18).

Keenam jembatan tersebut adalah, Jembatan Tengku Fisabilillah yang menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Tonton dan memiliki panjang, lebar dan tinggi 642 x 350 x 38 meter. Jembatan ini sering disebut sebagai Golden Gatenya San Fransisco di Batam lantaran cable stay nya menjuntai megah seperti jembatan di San Fransisco Amerika Serikat.

Jembatan kedua adalah Jembatan Narasinga yang menghubungkan Pulau Tonton dengan Pulau Nipah berbentuk lurus tanpa lengkungan dan memiliki panjang lebar tinggi 420 x 160 x 15 meter. Ketiga, Jembatan Ali Haji yang menghubungkan Pulau Nipah dengan Pulau Setokok dan memiliki panjang lebar tinggi 270 x 45 x 15 meter.

Keempat, Jembatan Sultan Zainal Abidin yang menghubungkan Pulau Setokok dengan Pualu Rempang dan memiliki panjang lebar tinggi 365 x 145 x 16.5 meter, lalu ke lima Jembatan Tuanku Tambusai yang menghubungkan Pulau Rempang dengan Pulau Galang dan memiliki panjang lebar tinggi 385 x 245 x 31 meter dan terakhir Jembatan Raja Kecil yang menghubungkan Pulau Galang dengan Pulau Galang Baru dan memiliki panjang lebar tinggi 180 x 45 x 9.5 meter.

Pemerintah Provinsi Kepri juga berencana membangun jembatan antar pulau lainnya yang lebih panjang yakni Jembatan Batam- Bintan yang jaraknya lebih jauh dibanding Jembatan Barelang yakni 6,97 Kilo Meter. Jembatan ini nantinya akan menghubungkan beberapa pulau yakni Pulau Batam, Pulau Tanjung Sauh, Pulau Buau, dan Pulau Bintan.

Informasi dari Bappenas menyebutkan pembangunanjembatan Batam-Bintan memiliki arti strategis dalam pemerataan pembangunan ekonomi di Provinsi Kepri sekaligus sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

Pasalnya, selama periode 2004-2008 perekonomian Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tumbuh pesat, Setiap tahun perekonomian tumbuh di atas 6 persen, yang berarti selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor industri dan perdagangan menyumbang Product Domestic Regional Bruto (PDRB) terbesar yakni 45,44 persen dan 20,58 persen.

Namun pertumbuhan industri yang pesat tersebut masih terpusat di Pulau Batam yang memiliki kawasan industri strategis dan peragangan bebas. Mencermati kondisi ini, perencanaan pengembangan industri di Pulau Batam diarahkan ke Pulau Bintan. Berikutnya, untuk meningkatkan daya saing Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Bintan, dan Karimun (BBK), Pemerintah Provinsi Kepri akan membangun jembatan Batam-Bintan.

Gubernur Kepri, Ismeth Abdullah pernah menyatakan sudah ada empat investor asing yang tertarik membangun jembatan tol yang menyatukan Kota Batam dengan Kabupaten Bintan.

"Dua investor berasal dari Malaysia , dan dua lagi berasal dari China dan Singapura," katanya. Adapun nilai investasi untuk membangun jembatan tersebut ditaksir sekitar 4 triliun rupiah.

Pembangunan jembatan Batam-Bintan nantinya diharapkan bisa mempercepat mobilisasi penduduk di Kepri dan mempercepat proses pemeraan pembangunan. Pasalnya, saat ini banyak penduduk dari Pulau Bintan yang bekerja di Batam begitupun sebaliknya, setiap hari mereka harus mengeluarkan biaya cukup tinggi untuk biaya perjalanan karena ongkos naik kapal lebih tinggi bila dibanding dengan ongkos naik bus. (gus).


Tidak ada komentar: