Jumat, 23 Juli 2010

Virus HIV Menghantui Warga Batam






Penderita Aids/HIV di Kota Batam terus meningkat, pada kuartal pertama tahun ini saja tercatat 109 orang naik hingga lebih 100 persen dibanding 2009 yang hanya 50 orang dan total penderita HIV/Aids hingga saat ini ditaksir 1.448 orang atau 0,14 persen dari total warga Batam yang mencapai 1.024.044 orang. Jumlah itu akan terus meningkat seiring meningkatnya kelompok masyarakat yang rentan menerima virus HIV, seperti Pekerja Seks Komersial, penyuka sesama jenis dan pencandu narkoba.

Hiruk pikuk kota Batam sebagai daerah industri yang memperkerjakan ribuan tenaga kerja tidak hanya dari Indonesia tapi juga dari mancanegara telah membentuk gaya hidup tersendiri bagi warganya, terlebih kedekatannya dengan Singapura membawa kehidupan warga kota menjadi kian dinamis.

Dinamisasi kehidupan warga Kota Batam tak seluruhnya mengarah pada hal yang positif, justru yang negatif kian tumbuh seperti seks bebas, narkoba dan pencinta sesama jenis.

Seks atau prostitusi menjadi bisnis yang sangat menguntungkan di Batam dan bagi pekerjanya tidak perlu takut di tangkap aparat saat menjajakan cintanya, karena ada dukungan dari pemerintah daerah meski tidak dilakukan secara terbuka.

Salah satu lokasi prostitusi yang cukup terkenal di batam adalah Teluk Pandan atau Sintai. Tempat itu seyogyanya menjadi panti rehabilitasi bagi pekerja seks komersial, tapi faktanya justru menjadi show room bagi pekerja seks komersial yang dilakukan secara bebas dan terbuka. Ada sekitar 40 Bar yang memperkerjakan lebih dari 1.200 wanita yang merangkap sebagai penjaja cinta di lokasi tersebut.

Sehingga wajar jika tiap malam lokalisasi itu selalu ramai dengan laki laki yang ingin mencari kehangatan dan kenikmatan sesaat.

Tidak hanya di Sintai, di pojok kota Batam lainnya prostitusi juga marak, sebut saja di seputaran Nagoya dan Jodoh. Di daerah itu, banyak terdapat bar dan diskotik yang juga menawarkan banyak pekerja seks komersial.

Sehingga Batam menjadi surga bagi orang orang yang ingin meraih uang banyak dalam waktu singkat, dan kota itu juga sekaligus menjadi tempat bagi orang orang yang ingin membuang duit banyak dalam waktu singkat.

Maraknya bisnis prostitusi di Batam menyebabkan kota itu menjadi sangat rentan terhadap penyebaran virus HIV, sehingga wajar bila angka penderita HIV setiap tahun mengalami peningkatan.

Selama Januari sampai Maret 2010 ini saja terdapat sekitar 109 orang terinveksi virus HIV, angka itu naik lebih 100 persen dibanding 2009 yang hanya 50 orang. Tingginya penderita HIV itu penyebab utamanya adalah seks bebas yang dipicu oleh maraknya bisnis prostitusi.

Koordinator Konsulat Klinik konseling dan testing HIV/AIDS Rumah Sakit Budi Kemuliaan (RSBK) Francisca Tanzil mengatakan seks bebas menjadi penyebab utama penyebaran virus HIV di Batam yakni mencapai 70 persen sedangkan pengguna narkoba atau jarum suntik 11 persen dan gay atau berhubungan sesama jenis sekitar 10 persen.

“71 persen kasus HIV-AIDS di Batam terjadi melalui hubungan seks, 11 persen akibat penggunaan jarum suntik bekas (Narkoba) dan 10 persen akibat homoseks (gay, waria) dan 7 persen menular dari ibu ke anak,” kataya.

Untuk mencegah penularan virus HIV dibutuhkan peran yang cukup kuat dari Pemerintah Daerah, karena sebagai daerah perbatasan dengan negara lain, mobilitas penduduk Batam sangat tinggi. Oleh karenanya, potensi penyebaran virus HIV dari warga negara lain yang masuk ke Batam melalui hubungan seks juga cukup tinggi.

Pemerintah Kota Batam, kata Francisca harus terus menerus melakukan sosialisasi tentang HIV/Aids dan pentingnya melakukan hubungan seks secara sehat. Sosialisasi tidak hanya dilakukan bagi kelompok masyarakat berisiko atau rentan terhadap virus HIV tetapi juga perlu dilakukan bagi masyarakat awam seperti kelompok usia muda dan ibu ibu untuk mencegah penularannya. Oleh sebab itu dibutuhkan anggaran yang cukup besar dari Pemerintah.

Pemko Batam sendiri menyediakan anggaran untuk program kesehatan 13,2 miliar rupiah pada 2009 dan tahun 2010 ini diprediksi lebih tinggi dari angka tersebut, sayangnya untuk sosialisasi Aids dana yang disediakan relatif sedikit.

Padahal dalam program kesehatannya, Pemerintah Kota Batam menempatkan Aids/HIV sebagai penyakit yang perlu mendapat penanganan serius, sebab perkembangan penyakit tersebut sejak 1992 hingga saat ini meningkat tajam. Hal itu menjadikan Kota Batam dari status tingkat low prevalence epidemic menjadi concentrated level of epidemic bahkan Generalise level of epidemic, yang artinya meningkatkan pemantauan tidak hanya pada orang-orang yang berisiko, akan tetapi lebih luas pada masyarakat umum.

Di Kota Batam pertama kali kasus HIV ditemukan pada tahun 1992, peningkatan terjadi setiap tahunnya, pada tahun 2008 ditemukan 231 kasus HIV dengan kumulatif sejak tahun 1992-2008 sebanyak 1.066 kasus dan hingga tahun 2009 telah tercatat 1339 kasus dengan incident rate tahun 2009 meningkat dibanding tahun 2008 tercatat 273 kasus.

Kasus HIV/AIDS sangat identik dengan fenomena gunung es, kasus yang muncul hanya sebagian kecil, jika dibanding dengan bagian es yang terletak dibawah permukaan. Untuk menemukan kasus diperlukan strategi mengingat masih adanya diskriminasi sosial di masyarakat Kota Batam.

Walikota Batam Ahmad Dahlan mengatakan untuk menanggulangi penyebaran virus HIV/Aids dilakukan dengan membuka akses langsung kepada kelompok masyarakat yang berisiko tinggi melalui klinik kesehatan yang dibangun Pemko.

Narkoba dan Gay

Selain seks bebas, penularan virus HIV di Batam juga banyak dilakukan melalui jarum suntik dari pencandu Narkoba. Itu tidak terlepas dari tingginya angka kriminalitas Narkoba di Batam.

Direktur Direktorat Reserse Narkoba Polda Kepri, Kompol Nunung Syaifudin mengatakan, pada 2009, polisi telah berhasil mengungkapkan 365 kasus narkoba di Kepri dan terbanyak di Kota Batam. Bahkan dari penelusuran Direktorat Reserse Narkoba Polda Kepri, Batam sudah menjadi sasaran utama jaringan narkoba internasional.

Itu bisa dilihat dari sebagian besar barang bukti narkoba yang diamankan pada pengungkapan kasus tersebut sepanjang 2009, yang berasal dari luar negeri. Khususnya Malaysia dan Singapura yang terdiri dari ganja, ekstasi dengan berbagai jenisnya, shabu, eriminin, putaw, bahkan jenis termahal yaitu heroin yang konon hanya bisa diperoleh di luar negeri.

Tingginya angka kriminalitas Narkoba menunjukan banyaknya pencandu narkoba di Batam sehingga potensi pertumbuhan penderita Virus HIV/Aids dari Narkoba cukup tinggi, Kepolisian Batam bahkan beberapa pekan lalu berhasil menangkap dua penderita Virus HIV yang sedang berpesta Narkoba menggunakan jarum suntik.

Oleh karena itu, kata Fransisca dibutuhkan peran serta masyarakat untuk memberi pengetahuan pada masyarakat tentang Aids/HIV karena jika tanggung jawab tersebut hanya dibebankan pada pemerintah tidak akan cukup mencegah penularn virus mematikan tersebut. (gus).

Tidak ada komentar: