Jumat, 23 Juli 2010

Aids dan Fenomena Gunung Es

Aids/HIV diibaratkan sebagai fenomena gunung es, karena kenyataan yang ditemui di lapangan hanya menunjukkan sebagian kecil, namun realitas yang lebih utuh jumlahnya bisa lebih banyak.



Riki (34) sudah tiga tahun mengetahui dirinya terinfeksi virus HIV, awalnya dia sangat shock hingga tidak mau menemui orang lain selain keluarganya. Masyarakat di sekitar lingkungannya juga enggan menemui Riki karena takut tertular virus mematikan tersebut.

Kondisi yang terjadi pada Riki juga banyak dialami penderita HIV lainnya di Indonesia , mereka menjadi pendiam, menyendiri dan sulit menerima kedatangan orang lain. Masyarakatpun juga seolah membuat jarak dan enggan berdekatan dengan penderita HIV/Aids karena takut tertular. Padahal, penderita HIV butuh dorongan dan dukungan untuk meneruskan sisa hidupnya.

Kondisi itulah yang membuat Aids seperti fenomena gunung es, karena data di lapangan tidak sama dengan kenyataannya. Banyaknya masyarakat yang berisiko tinggi tertular HIV yang tidak pernah memeriksakan dirinya, menjadi fenomena yang memungkinkan penderita HIV/Aids lebih besar dari data yang ada sesungguhnya.

Kepala Kesekretariatan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Batam, Pieter P Pureklolong mengatakan, sejak Januari sampai Juni tahun 2010 ini sudah ada lebih dari delapan orang penderita Aids di Batam yang meninggal dunia. Jumlah itu akan bertambah, seiring banyaknya penderita HIV yang sudah positif Aids.

“Bertambahnya pengidap baru HIV di satu sisi patut disesali,tapi di sisi lain menunjukkan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri ke klinik semakin meningkat,” kata dia. Pasalnya, selama ini masih banyak masyarakat yang punya risiko tinggi terhadap Aids yang enggan memeriksakan dirinya ke Dokter.

Para pengidap HIV baru yang ditemukan sebenarnya sudah lama mengidap Virus HIV. Hanya, baru akhir-akhir ini mereka mau memeriksakan diri sehingga diketahui kalau menderita HIV.

“Masih banyak masyarakat yang termasuk resiko tinggi terkena HIV belum mau memeriksakan diri,sehingga mereka tidak mendapatkan penanganan jika ternyata memang terjangkit penyakit mematikan itu,”kata dia.

Dikatakan, dengan ditemukannya penderita HIV/Aids baru bisa dilakukan upaya untuk menekan kasus sekaligus upaya pengobatan bagi penderitanya,

Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperkecil penyebaran virus HIV dengan sosialisasi ke generasi muda seperti yang dilakukan KPA Batam baru baru ini yang melakukan sosialisasi ke SMA/SMK bersamaan dengan dilakukannya masa orientasi sekolah (MOS).

"Penyuluhan ini penting diberikan kepada adik-adik sekolah pada kesempatan MOS, agar mereka memiliki pengetahuan yang tepat dan benar tentang HIV/AIDS sehingga sejak dini mereka berperan serta mengambil tanggungjawab untuk menekan penyebaran virus HIV,” katanya.

Menurut Pieter, pencegahan virus Aids memang harus melibatkan masyarakat karena hal itu sangat terkait dengan pola dan gaya hidup warga sehari hari., untuk itu pengenalan sejak dini terhadapa generasi muda perlu dilakukan untuk membentengi mereka dari kemungkinan tertularnya virus HIV. (gus).

Tidak ada komentar: