Selasa, 06 Juli 2010

kOLOM - Kesetiaan dan Kemenangan Untuk “Beatrix”

Pencinta bola pasti sudah tahu kualitas tim Perancis dan Belanda, sayangnya Perancis harus angkat koper terlebih dahulu sedangkan Belanda lolos dan bisa jadi menang dalam piala dunia kali ini. Tidak lolosnya Perancis dalam 16 besar cukup mengejutkan terlebih beredar rumor disebabkan bayaran yang diterima pemainnya kecil.



Tentu dalam pertandingan dunia yang mempertaruhkan citra bangsa, bayaran mestinya tidak menjadi persoalan jika pemain atau atlit tersebut memiliki kesetiaan pada negaranya atau dikenal dengan nasionalisme. Itu pula yang tampak di balik kemenagan Tim Belanda hingga masuk ke perempat final Piala Dunia kali ini.

Bagi warga Belanda, suatu kehormatan jika bisa memberi sesuatu kepada pemimpinnya yakni Ratu Beatrix saat ini. Dahulu bahkan Dr. Christian Snouck Hurgronje, orientalis yang berhasil memecah belah masyarakat Aceh tempo dulu berkat kepiawaiannya memahami tentang Islam, konon rela tidak dibayar bekerja di Aceh demi kesetiaanya pada sang Ratu.

Sangking setianya pada Ratu, Dr. Christian Snouck Hurgronje bahkan menyelipkan doa dalam khotbah jumatnya di hadapan masyarakat Aceh dalam bahasa Arab yang berisikan doa kesejahteraan untuk Wilhelmina, Ratu Belanda kala itu.

Oleh karenanya, kemenangan Tim Belanda melawan Slovakia sudah pasti disambut gegap gempita di seantero negeri kincir angin tersebut, dan banyak pengamat, termasuk saya sebagai penulis memprediksi Belanda bisa menjadi juara dalam Piala dunia kali.

Bagi pelatih dan Tim Belanda, kemanganan adalah satu keharusan karena memang mereka ingin mempersembahkan sesuatu yang berharga bagi Ratunya, dengan tidak mempersoalkan berapa uang yang bakal diterima nantinya.

Kondisi itu, berbeda hampir 100 derajat jika dibanding di Indonesia . Kebanyakan atlit Indonesia yang merasa sudah punya prestasi dan kepintaran mulai pasang harga, kalau harganya rendah dengan mudahnya mereka pindah ke negara lain yang berani memberi uang lebih banyak. Itu sudah banyak terjadi di cabang Bulu Tangkis, dimana banyak atlit yang dulu susah payah dibina pemerintah terus berprestasi sekarang justru menjadi atlit dan pelatih di Singapura dan Malaysia serta negara lainnya. Sungguh memilukan..

Bisa jadi hal itu disebabkan sikap nasionalisme yang tidak ada, serta tidak adanya kesetiaan pada pemimpin. Padahal, Belanda yang menjajah Indonesia selama 3,5 abad atau 350 tahun, konon sudah mengajarkan cara untuk setia pada pemimpin buat masyarakat Indonesia , salah caranya dengan kewajiban memberi penghormatan untuk pejabat belanda dan pejabat keraton atau kesultanan.

Sayangnya, kebanyakan masyarakat Indonesia tidak memiliki kesetiaan. Lihat saja, saat Presiden Soekarno jatuh, pembantunya mulai minggir dan meninggalkan Sukarno. Begitupun ketika Presiden Soeharto lengser, pembantunya justru ikut ikutan menghujat Soeharto dan keluarganya.

Mungkin, karena itulah Indonesia tidak maju maju, Mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani bahkan mengeluh sulit menjadikan negeri ini kaya padahal punya potensi. Namun, yang pasti, ketiadaan kesetiaan itu bisa jadi menyebabkan Indonesia tidak akan bisa ikut piala dunia, karena atlitnya yang berprestasi sudah nanya harga duluan…(gus).


Tidak ada komentar: