Rabu, 02 Desember 2009

Saham akan Naik Antisipasi Sukubunga Rendah

Keluarnya data inflasi Indonesia yang rendah hanya 2,41% YTD diperkirakan memberikan ruang bagi Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, yang dijadwalkan hari ini, untuk mempertahankan suku bunga rendah. Bahkan seharusnya Bank Indonesia melanjutkan pemangkasan suku bunga acuan BI Rate 25bp hingga 50bp lagi guna mendorong sektor riil di Indonesia bertumbuh.







Sementara itu, salah satu pejabat Kementerian Keuangan RI menyatakan bahwa rasio hutang terhadap PDB Indonesia per September turun 30% dari posisi awal tahun 33%. Lebih jauh dinyatakan bahwa penurunan rasio ini bukan disebabkan karena turunnya tingkat hutang Indonesia, melainkan karena meningkatnya bilangan pembagi PDBnya yang secara nominal naik tajam.

Atas perkembangan ini, Indonesia berpeluang untuk memperoleh kenaikan peringkat negara dan saham-saham di Jakarta diperkirakan akan mendapat apresiasi baru. Bukan tidak mungkin mulai hari ini saham-saham akan memulai titik awal menuju reli panjang hingga akhir tahun 2009. Indeks Harga Saham Gabungan akan melakukan uji di titik 2.481. Bila tertembus maka kemungkinan IHSG akan menguji titik resisten baru di 2.515.

Pada kesempatan Pembukaan Jakarta Investor Summit 2009 kemarin, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa di tahun 2010 ekonomi dunia akan dibanjiri dengan pasokan USD dengan jumlah yang sangat besar. Hal ini akan mengakibatkan penguatan mata uang lokal termasuk Rupiah dan turunnya suku bunga dalam jangka pendek. Namun Menteri Keuangan juga mengingatkan pelaku pasar agar membuat skenario-skenario yang tidak nyaman akibat dari penurunan nilai tukar USD seperti naiknya harga komoditi, naiknya inflasi dan pada gilirannya naiknya suku bunga domestik guna memerangi inflasi.

Kembali kepada agenda RDGI hari ini, Bank Indonesia saat ini mencoba untuk melangkah ke arah rejim suku bunga rendah sebagaimana yang dirasakan oleh Thailand, Malaysia dan Filipina. Ketiga negara ini telah berhasil membawa tingkat suku bunga acuan rendah sehingga memberikan ruang yang sangat besar bagi sektor riil untuk bersaing secara sehat dan bertumbuh dengan baik.

Salah satu faktor pendukungnya adalah merosotnya kepercayaan dunia terhadap USD. Fenomena yang muncul adalah beralihnya cadangan devisa negara-negara dari USD kembali ke emas.

Merosotnya nilai tukar USD seyogyanya diantisipasi oleh RDGI dengan melanjutkan pemangkasan suku bunga acuan. Indonesia harus mulai melangkah menuju ke negara yang memiliki rezim bunga rendah sebagaimana Thailand, Malaysia dan Singapura. Pendekatan kebijakan targeting inflation seharusnya mulai ditinggalkan.

Rekomendasi Saham

Atas perkembangan ekonomi yang positif, kami merekomendasikan BELI untuk saham-saham yang memiliki sensitivitas terhadap inflasi seperti UNVR, INDF, KLBF, TLKM, EXCL, MAPI, RALS, ASII dan BBNI.

Sebaliknya saham-saham berorientasi ekspor diperkirakan akan mengalami koreksi sehubungan dengan penguatan Rupiah menurunkan nilai saham secara relatif. Kami merekomendasikan JUAL untuk saham BUMI, MEDC, ITMG, ADRO. (Rilis).

Tidak ada komentar: