Minggu, 06 Desember 2009

Risiko Politik Mulai Menghantui Bursa

Meskipun saham-saham masih memiliki momentum untuk bergerak naik, namun risiko politik mulai menghantui bursa. Pelaku pasar diperkirakan akan berhati-hati dan membatasi investasinya menunggu apakah langkah politik DPR dalam memulai proses pemakzulan (Hak Angket) minggu ini cukup terkendali, atau bahkan tidak terkendali, yang mengakibatkan pada krisis politik, yaitu perseteruan antara DPR dan Pemerintah.







Di masa lalu, langkah politik DPR seringkali bertindak berseberangan dengan Pemerintah, meskipun koalisi partai Pemerintah mayoritas di DPR. Pemerintahan koalisi mayoritas di Indonesia tidak pernah menjamin ‘bersatunya’ koalisi secara efektif.

Kepala Berita koran-koran ibukota dan daerah-daerah masih menyoroti secara tajam berjalannya Hak Angket DPR. Hak Angket DPR adalah hak parlemen dalam pemakzulan eksekutif, apakah Presiden, Wakil Presiden atau para menteri-menteri pembantu Presiden.

Bahkan lebih jauh, Presiden melemparkan sebuah pernyataan bahwa terdapat gerakan politik untuk menjatuhkan dirinya menyusul peringatan Hari Antikorupsi Sedunia tanggal 9 Desember mendatang. Pernyataan politik ini bersamaan dengan dimulainya proses Hak Angket, di mana Panitia Khusus DPR tentang Kasus Bank Century memulai sidang-sidangnya hari Senin ini.

Hal yang positif bagi bursa adalah proses politik di DPR masih ‘dikuasai’ oleh koalisi partisan Pemerintah. Artinya meskipun mereka mendukung Hak Angket sebagai pesan bahwa Partai-Partai Pemerintah SBY mendukung gerakan anti korupsi, namun ditengarai bahwa proses pemakzulan akan dihadang (digembosi) oleh koalisi partai Pemerintah.

Indeks Secara Teknikal Masih Akan Naik

Secara teknikal, saham-saham unggulan masih berpeluang untuk melanjutkan reli panjang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah membentuk ascending and flat longitudinal dengan titik resistensi pertama di 2.515 serta resistensi kedua di 2.528. Bila indeks berhasil menembus titik ini, bukan tidak mungkin indeks akan mencoba resistensi baru di titik 2.670. Bila dilihat dari sisi momentum, indeks masih berpeluang untuk naik.

Ekonomi AS tunjukkan pemulihan

Sementara itu, perkembangan ekonomi AS telah menunjukkan pemulihan. Data pengangguran AS yang diumumkan Jumat waktu New York, menurun ke 10,0% di bulan November dari titik 10,2% di bulan Oktober yang lalu. Meskipun relatif masih terlalu tinggi, setelah resesi, namun ada tanda-tanda pemulihan.

Menyusul perkembangan ini, indeks Dow naik 22,07 poin atau 0,21% ke 10.388,2. Kenaikan Dow bahkan sempat mencapai 100 poin pada awal sesi sebelum terkoreksi menyusul angka pengangguran yang bak roller coaster ini. Berita bagusnya adalah pemberi kerja dari sektor non pertanian hanya memPHK 11.000 karyawan saja, angka 5 dijit pertama dari sebelumnya yang berada pada posisi 6 dijit. Lebih lanjut tingkat pengangguran AS menurun dari 10,2% ke 10,0% di bulan November.

Tentu pergerakan data ekonomi yang semakin menunjukkan ke arah pemulihan ini akan menjadi pemicu positif bagi bursa-bursa dunia termasuk Jakarta. Namun beberapa isyu-isyu domestik perlu dicermati agar tidak melampaui batas-batas kewajaran. Artinya persoalan hukum seharusnya diselesaikan secara hukum sedangkan program-program percepatan pertumbuhan ekonomi Pemerintah masih membutuhkan dukungan politik yang solid dari parlemen.

Tidak ada komentar: