Jumat, 11 Desember 2009

PT Satnusa Persada Tbk Incar Pendapatan Rp2,1 T



Foto : Direktur Utama PT Satnusa Persada Tbk, Abidin Hasibuan

Tabel : Kinerja PT Satnusa Persada Tbk Q3-2009
Dan Proyeksi 2010.

Periode Pendapatan (Rp) Laba Bersih (Rp)

Q3 – 2008 1.557.355.554.284,- 13.890.950.871,-
Q3 – 2009 1.429.708.522.435,- (26.236.808.630),-
Proyeksi 2009 1,7-2,0 Triliun (31.000.000.000),-
Target 2010 2.100.000.000.000,- -

Sumber : Direktur Utama PT Satnusa Persada Tbk, Abidin (Desember 2009).


BATAM – Perusahaan perakitan elektronik PT Sat Nusapersada Tbk mengincar pendapatan 2,1 triliun rupiah pada tahun depan atau naik sekitar 23 persen dibanding perkiraan realisasi tahun ini yang 1,7 triliun rupiah. Untuk itu perseroan menganggarkan dana 25 miliar sampai 30 miliar rupiah sebagai belanja modal guna membeli mesin produksi.





Direktur Utama Satnusa Persada Abidin Hasibuan mengatakan, perseroan menargetkan pendapatan tahun depan sebesar 2,1 triliun rupiah, naik 23 persen dibanding perkiraan realisasi tahun ini yang 1,7 triliun sampai dua triliun rupiah.

“Kami sudah mengantongi kontrak miliaran rupiah untuk pengerjaana tahun depan sehingga kinerja penjualan kami diprediksi tumbuh 10-20 persen,” katanya usai Publik Ekspose di Batam, Jumat (11/12).

Peningkatan pendapatan tahun depan, dipicu oleh telah diterimanya sejumlah order dari perusahaan luar negeri antara lain, Sony Electronics, Kenwood dan Panasonics untuk pengerjaan komponen bahan baku Televisi, Tape Recorder kendaraan roda empat, komponen Komputer dan lainnya.

Untuk itu, perseroan berencana membeli mesin produksi baru guna memenuhi permintaan ekspor, selain itu jumlah tenaga kerja juga akan ditambah hingga 2.000 orang pada tahun depan.

Untuk membeli mesin produksi tersebut, kata Abidin pihaknya telah mengalokasikan belanja modal (Capital Expenditure/Capex) sekitar 25 miliar sampai 30 miliar rupiah pada tahun depan, diambil dari kas internal.

Menurutnya, perseroan belum perlu mencari dana dari luar seperti pinjaman bank atau dana dari pasar untuk merealisasikan ekspansinya tahun depan, pasalnya kas perusahaan cukup sehat. Hingga September ini, perseroan memiliki saldo 479,7 miliar rupiah dengan total asset 847,5 miliar rupiah.

Pencapaian itu tidak terlepas dari pertumbuhan penjualan tahun ini, meskipun hampir seluruh perusahaan elektronik global mengalami tekanan akibat melemahnya permintaan yang dipicu oleh krisis keuangan global.

Hingga September ini, Satnusa telah mengantongi pendapatan 1,4 triliun rupiah, turun 12,5 persen dibanding periode sama 2008 yang 1,6 triliun rupiah. Sementara itu, pada periode yang sama juga perseroan mengalami rugi bersih 26,2 miliar rupiah, dibanding laba bersih 13,9 miliar rupiah pada kuartal tiga 2008.

Menurut Abidin kerugian yang diterima pada tahun ini dipengaruhi oleh langkah perseroan yang hanya memproduksi komponen elektronik dengan harga murah yang menyebabkan margin keuntungan yang diterimanya kecil. Itu dilakukan karena pesanan komponen elektronik dengan harga tinggi menurun. Selain itu, kerugian yang terjadi juga disebabkan selisih kurs.


Proyeksi 2010

Menurut Abidin, industri manufaktur khususnya elektronik tahun depan bakal lebih baik dibanding tahun ini karena konsumsi global mulai meningkat akibat meredanya dampak resesi global. Oleh karena itu, sejumlah perusahaan elektronik global seperti Kenwood, Panasonic dan Sony mulai meningkatkan produksinya.

Dampaknya, pesanan atau order produk bahan baku elektronik di tanah air meningkat, seperti yang yang terjadi pada Satnusa Persada yang telah memperoleh sejumlah kontrak pengerjaan bahan baku elektronik untuk tahun depan.

Meski demikian menurut Abidin untuk mendukung pertumbuhan industri manufaktur nasional tahun depan harus mendapat dukungan penuh dari pemerintah, caranya dengan menciptakan iklim berusaha yang kondusif, misalnya dengan mencari pola penentuan upah minimum yang tepat. Selama ini, penentuan upah minimum sering menjadi polemic dan berakhir dengan unjuk rasa sehingga memberi rasa cemas dan ketakutan kepada investor.

Selain itu, pemerintah juga hendaknya menghilangkan pungutan liar dan mempercepat proses birokrasi yang selama ini dinilai masih lambat dan masih banyak pungutan liar yang memperbesar ongkos produksi.

Kepala Riset Asia Financial Network (AFN) Rowena Suryobroto kepada Koran Jakarta mengatakan, industri elektronik sepertihalnya dengan sektor energi, infrastruktur dan properti akan mengalami pertumbuhan cukup signifikan pada tahun depan karena prediksi pertumbuhan ekonomi 2010 lebih baik dibanding tahun ini.

Oleh karena itu, perusahaan elektronik dapat merealisasikan rencana ekspansi usahanya yang ditunda pada tahun ini, namun untuk pendanaan tidak bisa mengandalkan dari bank disebabkan suku bunga kredit yang masih terlalu tinggi yang dapat membebani neraca pada masa depan dan bank juga masih mengambil sikap prudent dalam mencairkan kredit.

Menurut Rowena, pada semester satu 2010 ekonomi masih belum bisa dibaca atau masih dalam Gray Area dan pada semester kedua baru , pasar baru bisa dijadikan patokan bagi manajemen untuk mengambil keputusan.

Oleh karena itu, dia berharap Bank Indonesia bisa menekan perbankan untuk mengecilkan selisih suku bunganya dengan suku bunga acuan karena suku bunga bank saat ini masih berkisar diangka 12 persen sedangkan suku bunga acuan diangka 6,25 persen, selisih yang cukup tinggi itu menyebabkan perusahaan masih enggan pinjam mengajukan kredit. (gus).


Tidak ada komentar: