Selasa, 10 Agustus 2010

PT Sepatu Bata Tbk Antisipasi Hari Raya

JAKARTA – Perusahaan sepatu dan alas kaki, PT Sepatu Bata Tbk akan mengantisipasi lonjakan permintaan jelang hari raya Idul Fitri tahun ini dengan menyiapkan produk baru atau menambah varian produk dan menyelesaikan perbaikan format gerai agar penjualan tahun ini sesuai target atau tumbuh 10-15 persen.



Direktur Sepatu Bata Ibnu Baskoro mengatakan, paska libur sekolah ditambah lagi dengan akan masuknya perayaan hari raya Idul Fitri penjualan akan melonjak. Pada bulan bulan tersebut, penjualan diprediksi memberi kontribusi sekitar 30 persen terhadap total penjualan sepanjang tahun.

“Penjualan selama hari raya ini diprediksi akan berkontribusi 30 persen terhadap total penjualan sepanjang tahun,” katanya, Kamis (22/7).

Oleh karena itu, kata Ibnu perseroan akan melakukan beberapa program antara lain, menambah volume produksi, mengeluarkan produk baru dan menyelesaikan perbaikan format gerai yang sudah dikerjakan awal tahun ini. Perseroan juga telah menyiapkan dana 75 miliar rupiah untuk investasi peningkatan kualitas produk.

Perseroan juga kata Ibnu sedang mempersiapkan program khusus pada November tahun ini untuk meningkatkan penjualan, sayangnya dia belum bersedia menyebutkan program yang akan dilaunching tersebut.

Dengan program yang direncanakan tersebut, perseroan optimistis bisa mengejar target pertumbuhan penjualan 10-15 persen pada tahun ini. Pada kuartal satu saja perseroan membukukan penjualan 125,1 miliar rupiah naik 3,2 persen dibanding periode sama 2009 yang 121,2 miliar rupiah. Akibatnya, laba bersih tumbuh 46,2 persen dari 2,6 miliar rupiah di kuartal satu 2009 menjadi 3,8 miliar rupiah di kuartal satu ini.

Penjualan tertinggi masih diperoleh dari pasar dalam negeri yakni mencapai 96,5 persen senilai 120,82 miliar rupiah sedangkan ekspor hanya 3,5 persen atau 4,3 miliar rupiah. Nilai penjualan ekspor itu mengalami penurunan dibanding 2009 yang mencapai 5 persen dari total penjualan.

Menurut Ibnu, pihaknya memang tidak mengejar penjualan dari ekspor karena perseroan memiliki perusahaan terafiliasi di negara lainnya, sehingga penjualan di luar negeri dilakukan oleh grup yang ada di negara tersebut.

Ketua Hubungan Pemerintah dan Hukum Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Djimanto kepada Koran Jakarta mengatakan, industri sepatu dan alas kaki nasional saat ini masih menghadapi banyak kendala terutama kurang dapat bersaing dengan industri yang sama di luar negeri, sebab produktivitas perusahaan sepatu dan alas kaki nasional rendah.

“Biaya jasa pabrikasi sepatu dan alas kaki di Indonesia lebih mahal dibanding negara lain seperti Cina sehingga banyak perusahaan sepetu raksasa di Eropa dan Cina mengalihkan pembuatan sepatunya ke Cina,” katanya.

Misalnya, untuk order pembuatan sepatu dari luar negeri ke perusahan nasional, dari mulai diberikannya model sepatu sampai produksi membutuhkan waktu sekitar 65 hari, dan paling cepat 60 hari, sedangkan di Cina hanya butuh waktu kurang dari 45 hari.

Selain itu ketergantungan pada bahan baku impor juga memperlemah industri sepatu nasional karena harga jual sangat dipengaruhi oleh harga bahan baku dan nilai tukar mata uang. Saat ini impor bahan baku sepatu dan alas kaki nasional mencapai 60 persen. (gus).

Tidak ada komentar: