Rabu, 11 Agustus 2010

Kinerja PT Ever Shine Textile Tertekan Pasokan Gas

JAKARTA – Perusahaan tekstil, PT Ever Shine Textile Industry Tbk mengalami penurunan laba bersih hingga 68 persen dari 18,9 miliar rupiah di semester satu 2009 menjadi 6,06 miliar rupiah di semester satu ini karena tingginya biaya energi dipicu minimnya pasokan gas.



Sekretaris Perusahaan Ever Shine Erlien Lindawati S mengatakan, penurunan laba bersih pada semester satu ini disebabkan beberapa faktor antara lain, selisih nilai tukar rupiah terhadap dollar, meningkatnya beban usaha khususnya di sektor energi dan kebijakan mempertahankan harga jual padahal biaya produksi naik.

“Minimnya pasokan gas menyebabkan biaya energi membengkak sehingga laba kami turun signifikan,” katanya, Rabu (28/7).

Beban pokok penjualan pada semester satu ini naik 5,32 persen dari 244,58 miliar rupiah di semester I/2009 menjadi 257,60 miliar rupiah di semester satu ini. Kontribusi tertinggi pada sektor energi sekitar 17 persen.

Perseroan, kata Erlien sudah mengambil langkah untuk mengurangi beban biaya energi dengan mengganti bahan bakar pembangkit listrik dari bahan bakar minyak ke gas, namun minimnya pasokan gas menyebabkan perseroan harus tetap membeli listrik dari PLN. Akibatnya biaya yang dikeluarkan malah membengkak karena selain harus mengeluarkan dana untuk membeli gas, perseroan juga tetap membayar pemakaian sejumlah arus listrik ke PLN.

Menurutnya, kebutuhan gas perbulan mencapai 2 juta meter kubik dan yang baru bisa dipenuhi oleh PGN sekitar 60 persennya saja sehingga kinerja mesin pembangkit listrik yang dimiliki perusahaan menjadi tidak optimal. Oleh karena itu, perseroan berharap pemerintah bisa memenuhi kebutuhan gas untuk industri dalam negeri.

Terkait dengan penjualan, menurut Erlien jika dalam mata uang rupiah terjadi penurunan 0,05 persen dari 276,41 miliar rupiah di semester satu 2009 menjadi 276,27 miliar rupiah di semester satu ini. Namun jika dihitung dengan mata uang dollar AS terjadi peningkatan 25 persen dari 24 juta dollar AS di semester satu 2009 menjadi 30 juta dollar AS di semester satu ini.

Untuk meningkatkan keuntungan penjualan akan terus ditingkatkan. Untuk itu perseroan menyiapkan beberapa langkah antara lain, diversifikasi pasar ekspor dari pasar utama yakni Amerika Serikat dan Eropa ke pasar Asean, Hongkong, Afrika dan Timur Tengah. Perseroan juga akan memproduksi produk yang punya margin dan daya beli tinggi.

Untuk itu, kapasitas produksi pabrik terus ditingkatkan dengan membeli mesin baru. Selama 2009 hingga tahun ini, perseroan mengeluarkan dana 7 miliar rupiah untuk program restrukturisasi mesin produksi.

Ketua Umum Asosasi Pertekstilan Indonesia (API) Benny Soetrisno mengatakan, tantangan industri tekstil nasional tahun ini cukup berat disebabkan pembatasan pasokan listrik dan gas untuk investasi baru di sektor manufaktur sehingga iklim usaha semakin tidak kondusif. Akibatnya, sejumlah investasi baru di sektor ini terancam batal di realisasikan, padahal sudah ada investasi sekitar 200 juta dolar AS yang akan masuk tahun ini.

Keterbatasan listrik dan gas juga kata Benny mengancam kinerja pabrik-pabrik TPT yang sudah eksis, sehingga dikuatirkan bisa terhenti produksinya.(gus).

Tidak ada komentar: