Selasa, 01 Juni 2010

Perdagangan Bebas Asean-Cina tak Pengaruhi Penjualan Sepatu Lokal

JAKARTA – Perusahaan sepatu dan alas kaki, PT Sepatu Bata Tbk optimistis penjualannya tidak akan tertekan oleh produk sejenis dari Cina seiring dibukanya perjanjian perdagangan bebas Asean-Cina. Penjualan perusahaan itu bahkan naik 3,2 persen di kuartal satu ini atau senilai 125,1 miliar rupiah.



Direktur Sepatu Bata Ibnu Baskoro mengatakan, perjanjian perdagangan bebas Asean-Cina tidak akan menekan penjualannya, karena pihaknya sudah mengantisipasi sejak lama dan tahun ini telah dianggarkan dana 75 miliar rupiah untuk investasi dalam meningkatkan kualitas produk.

“Kami sudah sejak lama mengantisipasi perdagangan bebas Asean Cina sehingga tidak kuatir dengan penjualan, dan itu terbukti dengan naiknya angka penjualan di kuartal satu ini,” katanya, Kamis (27/5).

Kinerja perseroan bahkan meningkat di kuartal satu ini, dimana nilai penjualan naik 3,2 persen menjadi 125,1 miliar rupiah dibanding kuartal satu 2009 yang 121,2 miliar rupiah. Akibatnya, laba bersih tumbuh 46,2 persen dari 2,6 miliar rupiah di kuartal satu 2009 menjadi 3,8 miliar rupiah di kuartal satu ini.

Penjualan tertinggi masih dari pasar dalam negeri yakni mencapai 96,5 persen senilai 120,82 miliar rupiah sedangkan ekspor hanya 3,5 persen atau 4,3 miliar rupiah. Nilai penjualan ekspor itu mengalami penurunan dibanding 2009 yang mencapai 5 persen dari total penjualan.

Pertumbuhan penjualan di kuartal satu tersebut tidak terlepas dari langkah perusahaan yang sudah mengantisipasi persaingan dengan produk dari Cina. Ibnu sebelumnya mengatakan, perseroan telah melakukan beberapa langkah antisipasi untuk bisa bersaing dengan produk sejenis dari Cina yang harganya relatif murah.

Selain meningkatkan kualitas produk, kata dia perseroan juga berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia sekaligus meningkatkan kesejahteraanya. Kemudian memperbaiki format gerai dan menambah jumlahnya dari posisi saat ini yang sekitar 515 gerai di seluruh Indonesia , serta menambah variasi produk sepatu yang dihasilkan untuk memberi pilihan yang lebih banyak pada konsumen. Perseroan juga, berupaya menekan harga jual dengan cara meningkatkan produktivitas tenaga kerja agar lebih efisien.

Tumbuhnya kinerja penjualan di kuartal satu ini, kata Ibnu menyebabkan pihaknya semakin optimistis target pertumbuhan penjualan 15-20 persen hingga akhir tahun ini bisa tercapai,

Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Djimanto kepada Koran Jakarta mengatakan, industri sepatu nasional tidak akan tertekan dengan produk Cina seiring dengan dibukanya perjanjian perdagangan bebas antara Asean dan Cina awal tahun ini.

Pasalnya, kata dia perusahaan sepatu dalam negeri sudah sejak lama menggunakan teknologi tinggi dalam berproduksi sehingga kualitasnya lebih baik dibanding produk Cina yang meskipun murah namun kualitasnya bisa dikatakan rendah.

Meski demikian, industri sepatu nasional saat ini dihadapi pada kendala kian meningkatnya harga bahan baku yang menyebabkan biaya produksi makin tinggi.

“Sebagian besar perusahaan sepatu di dalam negeri masih mengandalkan bahan bakunya dari impor atau ketergantungannya lebih dari 60 persen,” kata dia. (gus).

Tidak ada komentar: