Selasa, 01 Juni 2010

Kekalahan Demokrat dan Golkar dalam Pilkada Kepri Mengejutkan

BATAM – Hasil perhitungan sementara beberapa lembaga pemantau terhadap Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Kepulauan Riau yang berlangsung Kamis (26/5) menyebutkan kandidat unggulan yang diusung Partai Demokrat dan PKS serta kandidat yang diusung Partai Golkar hanya menempati posisi kedua dan ketiga, sedangkan kandidat yang di usung PDIP dan Hanura diperkirakan menang dengan perolehan suara diatas 35 persen.



Berdasarkan hasil perhitungan cepat (quick count) terhadap Pemilu Kepala Daerah Provinsi Kepulauan Riau yang berlangsung Kamis (26/5) hingga hari ini menyebutkan, kandidat urutan nomor satu (Nyat Kadir dan Zulbahri) yang di usung Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera memperoleh 32,37 persen suara, sedangkan urutan nomor dua (HM Sani dan Sorya Respatriono) yang diusung PDIP, Hanura dan partai lainnya memperoleh sekitar 36,6 persen suara dan kandidat nomor urut tiga (Aida Ismeth Abdullah dan Edy Wijaya) yang diusung Partai Golkar yang sebelumnya diperkirakan bakal menang dalam Pemilu ini memperoleh 31,6 persen suara.

Hasil perhitungan cepat itu dilakukan oleh Metro TV, LSI, Jaringan Suara Indonesia dan Perhitungan cepat Partai Keadilan Sejahtera. Meski demikian, hasil perhitungan itu masih sangat sementara dan diperkirakan masih bisa berubah dalam perhitungan akhir yang dilakukan KPU (Komisi Pemilihan Umum), pasalnya jumlah sample suara yang dihitung hanya sekitar 60 persen dari seluruh TPS yang ada.

Anggota KPU Provinsi Kepri Razaki Persada ketika dikonfirmasi Koran Jakarta mengatakan, perhitungan yang dilakukan oleh lembaga non pemerintah tersebut sipatnya hanya partisipasi bukan hasil yang akan menentukan nantinya, terlebih itu baru hanya perhitungan suara sementara yang jumlah sampelnya sangat terbatas.

KPU Provinsi Kepri sendiri akan melakukan perhitungan secara manual dari mulai tingkat kecamatan, kota hingga Provinsi dan hasilnya akan di rekap sekitar 5-9 Juni 2010. Oleh karena itu, Razaki berharap masyarakat dapat bersabar dan tidak menjadikan hasil perhitungan sementara itu sebagai keputusan akhir Pemilu Kepala daerah Kepri 2010.

Sementara itu, Tim Sukses pasangan Nyat Kadir-Zulbahri serta Aida Ismeth Abdullah dan Edy Wijaya memprotes hasil perhitungan sementara itu, dan hasil itu bukanlah penentu akhir seperti yang sudah di publikasikan kandidat HM Sani dan Soerya Respatriono, karena perhitungan masih dilakukan.

“Hasil quick count belum layak dan belum refresntatif dari pemilih yang ada, karena hanya dilakukan di empat kabupaten dari tujuh kabupaten di Kepri,” kata Ketua Tim Sukses Nyat Kadir-Zulbahri, Aris Hardy Halim.

Aris menilai, dalam pemilihan kemarin terjadi banyak kecurangan yang dilakukan oleh kandidat tertentu, oleh sebab itu dia berharap Panwaslu dan kepolisian segera menyelidiki dan menindak peserta yang melakukan kecurangan tersebut.

Partisipasi Rendah

Sementara itu, berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan LSI dan Jaringan Suara Indonesia mengenai tingkat partisipasi masyarakat Kepri menggunakan hak suaranya dalam Pilkada sangat rendah yakni kurang dari 49 persen. Hal itu disebabkan minimnya sosialisasi yang dilakukan KPU serta minat warga Kepri, khususnya warga Batam sangat rendah karena sibuk dengan pekerjaan sebagai buruh di berbagai industri.

Gubernur Kepri Ismeth Abdullah yang datang ke Batam pada Kamis (26/5) saat pencoblosan menyayangkan rendahnya partisipasi warga mengikuti Pemilu. Menurutnya, itu bisa dihindari bila KPU lebih agresif melakukan sosialisasi.

“Banyak sekali yang tidak memilih dan ini sangat disayangkan serta hendaknya dijadikan evaluasi bagi KPU,” kata Ismeth.

Direktur Perguruan Tinggi Politeknik Batam Dr Priyono Eko Sanyoto mengatakan rendahnya partisipasi warga ikut pemilihan karena KPU tidak tepat memilih waktu pemilihan yakni hari Rabu, padahal sebagian besar warga Kepri yang menjadi pemilih atau voters yang sebagian besar atau sekitar 60 persen berada di Batam adalah buruh sehingga lebih mementingkan pekerjaan daripada ikut Pilkada.

“Kalau saya lihat di Perancis atau di banyak negara Eropa pemilihan itu dilakukan hari Minggu dan partisipasi warganya cukup tinggi,” kata Eko, Senin (31/5).

Selain itu, tingkat keinginan warga untuk memilih juga sangat rendah karena berbagai alasan, salah satunya karena tidak ada pilihan dan kurang gregetnya program yang di usung masing masing calon.

Demokrat Tumbang

Menyikapi kekalahan partai besar seperti Demokrat, Golkar dan PKS yang menguasai parlemen di Provinsi Kepri, Eko menilai hal itu disebabkan kurang tepatnya partai tersebut memilih kandidat.

Dijelaskan, kandidat yang di usung Demokrat dinilai kurang merakyat dan hanya dikenal di Batam, Batam sendiri meskipun sebagai daerah yang memiliki suara terbanyak tapi juga merupakan daerah dengan pemilih pasif atau banyak yang tidak memilih dan itu terbukti dari tingkat partisipasi warga Batam yang memilih kurang dari 45 persen, sehingga meskipun kandidat dari Demokrat unggul di Batam tapi belum bisa mengalahkan kandidat yang diusung PDIP yakni Sani dan Sorya.

Hal yang sama juga terjadi terhadap kandidat dari Partai Golkar yakni Aida Ismeth Abdulah dan Edy Wijaya yang sebelumnya dijagokan akan menang dalam Pilkada tersebut karena memanfaatkan nama Ismeth Abdullah yang cukup dikenal luas sebagai Gubernur Kepri ternyata juga tidak menang karena tidak memiliki program yang bisa memancing warga untuk memilih.

Meski demikian, Eko kuatir jika ternyata pasangan Sani dan Soerya menang dalam perhitungan akhir akan kesulitan dalam menjalankan roda pemerintah karena akan dipasikan banyak program yang di mentahkan oleh parlemen seiring dengan minimnya kursi partai pengusung (PDIP, Hanura, PIB dan PKNU) di Parlemen Provinsi Kepri.

Oleh karena itu, perekonomian Kepri dipastikan akan mandeg , terlebih kedua pasangan tersebut tidak punya pengalaman dalam menjaring investor padahal Kepri sebagai daerah startegis yang juga memiliki status FTZ untuk tiga daerahnya yakni Batam, Bintan dan Karimun memiliki peran penting untuk menjaring investasi di tanah air. (gus).

Tidak ada komentar: