Minggu, 20 Juni 2010

Insiden Kuantan Singingi : Warga Tewas Disebabkan Peluru Brimob



BATAM – Sejumlah elemen masyarakat Provinsi Riau menyesalkan tindakan brutal yang dilakukan aparat kepolisian khususnya kesatuan Brimob (Brigade Mobil) yang melakukan pengamanan aksi protes masyarakat Kenegerian Pucuk Rantau, Kabupaten Kuantan Singingi yang menuntut hak nya atas tanah mereka yang dikuasai PT Tri Bakti Sarimas (TBS). Dalam aksi protes tersebut seorang warga tewas dan satu lagi kritis diduga kuat akibat tembakan yang dilakukan Brimob.

Ketua Lembaga Adat Melayu Riau, Prof Suwardi MS ketika dikonfirmasi Koran Jakarta menyesalkan tindakan yang di lakukan aparat kepolisian yang bertugas mengamankan aksi protes warga yang terdiri dari 10 desa di lokasi perkebunan sawit yang masuk wilayah Kenegerian Pucuk Rantau Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau pada Selasa (8/6) yang menyebabkan seorang warga bernama Yuniar (35) tewas dan seorang lagi kritis di Rumah Sakit.

“Kami sangat menyesalkan tindakan aparat tersebut dan hendaknya segera dilakukan penyelidikan atas kasus tersebut,” katanya, Kamis (10/6)

Menurutnya, pengamanan yang dilakukan aparat mestinya bisa lebih manusiawi dengan memperhatikan nyawa manusia serta tidak mengutamakan kekerasan dengan tembakan.

Oleh karena itu, sebagai Ketua Lembaga Adat Melayu Riau, dia setuju dibentuknya Tim investigasi independent yang akan menyelidiki kasus tersebut agar terbongkar siapa yang bersalah.

Meski demikian, Suwardi menyangsikan ke efektipan tim tersebut, karena selama ini sering tim yang dibentuk untuk kasus yang sama tidak bekerja secara maksimal.

Sementara itu Direktur Walhi Riau, Hariansyah Usman mengatakan meskipun sejumlah LSM dan tokoh masyarakat mendesak dibentuknya tim independent tersebut, namun alangkah baiknya, kata dia bila Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) segera turun ke lokasi kejadian untuk menyelidiki kasus tersebut, sebab sudah ada bukti kuat terjadinya pelanggaran berat HAM dengan tewasnya warga.

Walhi sendiri, kata dia sebelumnya sudah menurunkan tim penyelidikan ke lokasi dan diperoleh bukti bahwa tewasnya warga tersebut disebabkan peluru yang ditembakan oknum aparat Brimob yang menjaga keamanan. Di lokasi kejadian juga ditemukan topi Brimob sebagai barang bukti.

"Kami menduga kuat tewasnya seorang warga dan satu lagi kritis disebabkan tembakan oleh aparat Brimob karena ada bukti peluru dan topi milik Brimob di lokasi kejadian," katanya, Kamis (10/6)

Walhi menyesalkan tindakan Kepolisian yang hingga berita ini diturunkan belum ada tanda tanda melakukan penyelidikan, bahkan garis polisi di lokasi kejadian juga tidak dipasang sehingga bisa berpotensi menghilangnya barang bukti.

Atas kejadian tersebut, Walhi Riau mendesak pemerintah pusat ikut campur dan segera mengatasi masalah tersebut. Sejumlah LSM nasional juga seperti Kontras, Walhi dan Sawit Wathc pada Kamis (10/6) telah melakukan sejumlah aksi dengan melaporkan kejadian itu ke Mabes Polri dan melakukan aksi di Istana Presiden yang mengutuk tindakan aparat.

Sementar itu, sejumlah LSM seperti Walhi Riau, Scale Up, JIKALAHARI, Greenpeace dan Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) ) mengutuk keras insiden penembakan di Kenegerian Pucuk Rantau, Kabupaten Kuantan Singingi dan meminta kepada pemerintah segera membentuk Tim Independent yang akan menyelidiki kasus tersebut.

Kisruh di lokasi PT TBS itu dipicu oleh aksi warga yang berasal dari 10 desa yang merupakan petani plasma dari PT TBS menuntut hak-hak mereka yang dirampas oleh perusahaan sawit PT Tri Bakti Sarimas (TBS) yang ingkar janji mengenai lahan plasma. Dalam aksi itu terjadi bentrokan antara pasukan Brigadir Mobil (Brimob) Polda Riau dengan petani sawit dan menyebabkan satu petani perempuan tewas ditembak.

“Ini adalah peristiwa berdarah dan menyebabkan kematian yang kesekian kalinya terjadi di bumi Riau ketika masyarakat menuntut hak-haknya yang dirampas oleh perusahaan perkebunan sawit maupun HTI. Konflik agraria di Kenegerian Pucuk Rantau ini harus diusut tuntas dengan menyelidiki semua pihak terutama pihak kepolisian yang memerintahkan penembakan,” ujar Hariansyah Usman, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Riau.

Hariansyah menambahkan, pengamanan dengan kekerasan yang dilakukan kepolisian juga terjadi sebelumnya pada tanggal 5 Mei 2010 lalu dalam kasus yang sama ketika petani berunjukrasa dan polisi mengeluarkan tembakan. Seorang petani sawit perempuan saat itu terinjak-injak. (gus).

Tidak ada komentar: