Minggu, 13 Maret 2011

Pulau Terluar Rawan Konflik

BATAM – Sejumlah pulau terluar Indonesia yang berbatasan dengan negara tetangga seperti Singapura, Cina, Malaysia dan Vietnam rawan konflik disebabkan belum jelasnya batas batas negara.




Komandan Lanal (Danlanal) Ranai, Kolonel Nur Singgih Prihartono mengatakan, Indonesia memiliki sekitar 92 pulau terluar yang berbatasan dengan negara tetangga seperti Cina, Vietnam, Singapura, Malaysia, Australia, Papua Nugini dan lainnya.

Dari 92 jumlah pulau terluar tersebut, dua di antaranya berada di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yakni, Pulau Sekatung (Natuna) berbatasan dengan Vietnam dan Pulau Nipah (Batam) berbatasan dengan Singapura.

”Sebagian besar pulau terluar di Indonesia rawan konflik termasuk Pulau Sekatung dan Nipah di Provinsi Kepri,” katanya akhir pekan lalu.

Sebagian besar pulau terluar tersebut belum memiliki batas batas yang jelas dengan negara tetangga, selain itu juga banyak pulau yang tidak berpenghuni, sehingga berpotensi menimbulkan konflik dengan negara tetangga.

“Salah satu faktor yang mendorong konflik dengan negara tetangga di Pulau Sekatung adalah mengenai batas wilayah laut. Secara Internasional diakui bahwa batas wilayah laut Pulau Sekatung Utara adalah 60 mil dan 200 mil berada pada Zona Ekonomi Eklusif (ZEE). Kenyataan di lapangan, kapal patroli asing terutama China, seringkali tidak mengakui batas wilayah tersebut dan sering memasuki perairan itu,” katanya.

Pada bulan Juni tahun 2010 lalu, kata dia kapal patroli China mengawal kapal nelayan dari negaranya hingga memasuki perairan laut Indonesia. Mengetahui kejadian itu, kapal patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan mendekat dan menyuruh mereka keluar dari daerah Indonesia.

Namun kapal patroni China bukannya keluar dari perairan Indonesia tetapi malah menggertak dan menodongkan senjata ke arah kapal patroli DKP. Kapal Patroli DKP yang tidak dilengkapi persenjataan serta peralatan yang lengkap akhirnya mundur dan melaporkan kejadian tersebut ke Lanal Ranai. Kemudian pasukan marinir turun sehingga terjadi ketegangan.

Masing masing pihak pada saat itu selanjutnya melaporkan ke ke atasan mereka masing-masing terkait persoalan tersebut dan tak lama kemudian, kapal patroli China berikut kapal-kapal nelayan mereka meninggalkan wilayah perairan Indonesia.

Konflik seperti itu kata Nur akan terjadi lagi jika pemerintah tidak segera menetapkan batas wilayah laut dengan negara tetangga, sebab sampai saat ini China masih belum mengakui batas wilayah Indonesia yang 60 mil yang telah disepakati internasional tersebut.

Untuk menghindari konflik dengan negara tetangga tersebut, kata Nur TNI Angkatan Laut selalu melakukan pengamanan di pulau pulau terluar terutama pulau Pulau Sekatung. TNI AL juga sering menggelar operasi pengamanan dengan mengerahkan kapal perang dan pesawat udara patroli maritim.

Selain itu, TNI AL juga akan melaksanakan survei hidrografi untuk menetapkan batas wilayah negara di laut, dan menempatkan sejumlah pasukan mariner di pulau terluar.

Butuh Teknologi

Kepala Dinas Pengadaan TNI Angkatan Laut, Laksamana Pertama TNI Suryo Djati Prabowo mengatakan, wilayah perairan Indonesia sangat luas dan sebagian besar dari wilayah tersebut berbatasan langsung dengan negara tetangga.

Untuk mengamankan darat dan laut Indonesia dibutuhkan peralatan yang canggih seperti kapal patroli cepat, kapal perang dan lainnya agar seluruh wilayah darat dan laut Indonesia bisa diamankan. Oleh karena itu, TNI AL menyambut baik langkah yang dilakukan perusahaan galangan kapal di Batam yang sudah mampu memproduksi kapal perang dan kapal cepat rudal yang berguna untuk menambah fasilitas pengamanan pulau terluar dan wilayah laut Indonesia.

“Kapal perang yang diproduksi di Batam yang diberinama KCR-40 Clurit memiliki Kecepatan 30 knot dan ini satu-satunya kapal cepat rudal di Indonesia buatan anak bangsa di Batam,” kata Suryo sewaktu berkunjung di PT Palindo Marine Industri, Tanjunguncang Batam, Jumat (4/2).

Menurutnya, Industri shipyard di Batam mengukir sejarah baru, setelah berhasil menyelesaikan pengerjaan Kapal Cepat Rudal (KCR) dalam waktu kurang dari setahun. Hebatnya lagi, kapal perang yang memiliki kemampuan mengangkut dan menembakkan rudal tersebut, seluruh desain dan pengerjaanya dilakukan putra-putri Indonesia, kemudian sebagian besar material pembuatan kapal perang diproduksi dari dalam negeri.

Kapal Cepat Rudal KCR -40 Clurit terbuat dari baja-alumnium dikembangkan oleh PT Palindo Marine Industri yang pemasarannya untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Kapal tersebut dilengkapi dengan sistem persenjataan modern berupa Sensor Weapon Control (Sewaco) modern, Meriam caliber 30 MM 6 laras sebagai Close in Weapon System (CIWS) serta peluru kendali.

Kapal dengan sistem propulsi Fixed Propeller 5 daun ini juga akan dilengkapi 1 unit meriam 6 barel caliber 30 MM, meriam anjungan 2 unit caliber 20 MM dan peluru kendali 2 set Rudal C-705. Dalam waktu dekat, kapal perang ini akan diuji coba sebelum masuk ke jajaran operasional TNI AL. (gus).


Tidak ada komentar: