Minggu, 13 Maret 2011

Perlunya Merubah Paradigma

Sistem pengelolaan dan pembangunan perpustakaan di Indonesia mestinya dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang demikian cepat untuk menggiring masyarakat mau memaksimalkan fungsi perpustakaan, untuk itu paradigman pembangunan dan pengelolaannya perlu dirubah.




Cara cara konvensional dalam membangun dan mengelola perpustakaan sudah saatnya untuk dibenahi dengan mengikurtsertakan perkembangan teknologi dalam aplikasi pengelolaanya. Itu dilakukan untuk mempermudah pustakawan atau masyarakat pengguna perpustakaan mendapatkan literature atau ilmu yang di inginkannya.

Memang tidak mudah untuk merubah paradigma dalam mengelola perpustakaan dari konvensional ke modern karena dibutuhkan biaya dan kesiapakan pengelolanya, namun hal itu bukan menjadi alasan bagi pengelola perpustakaan di Indonesia untuk tidak mengadopsi teknologi tersebut karena bagaimanapun perpustakaan sebagai sarana mencerdaskan bangsa perlu diberdayakan.

Jajang Hasyim selaku Kepala Bidang Data & informasi Perguruan Tinggi & Litbang Kementrian Riset dan Teknologi sewaktu berkunjung ke Batam pernah mengatakan tentang perlunya mengubah paradigma pengelolaan perpustakaan dari yang sifatnya konvensional ke arah perpustakaan digital, apalagi dengan adanya kemajuan teknologi yang sangat memungkinkan terjadinya perubahan tersebut.

Perubahan paradigma tersebut perlu seiring semakin penting dan strategisnya peran data dan informasi iptek dalam perumusan kebijakan bidang iptek yang mendukung sistem inovasi nasional maupun sistem inovasi daerah, maka koordinasi dalam pengelolaan data dan informasi terutama antar instansi yang terkait dengan litbang mutlak diperlukan.

Kepala Badan Komunikasi dan Informasi Kota Batam, Raja Muchsin mengatakan
masih banyak perpustakaan di Kota Batam yang pengelolaannya dilakukan secara manual. Kemudian untuk menjangkau masyarakat dan sekolah terpencil juga juga terdapat program perpustakaan keliling dengan menggunakan mobil maupun motor.

“Anggaran terbatas merupakan alasan belum dapat diterapkannya perpustakaan digital, meskipun hal itu telah menjadi salah satu rencana dalam pengembangan perpustakaan selanjutnya,” kata dia.

Sebagian besar perpustakaan tersebut berada di hinterland atau daerah terpencil yang sulit dijangkau karena terbatasnya akses transportasi. Namun, perpustakaan yang ada di pusat kota Batam saat ini sudah banyak yang sudah mengaplikasikan pengggunakan teknologi dalam pengelolaannya seperti yang dilakukan Perpustakaan Politeknik Batam dan Otorita Batam.

Politeknik Batam (Poltek Batam) yang sudah menyandang status sebagai Politeknik Negeri yang diresmikan oleh Presiden SBY pada 21 November 2010 sudah memiliki perpustakaan digital yang dapat digunakan di tiga jurusan teknik yang telah ada yakni jurusan elektro, informasi, akuntansi.

Dengan system perpustakaan digital tersebut maka Poltek Batam dapat ikut mengakses portal KRT (Kementrian Riset dan Teknologi) Pustaka Iptek yang baru diluncurkan oleh Menteri Ristek, guna meningkatkan pengetahuan para peneliti dan mahasiswa.

Hal yang sama juga dilakukan di unit pusat pengolahan data dan informasi yang dikelola oleh Badan Pengelola Batam (BP Batam). Unit yang langsung bertanggungjawab kepada Kepala Badan Pengusahaan Batam (Otorita Batam) membawahi empat bidang, yaitu data & informasi, media & infrastruktur, pengusahaan teknologi informasi, dan persandian. Pusat Data yang dimiliki Otorita Batam tersebut memiliki fasilitas bangunan empat lantai serta didukung oleh sumber daya manusia professional.

Menurut Raja Muchsin, kondisi umum pengelolaan perpustakaan termasuk pengeolaan data dan informasi di wilayah Kota Batam menunjukkan kesiapan Kota Batam dalam membangun data base iptek yang terkoordinir dan terintegrasi, walaupun saat ini tidak semua institusi yang terkait dengan penyediaan data dan informasi iptek telah menggunakan teknologi yang memadai. Namun demikian, hal tersebut dapat ditanggulangi dengan adanya infrastruktur yang memadai serta didukung oleh SDM professional. (gus).

Tidak ada komentar: