BATAM – Sekelompok orang yang diduga warga lokal melakukan aksi pengrusakan Gereja Bethel Indonesia (GBI) di Kecamatan Nongsa Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau menyebabkan umat Kristiani di sekitar daerah tersebut tidak dapat melakukan ibadah.
Pengurus Gereja GBI Nongsa, Pdt Markiano Sembiring mengatakan, pengrusakan gereja GBI terjadi pada dini hari sekitar pukul 01.00 WIB akhir pekan lalu, oleh sekelompok orang tidak dikenal yang menggunakan sepeda motor.
Gereja yang baru dibangun sekitar tiga bulan lalu tersebut akhirnya rusak pada tiap dinding yang masih baru dibangun dengan kayu dan triplek, sehingga umat tidak dapat melakukan kebaktian.
“Gereja ini sudah dibangun tiga bulan lalu dan pendiriannya sudah mendapat persetujuan dari warga sekitar, namun masih ada juga yang protes dan ingin menghancurkan gereja ini,” katanya, Senin (9/5).
Atas kejadian pengrusakan itu, pengurus GBI sudah membuat laporan ke Polisi untuk ditindak lanjuti.
Menurut Markiano, Gereja GBI Nongsa baru berdiri sekitar tiga bulan lalu dan dalam pendiriannya, sudah mengantongi ijin dari Pemerintah Daerah namun baru bersifat sementara. Sementara itu, pengurus GBI juga sudah mendapat ijin dari warga setempat. Oleh karena itu. Oleh sebab itu, dia mengaku heran dengan adanya keberatan atas pembangunan gereja tersebut dan melakukan pengrusakan. Akibat pengursakan itu, GBI mengalami kerugian lebih dari 20 juta rupiah.
Wakapolresta Barelang AKBP Yohannes Widodo mengatakan, kepolisian akan memfasilitasi pertemuan antara warga setempat dengan pihak GBI untuk mencari solusi agar tidak terjadi lagi pengursakan gereja.
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kepri Azhari Abbas menyayangkan aksi pengerusakan itu. Menurutnya, warga setempat seharusnya tidak terpancing atau terprovokasi dengan aksi pengrusakan itu.
"Masyarakat harus hati-hati dan tidak main hakim sendiri. Jika ada masalah, sebaiknya dilakukan musyawarah. Semua ada aturan. Ikuti aturan itu. Kalau memang ada masalah, masyarakat lebih baik menyampaikan aspirasinya ke pemerintah ataupun Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKAUB) untuk mencari jalan keluarnya. Kita punya pemerintah dan aparat penegak hukum. Jangan sampai peristiwa seperti ini terulang lagi," katanya.
Azhari mengimbau agar masyarakat lebih tenang dan tidak mengedepankan kekerasan. Sebab semua agama tidak mengajarkan seseorang untuk menjadi pemarah bahkan sekalipun dipancing atau diprovokasi. Oleh karena itu, jalan satu-satunya adalah dengan cara menahan diri dan bermusyawarah. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar