BATAM – Perusahaan elektronik asal Jepang, Panasonic berencana mengurangi sekitar 10 persen atau 40 ribu karyawannya di luar Jepang termasuk di Batam untuk merampingkan operasi bisnisnya paska merger antara Panasonic Electric Works dan Sanyo Electric.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam Rudi Sakyakirty mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan laporan dari manajemen Panasonic yakni PT Panasonic Shikoku Elektronics untuk mengurangi pekerjanya secara bertahap sejak tahun 2010 lalu.
"PT Panasonic Shikoku memang telah melakukan pengurangan sejak tahun lalu, jumlah karyawan yang telah dikurangi ratusan orang dan akan terus dilakukan secara bertahap hingga saat ini,” katanya, Kamis (28/4).
Perusahaan Panasonik lainnya yaitu PT Panasonic Batam Centre bahkan sudah menghentikan kegiatan produksinya sedangkan PT Sanyo Precision dan PT Teac yang masih punya hubungan dengan Panasonic juga berencana akan menghentikan kegiatan produksinya di Batam.
Menurutnya, penghentian ratusan pekerja bahkan ribuan pekerja Panasonic di Batam berdasarkan sumber dari manajemen Pansonic dilakukan untuk efisiensi dan perampingan operasional bisnisnya. Selain itu juga dipicu dampak dari bencana gempa bumi dan tsunami Jepang yang terjadi beberapa waktu lalu.
Sementara itu, berdasarkan pengumuman resmi yang dikeluarkan Panasonic dari Osaka Jepang pada hari Kamis (28/4) disebutkan perusahaan tersebut akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atas 40 ribu pekerjanya atau sekitar 10 persen dari total pekerjanya saat ini dalam dua tahun ke depan, terutama para karyawannya di luar Jepang.
Rencana itu dilakukan sebagai bagian dari usaha Panasonik untuk merampingkan operasi bisnisnya yang tumpang tindih antara pekerja di Panasonis Electric Works dan Sanyo Electric, yang pada 1 April disatukan unitnya setelah dilakukan merger.
Untuk itu, manajemen Panasonic menawarkan pensiun dini secara sukarela kepada para pekerjanya mulai April 2012, terutama pada untuk karyawan di luar Jepang.
Seperti diketahui, sebelum merger, Panasonic memiliki 220 ribu karyawan di Panasonic Electric Works. Dari jumlah itu, sebanyak 60 ribu bekerja di Panasonic Electric Works dan 100 ribu di Sanyo.
Perusahaan Jepang
Consulate Generale of Japan, Shigeya Aoyama ketika berkunjung ke Batam Jumat (8/4) mengatakan, banyak perusahaan Jepang di Batam sudah menutup usahanya dan pindah ke negara lain disebabkan banyak faktor. Misalnya, tingginya tarif listrik yang menyebabkan biaya produksi terus meningkat.
“Pengusaha Jepang banyak yang mengeluh ke Konsulat Jenderal Jepang bahwa tarif listrik di Batam terlalu tinggi bahkan lebih tinggi dibanding Singapura sehingga mereka tidak bisa kompetitif dan memilih merelokasi pabriknya ke negara lain seperti Vietnam,” katanya.
Ditambahkan, perbandingan tarif listrik di Batam dengan Vietnam tidak terlalu mencolok namun pemerintah Vietnam memberi kemudahan lain bagi investor Jepang, misalnya memberi VoA yang lebih murah.
Sementara itu, pemerintah Indonesia justru memberlakukan biaya VoA yang lebih tinggi. Akibatnya dari 2.000 pekerja asal Jepang saat ini hanya tinggal sekitar 200 orang saja. Jumlah turis Jepang ke Batam juga menurun sejak diberlakukannya VoA dengan sistem berkelompok. Melalui mekanisme itu maka setiap empat orang akan dikenakan biaya VoA sebesar 10 dollar AS, sedangkan bagi wisatawan yang datang sendirian akan dikenakan VoA 25 dollar AS untuk waktu kunjung selama 30 hari.
“Pemberlakuan VoA di Batam sangat memberatkan turis dan pekerja Jepang sehingga jika ingin menarik investor dan turs asal Jepang maka pemerintah Indonesia harus menurunkan VoA untuk warga Jepang,” katanya. (gus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar