Rabu, 20 Juli 2011

Solar Langka, Nelayan Kepri Tak Melaut

LINGGA – Sejumlah nelayan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) terpaksa tak melaut atau mencari ikan sejak dua pekan lalu hingga saat ini karena kesulitan mendapat Bahan Bakar Minyak Solar, akibatnya harga ikan di sejumlah pasar tradisional mengalami peningkatan.



Kepala Desa Berindat Kabupaten Lingga Provinsi Kepri, Hairiansyah mengatakan, krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) khususnya solar di Kabupaten Lingga yang terjadi sejak beberapa pekan lalu semakin parah dan sudah memberikan dampak signifikan terhadap masyarakat, terutama nelayan yang sangat bergantung dengan solar untuk menjalankan perahu motor mereka.

“Kalau krisis BBM berlangsung lama, warga akan sulit memenuhi kebutuhan sehari-harinya, makanpun bisa susah,” katanya, Minggu (10/7).

Menurutnya, warga yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan saat ini banyak yang tak dapat turun ke kelong atau rumah tangkapan ikan ataupun melaut karena tidak adanya solar untuk mendukung jalannya mesin kapal. Untuk mendapatkan solar, warga saat ini harus membeli dengn harga tinggi, padahal pada waktu normal saja harganya sudah cukup tinggi yakni 5.500 rupiah per liter untuk solar subsidi, sedangkan solar untuk industri dijual seharga 8.600 rupiah per liter.

Seorang nelayan, Zulkfli mengatakan, sudah sejak satu pecan lalu dia menganggur karena tidak bisa mendapatkan solar untuk melaut. Kelangkaan solar di Lingga ditengarai kibat penyelewengan yang dilakukan oknum masyarakat yang ingin mengambil untung tinggi. Itu bisa terjadi karena lemahnya pengawasan dalam proses distribusi ke masyarakat. Selain itu, solar subsidi yang harusnya dijual ke nelayan juga banyak yang dijual ke perusahaan pertambangan yang banyak beroperasi di Lingga.

Kelangkaan solar juga terjadi di daerah lain Provinsi Kepri seperti Batam, Tanjung Pinang, Bintan dan Karimun, akibatnya banyak nelayan yang tidak melaut. Kelangkaan BBM di Kepri dipicu oleh aksi sekelompok orang yang melakukan penimbunan agar mendapat keuntungan besar karena solar subsidi dijual ke industri.

Gubernur Kepri, H M Sani mengatakan, aksi penimbunan solar di Kepri semakin marak dan melibatkan sejumlah aparat Negara. Seperti yang terjadi di Tanjung Pinang yang melibatkan oknum TNI. Pihak kepolisian sendiri dalam dua pekan terakhir telah menemukan tiga kasus penimbunan bahan bakar minyak (BBM) solar yang dilakukan oknum TNI.0

Harga Ikan

Tindakan sejumlah nelayan di Kepri yang tidak melaut telah memicu peningkatan harga ikan, seperti yang terjadi di Batam. Harga ikan mengalami peningkatan rata rata sebesar 20-30 persen.

Seorang pedagang ikan di Pasar Toss 3000 Batam, Ratih mengatakan, harga ikan melonjak sejak pekan lalu disebabkan pasokan berkurang. Ikan patin yang biasanya dijual 13 ribu per kilo gram saat ini harganya menjadi 17 ribu sampai 20 ribu rupiah per kilo gram. Harga ikan laut ukuran kecil yang biasanya 9 ribu rupiah per kilogram naik cukup tinggi hingga 23 ribu per kilogram.

Seorang pemasok ikan, Tono mengatakan, peningkatan harga ikan di Batam dipengaruhi oleh beberapa factor. Pertama, pasokan dari nelayan turun disebabkan banyak nelayan yang tidak melaut, kedua, tidak diperkenankanya lagi impor ikan yang mempengaruhi pasokan semakin berkurang padahal permintaan terus tumbuh. Ketiga, bersamaan waktu menjelang bulan Ramadhan yang memicu peningkatan konsumsi sehingga pedagang mulai menaikan harga.

Peningkatan harga ikan juga terjadi di sejumlah pasar tradisional di Kota Tanjung Pinang, Bintan dan Lingga dengan rata rata kenaikan 20-30 persen. (gus).


Tidak ada komentar: