Rabu, 20 Juli 2011

Pupuk Bersubsidi Hilang di Kepri

BINTAN – Petani di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) kesulitan mendapat pupuk bersubsidi khususnya pupuk NPK untuk menyuburkan lahan pertaniannya, sehingga dikuatirkan mengalami gagal panen.



Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau, Dalmasri mengatakan, petani kesulitan mendapat pupuk NPK bersubsidi sejak beberapa pekan ini karena persediaan di pedagang habis. Pedagang saat ini banyak menjual pupuk NPK tanpa subsidi dengan harga mahal dan kebanyakan petani tidak mampu untuk membelinya.

Jika keberadaan pupuk NPK bersubsidi itu terus kosong hingga beberapa pekan kedepan, dikuatirkan petani tidak bisa menyuburkan lahanya sehingga potensi gagal panen semakin besar.

Menurut Dalmasri, salah satu penyebab kelangkaan pupuk di Kepri karena belum tersedianya gudang pupuk yang menjadi syarat bagi Pabrik Pupuk Sriwijaya untuk menyalurkan pupuk ke Kepri.

“Keberadaan gudang pupuk menjadi persyaratan yang diminta oleh pabrik Pupuk Sriwijaya (Pusri) agar ketersediaan pupuk di Kepri dapat terjamin," katanya, Rabu (13/7).

Keberadaan gudang pupuk tersebut sudah diminta petani sejak Gubernur dijabat Ismeth Abdullah dan telah dilakukan peletakan batu pertama pembangunan pupuk tahun 2009 lalu, namun hingga masa pemerintahan Gubernur HM.Sani saat ini pembangunannya tidak direalisasikan, padahal anggaran untuk membangun gudang pupuk tersebut relatif kecil.

Kelangkaan pupuk di Kepri juga diduga disebabkan PKD atau Pusat Koperasi Distribusi sebagai distributor pupuk bersubsidi satu satunya di Kepri telah menjual pupuk bersubsidi ke perusahaan pertanian, sehingga pasokan untuk petani berkurang.

Ketua Pusat Koperasi Distribusi (PKD) Kepri, Baharudin membantah hilangnya pupuk bersubsidi jenis tertentu di masyarakat akibat lebih banyak disalurkan kepada perusahan pertanian. Dia juga menampik tudingan sebagian masyarakat bahwa sulitnya petani memperoleh pupuk bersubsidi karena pupuk yang tersedia telah diborong oleh spekulan.

"Isu itu tidak benar. Karena selama ini pupuk yang kita salurkan kepada masyarakat khususnya petani sesuai RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) yang ada," katanya.

Menurutnya, untuk saat ini beberapa jenis pupuk seperti Urea stoknya masih tersedia, namun untuk pupuk yang banyak dipakai petani seperti NPK persediaannya kosong. Pupuk NPK banyak dipakai petani di Kepri untuk pertumbuhan buah dan daun, dengan harga 450 ribu rupiah per karung untuk non subsidi, sedangkan pupuk NPK yang bersubsidi hanya 115 ribu rupiah.

Bahar menambahkan, selama ini pupuk di Kepri didatangkan dari Dumai dan stok pupuk di termpat tersebut tersedia, namun pihaknya tidak dapat menambah jumlah pembelian karena sudah disesuaikan dengan kuota sebanyak 500 ton untuk sekali pembelian.

Kondisi tersebut menyebabkan PKD kesulitan memenuhi permintaan petani di Kepri karena konsumsi terus mengalami peningkatan sedangkan pasokan tetap. (gus).

1 komentar:

omyosa mengatakan...

SUDAHLAH, JANGAN MENGELUH !!!
MARI KITA BUAT PETANI TERSENYUM
KETIKA PANEN TIBA

Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk-produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia, NPK yang antara lain terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita, dan sudah dilakukan sejak 1967 (masa awal orde baru) , dengan produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1984 pada saat Indonesia mencapai swasembada beras dan kondisi ini stabil sampai dengan tahun 1990-an.
Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama kimia yang sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin tidak subur, semakin keras dan hasilnya dari tahun ketahun terus menurun.

Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.

System of Rice Intensification (SRI) yang telah dicanangkan oleh pemerintah (SBY) beberapa tahun yang lalu adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas, serta harga produk juga jauh lebih baik. Tetapi sampai kini masih juga belum mendapat respon positif dari para petani kita, karena pada umumnya petani kita beranggapan dan beralasan bahwa walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam proses budidayanya.

Selain itu petani kita sudah terbiasa dan terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang praktis dan serba instan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga umumnya sangat berat menerima metoda SRI ini. Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.

Kami tawarkan solusi yang lebih praktis yang perlu dipertimbangkan dan sangat mungkin untuk dapat diterima oleh masyarakat petani kita untuk dicoba, yaitu:

"BERTANI DENGAN POLA GABUNGAN SISTEM SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK AJAIB SO/AVRON/NASA + EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS (EM16+), DENGAN SISTEM JAJAR LEGOWO".

Cara gabungan ini hasilnya tetap PADI ORGANIK yang ramah lingkungan seperti yang dikehendaki pada pola SRI, tetapi cara pengolahan tanah sawahnya lebih praktis, dan hasilnya bisa meningkat 60% — 200% dibanding pola tanam sekarang.

Semoga petani kita bisa tersenyum ketika datang musim panen.

AYOOO PARA PETANI DAN SIAPA SAJA YANG PEDULI PETANI!!!! SIAPA YANG AKAN MEMULAI? KALAU TIDAK KITA SIAPA LAGI? KALAU BUKAN SEKARANG KAPAN LAGI?

CATATAN:
Bagi Anda yang bukan petani, tetapi berkeinginan memakmurkan/mensejahterakan petani sekaligus ikut mengurangi tingkat pengangguran dan urbanisasi masyarakat pedesaan, dapat melakukan uji coba secara mandiri system pertanian organik ini pada lahan kecil terbatas di lokasi komunitas petani sebagai contoh (demplot) bagi masyarakat petani dengan tujuan bukan untuk Anda menjadi petani, melainkan untuk meraih tujuan yang lebih besar lagi, yaitu Anda menjadi agen sosial penyebaran informasi pengembangan system pertanian organik diseluruh wilayah Indonesia.

Semoga Indonesia sehat yang dicanangkan pemerintah dapat segera tercapai.

Terimakasih,

Omyosa -- Jakarta Selatan
02137878827; 081310104072