Selasa, 05 Juli 2011

Adu Kuat Bank Papan Atas



Tabel : Suku Bunga dasar kredit

No Bank Korporasi (%)Retail (%) KPR (%) Non KPR (%)

1 BCA 9 11 9,50 10,05
2 BII 10,69 11,52 11,75 10,37
3 BNI 11,00 13,05 11,90 13,00
4 BTN 10,10 10,10 10,85 10,85
5 Mandiri 11,25 13,00 11,75 13,25
6 BRI 11,10 13,32 11,91 13,59
7 Danamon 11,00 13,00 12,50 -
8 Permata 11,00 11,25 12,00 10,50
9 CIMB Niaga 11,25 11,50 11,25 11,50
10 Panin 11,77 11,77 12,27 12,27

Sumber : dari berbagai sumber, 2011


Persaingan perbankan di tanah air semakin ketat sehingga bank dituntut memberikan layanan dan produk inovatif untuk merebut dana masyarakat. Bank juga diminta untuk tidak hanya melulu meningkatkan Net Interest Income saja, tapi juga harus meningkatkan portfolio Fee Based Income-nya dan harus berani berinvestasi serta menyalurkan pembiayaan di high return businesses misalnya ke sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk memperbesar asetnya.





Tabel : 10 Bank dengan jumlah asset Paling Besar, 2010

No Nama Bank Jumlah Asset (Rp)

1 PT Bank Mandiri Tbk 410,619 triliun
2 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk 395,396 triliun
3 PT Bank Central Asia Tbk 323,345 triliun
4 PT Bank Negara Indonesia Tbk 241,169 triliun
5 PT Bank CIMB Niaga Tbk 142,932 triliun
6 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 113,861 triliun
7 PT Pan Indonesia Bank Tbk 106,508 triliun
8 PT Bank Permata Tbk 74,04 triliun
9 PT Bank Internasional Indonesia Tbk 72,03 triliun
10 PT Bank Tabungan Negara Tbk 68,334 triliun

Sumber : Bank Indonesia

Peta persaingan perbankan di tanah air semakin ketat seiring masuknya beberapa bank asing, salah satunya bank asing konvensional dari Singapura dan Malaysia yakni Temasek Holding yang menguasai 68 persen saham di Bank Danamon, OCBC Bank dengan kepemilikan saham sebesar 70 persen di Bank NISP, CIMB Niaga yang sahamnya sebesar 60 persen dikuasai Khazanah Nasional Bhd serta 20 persen milik CIMB Bank.

Selain itu, ANZ dari Australia, Standard Chartered Bank, HSBC, Barclays yang berasal dari Inggris, Rabobank dari Belanda, Texas Pacific dan Mercy Corp dari Amerika serikat, ICBC dari China, State Bank of India dari India, Tokyo Mitsubishi dari Jepang dan IFC dari Korea Selatan serta Kuwait Finance House (KFH) dengan kepemilikan saham terbesar di sejumlah bank Nasional.

Pengamat dan Praktisi Perbankan, Andy Rio Wijaya menyebut, masuknya bank-bank asing ke Indonesia mesti ditanggapi serius oleh Bank Indonesia terutama industri perbankan nasional, sebab bank asing tersebut sudah dapat dipastikan membawa sistem dan strategi bisnis terbaik yang telah diimplementasikan sekian lama di negara mereka. Oleh karenanya, Bank nasional harus siap dan mampu bersaing.

Untuk itu, diperlukan dukungan dari pemerintah dan BI sebagai regulator melalui kebijakan yang lebih supportive terhadap bank nasional. Perbankan Nasional juga harus bisa memberikan servis yang berkualitas serta produk inovatif kepada nasabah.

”Kualitas servis yang baik sangat penting untuk meningkatkan kepuasan dan juga loyalitas customer,” katanya.

Bagi Bank nasional yang sudah listed di pasar saham harus meningkatkan kinerja keuangannya agar dapat meningkatkan nilai Kapitalisasi pasarnya (Maket Capitalization), sebab semakin besar nilai Market Capitalization suatu perusahaan terbuka mengindikasikan kinerja yang baik. Selain itu, tingginya nilai outstanding market capitalization juga akan menyulitkan pihak lain untuk membeli perusahaan tersebut.

Salah satu strategi untuk memenangi persaingan yang semakin ketat tersebut, selain fokus pada peningkatan Net Interest Income, Bank juga mestinya bisa meningkatkan portfolio Fee Based Income dan harus berani berinvestasi menyalurkan pembiayaan di high return businesses misalnya ke sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk memperbesar asetnya.

Kondisi tersebut masih jarang dilakukan karena Bank nasional saat ini masih meningkatkan sikap kehati hatian atau sangat prudent ketika menyalurkan kredit terlebih untuk sektor usaha kecil dan menengah. Selain itu, tingkat bunga bank yang tinggi juga

Menjadi kendala bagi masyarakat untuk mengajukan kredit, mengingat tingkat pengembalian yang besar. Dari 10 bank yang memiliki asset terbesar pada 2010, rata rata suku bunga dasar kredit yang diberikan berkisar 9-13 persen. Angka tersebut masih jauh diatas suku bunga acuan atau BI Rate yang sekitar 6 persen.

Ekonom dari Malang Moch Doddy Arifianto mengatakan, rata-rata suku bunga kredit perbankan saat ini sekitar 13,0 persen, angka itu bisa ditekan lebih rendah lagi karena net interest margin (NIM) perbankan Indonesia masih cukup tinggi bahkan merupakan salah satu yang tertinggi di dunia di kisaran 5,5 persen.

Doddy memaklumi NIM mencerminkan risiko kredit di samping opportunity cost. Karena itu, NIM bisa ditekan ke bawah 5 persen. Sebab, rata-rata NIM di Negara Asean hanya 3-4 persen. NIM 5,5 persen juga mencerminkan risiko kredit di Indonesia lebih tinggi dibandingkan Negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia.

Ketua Umum Kadin, Suryo Bambang Sulisto mengatakan, tingginya suku bunga kredit perbankan nasional menyebabkan sejumlah pengusaha mencari pembiayaan dari bank asing yang memberikan suku bunga rendah. Untuk itu, perbankan nasional harus menurunkan suku bunga kredit komersial hingga di bawah 10 persen agar perusahaan di dalam negeri bisa lebih kompetitif dan pengusaha juga tak perlu lagi mencari pembiayaan lewat bank asing.

Ketua Perbanas Sigit Pramono menyadari tingginya suku bunga masih menjadi kendala bagi bank untuk menyalurkan kredit, ditambah lagi dengan kondisi sektor rill yang masih belum mampu lari kencang karena persoalan buruknya infrastruktur, kekurangan pasokan energi, listrik, kepastian hukum, dan peraturan ketenagakerjaan yang meningkatkan risiko bisnis di tanah air.

Selain kesulitan menyalurkan kredit, perbankan nasional juga masih menghadapi kendala lain seperti buntunya pengawasan perbankan dan OJK karena tertahan persoalan-persoalan politik. Kebijakan Bank Indonesia masih dianggap belum mendukung kebutuhan kalangan perbankan karena sejumlah kalangan perbankan masih berpikir bahwa peraturan yang ada sekarang ini belum membuka peluang bagi pertumbuhan bank.

lalu, soal pengaturan keuntungan perbankan yang seharusnya menjadi intensif ekonomi atau daya tarik dan motivasi pengusaha untuk berbisnis. Di Indonesia justru keuntungan perbankan masih menjadi bagian dari hal-hal yang diregulasi pemerintah dan seharusnya itu tidak perlu.

Meski menghadapi sejumlah tantangan, namun peluang untuk meraih keuntungan di industri perbankan di tanah air juga tinggi seiring jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang stabil. Alhasil, sejumlah bank nasional mencatat pertumbuhan laba dan pendapatan selama 2010 lalu seperti yang terjadi pada Bank Internasional Indonesia. Laba bersih BII tercatat 461 miliar rupiah sepanjang 2010, padahal perseroan sebelumnya mengalami rugi bersih 41 miliar rupiah pada 2009.

Portofolio kredit BII pada 2010 tumbuh sebesar 35 persen dibandingkan akhir tahun 2009, melampaui pertumbuhan industri sebesar 20 persen. Pertumbuhan kredit yang signifikan itu membawa total aset BII pada level 75,2 triliun rupiah naik 23 persen dibandingkan 2009.

Ridha Wirakusumah, Presiden Direktur dan CEO BII mengatakan Tren pertumbuhan meningkat yang telah dicapai pada 2010 merupakan hasil kerja keras sejak pertengahan tahun 2009 dalam memperbaiki basic fundamental dan membangun fondasi yang kuat.

“BII telah memperkuat momentum pertumbuhan, meskipun masih banyak yang harus dicapai untuk mewujudkan pertumbuhan bisnis yang lebih besar dan meningkatkan pangsa pasar,” katanya.

Pengamat perbankan, Deni Daruri mengatakan persaingan di industri perbankan memang semakin ketat untuk merebut dana nasabah, terlebih saat ini jumlah nasabah kaya semakin meningkat. Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per September 2010 saja, terjadi kenaikan dana simpanan di atas 5 miliar rupiah sebesar sebesar 33,88 triliun rupiah. Sementara untuk simpanan di atas 2 miliar rupiah mencapai 100,75 ribu rekening senilai 1.049,29 triliun rupiah.

“Jadi wajar saja jika bank mana pun berusaha untuk mempertahankan nasabah-nasabah berduit agar tetap bertahan di Perusahaan,” katanya.

Berburu nasabah-nasabah tajir juga menjadi tren di industri perbankan saat ini dan untuk ke depan karena dengan meraup jumlah yang besar para nasabah kaya akan semakin menambah nilai kelolaan bagi industri perbankan.

Menurut Deni, untuk merebut para nasabah kaya seperti itu, perbankan harus memberikan kualitas pelayanan dan fasilitas IT serta akomodasi yang ekstra baik.

"Yang penting dilakukan perbankan untuk bisa menggaet para nasabah istimewa ini adalah easy dan secure payment, mudah dan aman. Sedang hal-hal lain seperti ruangan yang nyaman, itu hanya sebagai fasilitas pendukung saja," katanya.

Menurutnya, beberapa bank besar saat ini tengah bersaing untuk memperebutkan nasabah kaya, Bank Mandiri misalnya melalui produknya yang disebut Mandiri Prioritas, telah berhasil menggaet lebih dari 50.000 nasabah per September 2010 atau naik dibandingkan posisi Juni 2009 sebanyak 44.000 nasabah.

Senior Vice President Wealth Management Bank Mandiri, Inkawan D. Jusi mengatakan kunci sukses untuk mengaet nasabah kaya tersebut adalah layanan. Mandiri Prioritas merupakan bentuk layanan eksklusif bagi nasabah utama Bank Mandiri, di mana nasabah mendapatkan layanan perbankan yang fokus dalam bentuk pengelolaan, pengembangan dan perlindungan aset.

Meski nasabah kaya punya potensi besar meningkatkan dana kelolaan perbankan, namun bank harus hati hati menjaga dana nasabah tersebut karena kasus yang terjadi di Citybank beberapa waktu lalu membuat nasabah kaya ekstra hati hati menyimpan dananya di Bank. Kasus di Citybank juga menyebabkan BI membekukan membekukan' sementara layanan private banking selama satu bulan terhadap 23 bank untuk mencari nasabah baru dengan alasan ke 23 bank tersebut menggunakan pola yang sama seperti kasus yang terjadi di Citibank. Tetapi bank tetap boleh menarik nasabah kaya baru, namun tidak menggunakan layanan premium.

Beberapa persyaratan dari BI yang harus dipenuhi ke 23 bank tersebut jika ingin membuka layanan private banking kembali diantaranya, bank harus menyempurnakan dan memperbaiki 3S yakni Sistem Prosedur, Sarana (CCTV, Voice Recorder, SDI) dalam waktu 1 bulan. DAI atau Divisi Audit Internal diminta mengaudit KLP sebelum jangka waktu 1 bulan tersebut. Ruang lingkup audit tersebut meliputi 3S dan risk, control, dan governance.

Izin menerima nasabah baru akan diberikan apabila bank-bank sudah melaksanakan penyempurnaan tersebut. Kantor Cabang bersangkutan juga masih dapat menerima setoran nasabah prioritas eksisting. Namun apabila menerima nasabah baru agar tidak menggunakan form-form priority banking tetapi sebagai nasabah besar pada umumnya. (gus).


Tidak ada komentar: