Selasa, 05 Juli 2011

Bank Mesti Efisien Untuk Menjadi Juara

Perbankan nasional dinilai masih belum efisien sehingga Bank Indonesia sebagai regulator akan mempercepat proses menuju efisiensi diantaranya melalui peningkatan kompetisi antar perbankan dengan mensyaratkan pengumuman Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK).



Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution pernah mengatakan bahwa perbankan nasional saat ini masih memiliki kekurangan terutama dari sisi efisiensi yang harus segera ditingkatkan. Untuk itu, BI telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mempercepat efisiensi dengan jalan meningkatkan kompetisi antar perbankan dengan mensyaratkan pengumuman Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK).

"Perbankan nasional sudah lebih baik namun kekurangannya adalah efisiensinya. BI sangat fokus pada area ini dan efisiensi akan lahir dalam mekanisme persaingan yang normal meski waktunya lebih panjang," katanya.

Hasil dari SBDK akan dijadikan benchmark oleh BI dan diperbandingkan dengan bank lain untuk dibenahi dengan kerangka waktu yang jelas seperti soal struktur biaya dan sumber daya manusia.

Jika perbankan nasional sudah semakin efisien, maka tidak mustahil dalam tiga atau empat tahun kedepan mampu bersaing di tingkat regional bahkan internasional. Meski demikian, perbankan nasional masih membutuhkan strategi lain untuk menang dalam persaingan di tanah air dan ditingkat regional serta internasional.

Sejumlah bank umumnya memiliki program dan strategi yang hampir sama untuk memperebutkan dana masyarakat. Misalnya dengan variasi produk tabungan, promo produk, program hadiah dan segmentasi pasar.

Jika diperhatikan secara seksama dengan melihat pola yang dilakukan bank-bank dalam menggarap produk tabungan maka tak ada perbedaan yang signifikan dan tidak ada terobosan yang mendasar. Polanya hampir sama dalam mengembangkan produk tabungan tersebut. Hanya saja, beberapa bank yang memiliki cukup modal melangkah lebih dulu dalam mengembangkan saluran perbankan. Misalnya, ada bank yang masuk ke SMS banking atau Internet banking, sedangkan bank lain belum.

Namun seiring dengan kemajuan teknologi informasi, nasabah atau masyarakat senantiasa menuntut layanan yang lebih, terlebih mobilisasi warga antar Negara yang terus meningkat memberi pengetahuan terhadap nasabah atau masyarakat Indonesia terhadap layanan perbankan yang ada di luar negeri. Contohnya teknologi contact plus card yang sudah dikembangkan di banyak Negara maju sedangkan di dalam negeri belum. Oleh karenanya, perbankan nasional mestinya juga mulai mengembangkan teknologi tersebut.

Produk contact plus card seperti kartu debit atau electronic wallet yang ketika digunakan untuk bertransaksi di sebuah merchant tak perlu digesek, tapi cukup ditempel di EDC dan transaksi pun selesai.

Faktor lain yang juga perlu diperhatikan perbankan nasional adalah keamanan dan kenyamanan. Itu sangat dibutuhkan untuk memberi jaminan pada nasabah terhadap dananya yang dititipkan ke Bank sekaligus untuk meningkatkan loyalitas nasabah terhadap bank bersangkutan. Terkait dengan loyalitas nasabah terhadap bank, sebuah riset yang dilakukan salah satu majalah perbankan bekerjasama dengan Markplus Insight menyebut ada 10 bank yang memiliki loyalitas tinggi diantaranya, Bank Mandiri, BCA, BII, BNI dan BRI.

BCA dinilai paling unggul dalam produk tabungan yakni Tahapan BCA yang menjadi andalan untuk produk tabungan. Selain itu, jenis produk tabungan yang beragam, seperti Tahapan Gold, merangsang penabung untuk tetap loyal terhadap BCA, sehingga perolehan DPK atau dana pihak ketiga terus meningkat setiap tahunnya.

Sementara itu, Bank Mandiri dengan produk Tabungan Fiesta telah membengkakan perolehan dana pihak ketiga (DPK)-nya setiap tahun. Bank terbesar di Indonesia dari sisi aset itu mampu mempertahankan performanya untuk tetap menjadi yang terbesar di Indonesia. Bank Negara Indonesia (BNI) juga terus memperbaiki performanya, dan melalui produk BNI Taplus menjadikan bank ini tetap dipilih nasabahnya yang loyal. Itu terjadi karena BNI terus mengencarkan promosi produk tersebut di berbagai media.

Bank Internasional Indonesia (BII) juga terus meningkatkan performanya sehingga kinerja bank ini mengalami pertumbuhan. Sayangnya, upaya keras yang dilakukan manajemen BII masih kalah cepat dengan bank lain. Itu terlihat dari survei Indonesian Bank Loyalty Index (IBLI) 2011, BII justru melorot ke peringkat ke-10 atau juru kunci di jajaran 10 besar dari sebelumnya di peringkat kedelapan. Secara keseluruhan, indeks BII menurun dari 75,5 persen menjadi 73 persen.

Namun, BII masih terus meningkatkan performanya dengan memperluas jaringan serta penawaran berbagai produk unggulan seperti BII Women One dan produk tabungan lain. Dengan program itu, BII akan mampu mempertahankan loyalitas penabungnya di masa yang akan datang. (gus).

Tidak ada komentar: