Selasa, 26 April 2011

Menunggu IPO Duo Perusahaan Semen

Pasar diprediksi merespon positf dan akan menyerap saham perdana yang akan dilepas dua perusahaan semen yakni PT Semen Batam milik grup Bosowa dan PT Semen Baturaja milik Pemerintah RI. Tinggal menunggu rasa percaya diri pemegang saham dua perusahaan itu untuk segera melepas sahamnya pada paruh kedua tahun ini.




Sejumlah analis pemperkirakan pada Semester kedua tahun 2011 ini merupakan momentum yang tepat bagi calon emiten untuk menawarkan saham perdananya (Initial public offering/IPO) karena arah pergerakan pasar sudah bisa di baca sehingga investor mau melepas dananya untuk ambil untung.

Meski demikian tidak seluruh saham sektor industri laku diperdagangkan sehingga investor harus jeli melihat prospek industri yang mampu memberi imbal hasil atau keuntungan yang besar. Misalnya sektor komoditas, telekomunnikasi dan infrastruktur termasuk industri semen. Oleh karenanya, rencana IPO PT Semen Batam dan PT Semen Baturaja mestinya bisa direaliasikan semester dua tahun ini.

PT Semen Batam adalah perusahaan semen yang sahamnya dimiliki grup Bosowa. CEO Grup Bosowa, Erwin Aksa sudah merencanakan IPO perusahaan tersebut sejak 2009. Tujuannya untuk mendapatkan dana guna meningkatkan kapasitas pabrik dan membangun mesin pembangkit listrik di Batam.

PT Semen Batam diketahui mampu menghasilkan produksi 200 ribu ton per tahun pada 2008 dan saat ini produksinya ditaksir lebih dari 600 ribu ton per tahun dan pendapatan yang diterima lebih 600 miliar rupiah pertahun.

Sebagian besar produksi dijual di Batam dan perusahaan berkeinginan menjadi pemain utama dengan memenuhi 50 persen kebutuhan semen di Batam yang pertumbuhan konsumsi cukup tinggi dibanding daerah lain di Indonesia dengan rata rata pertumbuhan 10-30 persen per tahun.

Perseroan juga punya strategi untuk meluaskan jaring pasarnya di seluruh kota Sumatra seiring tingginya konsumsi semen di berbagai daerah yang dipicu maraknya pembangunan infrastruktur termasuk proyek property di daerah.

Untuk mewujudkan ekspansi bisnisnya maka PT Semen Batam harus meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah mesin dan memperluas pabriknya. Perseroan juga berencana membangun mesin pembangkit listrik sendiri guna efisiensi dan menjamin ketersediaan pasokan listrik. Pasalnya, pengeluaran untuk listrik mencapai dua miliar rupiah per bulannya sehingga dibutuhkan pembangkit sendiri.

Perseroan membutuhkan dana besar untuk merealisasikan rencana bisnisnya tersebut dan salah satu cara untuk mendapatkan dana murah menurut Erwin Aksa dengan menawarkan saham perdana ke pasar modal.

Perseroan berencana melepas sekitar 20 persen sahamnya ke pasar untuk itu sudah ada komunikasi dengan investor asal Timur Tengah yang akan bertindak sebagai pembeli siaga (stand by buyer).

Meski sudah direncanakan sejak 2009, namun Erwin Aksa belum percaya diri untuk merealiasikan rencana tersebut. Pasalnya sejumlah kendala masih menghadang seperti kondisi pasar yang dinilai belum stabil serta belum siapnya pembeli siaga untuk menyerap sahamnya.

Penundaan IPO pada tahun 2009 cukup beralasan karena pasar memang masih fluktuatif akibat dampak krisis keuangan global tahun 2008. Namun kondisi pasar dinilai sejumlah analis mulai membaik sejak 2009 dan terus meningkat hingga 2010 dan 2011 ini. Itu ditandai indeks di sejumlah pasar dunia terus meningkat dan begitu juga dengan pasar di Indonesia yang terus rebound hingga menyentuh level 3.800.

Rasa tidak percaya diri untuk melantai ke Bursa juga terjadi pada perusahaan semen PT Semen Baturaja milik Pemerintah RI. Pemerintah selaku pemilik perusahaan tersebut masih ragu untuk merealisasikan rencana IPO PT Semen Baturaja pada tahun ini. Pasalnya, restrukturisasi asset diperkirakan membutuhkan waktu lama termasuk proses untuk mendapatkan persetujuan dari legislative.

Deputi Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis Kementerian BUMN Pandu Djajanto mengatakan, masih ada yang harus dibenahi dan sipatnya lebih ke internal seperti masalah tanah, pelabuhan, kereta api dan lainnya.

Menurutnya, saat ini banyak kegiatan usaha perseroan yang berada diatas tanah BUMN lain. Untuk itu, proses restrukturisasi aset harus segera diselesaikan terlebih dahulu supaya pada saat sahamnya ditawarkan layak jual.

“Masih memungkinkan pekerjaan rumah ini dirampungkan pada tahun ini, dan kemudian dilanjutkan dengan permohonan izin IPO ke Bapepam-LK dan BEI. " katanya.

Menurutnya, IPO Semen Baturaja diprediksi baru akan terealisasi pada tahun depan, atau paling lambat semester I-2012, dengan asumsi proses di DPR bisa cepat selesai dan kondisi pasar cukup memungkinkan untuk dilakukannya penawaran saham perdana.

Perseroan berencana akan melepas sekitar 30 persen saham ke pasar dengan target perolehan dana 1 triliun rupiah. Dana ini akan dialokasikan untuk pengembangan pabrik, bisnis semen putih hingga meningkatkan pangsa pasar menjadi 30 persen dari saat ini yang 22 persen.

Sekretaris Perusahaan Semen Baturaja Zulkifri Subli mengatakan IPO perlu dilakukan untuk mendapatkan dana guna meningkatkan kapasitas usaha sehingga pendapatan akan meningkat. Pada tahun 2011 ini saja, perseroan menargetkan pendapatan naik 10 persen menjadi 974,31 miliar rupiah dibanding 2010 yang 885,47 miliar rupiah. Sementara itu, laba bersih ditargetkan tumbuh 5-10 persen dibanding 2010 yang 220,25 miliar rupiah.


Respon Pasar

Pengamat pasar modal Felix Sindhunata mengatakan, indeks di pasar nasional akan menguat tahun ini dipengaruhi oleh sentiment pasar membaik serta adanya data unemployment atau angka pengangguran di Amerika Serikat saat ini yang merupakan terendah dalam dua tahun terakhir.

Oleh karenanya, di paruh kedua tahun ini diprediksi akan banyak perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana. Meski investor harus mewaspadai dampak negatif dari krisis politik di Timur Tengah yang dapat memicu pergerakan harga minyak bumi serta krisis utang Eropa.

Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas Marciano Herman menuturkan, kondisi global memang harus menjadi rujukan investor ketika masuk pasar namun faktor domestic tetap yang utama diperhatikan dan saat ini situasi domestik cukup menunjang bagi pelaku pasar untuk investasi.

Itu terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencatatkan kenaikan sebesar 0,78 persen atau 28,81 poin menjadi 3.707,48 pada perdagangan di awal bulan April ini.

Herman meyakini jika kondisi pasar modal global dan Indonesia membaik seperti sekarang maka penawaran umum saham perdana akan kembali marak dilakukan pada semester kedua 2011. Saat ini saja sudah ada tiga perusahaan yang telah mencatatkan saham perdana pada periode Januari hingga Februari 2011 yakni PT Megapolitan Development Tbk (EMDE) mencatatkan saham perdana pada 12 Januari 2011 dengan melepas 850 juta saham ke publik, PT Martina Bertho Tbk (MBTO) mencatatkan saham perdana pada 13 Januari 2011 dengan melepas 355 juta saham ke publik, dan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mencatatkan saham perdana pada 11 Februari 2011 dengan melepas 6,33 miliar saham ke publik.

Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) mendukung pendapat Felix. Melalui Ketua AEI, Airlangga Hartato menyebut kondisi pasar modal sepanjang tahun 2011 ini memiliki arah positif sehingga perusahaan tidak perlu ragu masuk ke pasar. .

Membaiknya kondisi pasar modal yang positif tersebut tidak terlepas dari kondisi makro ekonomi yang diprediksi membaik serta masih tingginya kepercayaan investor asing untuk melakukan investasi di Indonesia, khususnya investasi di surat surat berharga seperti Saham, SUN dan obligasi.(gus).


Tidak ada komentar: