Selasa, 25 Januari 2011

Panen Rumput Laut Gagal Disebabkan Cuaca Estrim

BATAM – Petani rumput laut di beberapa daerah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) gagal melakukan panen karena mayoritas tanaman rusak disebabkan cuaca dan kondisi air laut menyebabkan tanaman berlumut dan batangnya hancur.



Kepala UPTD Kelautan dan Perikanan Kecamatan Moro Provinsi Kepulauan Riau, Syahrudin mengatakan, sebagian besar tanaman rumput laut petani di Kecamatan Moro rusak dan berjatuhan dari ikatannya. Akibatnya banyak tanaman rumput laut yang berlumut dan batangnya hancur sehingga tidak bisa dijual.

”Kerusakan tanaman rumput laut milik petani disebabkan perubahan cuaca air laut, akibatnya petani gagal panen,” katanya akhir pekan lalu.

Untuk menghindari gagal panen, kata Syahrudin mestinya petani melakukan penanaman sesuai dengan periode iklim.

Menurut dia, idealnya petani mengembangkan budidaya rumput laut lebih tepat dalam bulan Maret 2011, bukan pada Nopember atau Desember 2010 lalu, karena tingkat curah hujan dan gelombang laut cukup tinggi pada saat itu.

Kondisi cuaca di laut yang tidak menentu diperkirakan akan berlangsung hingga Februari 2011, oleh karena itu Petani diminta untuk melakukan penanaman rumput laut sekitar Maret 2011.

Meningkatkan Produksi

Gagal panen rumput laut yang dialami sejumlah petani di Kepri dikuatirkan bisa mempengaruhi target pertumbuhan produksi rumput laut Provinsi Kepri sehingga order dari sejumlah perusahaan dalam dan luar negeri terkendala.

Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Lamidi mengatakan, pemerintah telah menganggarkan dana sekitar satu miliar rupiah dari APBD untuk meningkatkan produksi rumput laut yang akan menjadi produk unggulan dari Provinsi Kepri.

“Produksi rumput laut akan ditingkatkan hingga 560 persen selama lima tahun kedepan hingga 2015, oleh karena itu kita anggarkan dana satu miliar rupiah untuk pengembangan bagi petani,” katanya.

Dana itu akan digunakan untuk bantuan modal awal untuk sekitar 100 rumah tangga petani yang tersebar di Batam, Bintan, Senayang Lingga, dan Natuna serta untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang teknik budi daya rumput laut.

Dikatakan, pengembangan rumput laut di Kepri sejalan dengan program revitalisasi sektor perikanan Pemerintah Pusat dan dijadikannya Provinsi Kepri sebagai daerah unggulan nasional untuk pengembangan rumput laut.

Dijadikannya Kepri sebagai daerah unggulan karena potensinya cukup besar, itu terlihat dari luas lahan yang bisa di jadikan areal budi daya yang mencapai 435 hektare dan saat ini baru dimanfaatkan 0,2 persen saja. Sementara itu, secara nasional potensi pengembangan ruput laut sekitar 1,1 juta hektare tersebar di hampir semua provinsi di Indonesia.

Kepri merupakan provinsi kepulauan yang banyak memiliki potensi kelautan, karena luas wilayah laut Kepri mencapai 96 persen dari total luas seluruh provinsi. Sementara itu, luas garis Pantai Kepri mencapai 27.871 kilo meter dengan luas laut 425.214.067 kilometer persegi.

Oleh karena itu, budidaya rumput laut menjadi sector yang cukup memiliki peluang dan tempat yang potensial untuk dikembangkan. Ditambah lagi dengan relatif kecilnya biaya pengembangan rumput laut yang hanya sekitar tiga juta rupiah per hectare, dan waktu berproduksinya juga relatif cepat yakni hanya sekitar 2-3 bulan. (gus).

Tidak ada komentar: