Kamis, 06 Januari 2011

Kuliner : Hidangan Serba Laut Dari Kepulauan Riau

Provinsi Kepuluan Riau (Kepri) sebagian besar atau 96 persen wilayahnya adalah perairan atau laut yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Singapura, Malaysia dan Vietnam serta berada di Selat Malaka dan Laut China Selatan. Luasnya wilayah laut tersebut memberi andil atas pembentukan menu makanan warganya yang sebagian besar berasal dari laut.



Jika melancong ke Ibu Kota Provinsi Kepri yakni Tanjung Pinang di Pulau Bintan, belum puas rasanya bila belum mencicipi hidangan serba laut di pujasera tepi laut Melayu Square atau tempat lainnya, seperti gonggong, kepiting rebus, udang goreng, lobster dan lainnya.

Seorang pedang keturanan China, Akaw mengatakan dia sudah berjualan di pujasera Melayu Square sekitar 10 tahun dan menu utama yang ditawarkan adalah siput gonggong, lobster, udang goreng dan masakan laut lainnya. Namun yang paling banyak dipesan pengunjung adalah gonggong.

Bagi sebagian masyarakat yang tinggal di luar Kepri mungkin merasa aneh mendengar nama masakan gonggong karena terkesan seperti suara anjing yang sedang menggonggong.

Namun, kata Akaw jangan salah sangka dulu. Di Tanjung Pinang, gonggong merupakan nama untuk jenis siput laut, yang hanya terdapat di perairan sekitar pulau Bintan. Masyarakat local menyebut siput laut itu dengan nama Gonggong lalu kemudian diolah menjadi masakan yang lezat rasanya.

“Maka tak salah jika gonggong dikatakan sebagai makanan khas dari Tanjung Pinang atau Pulau Bintan,” katanya.

Rasa daging siput gonggong yang telah dimasak cukup kenyal dan sangatlah enak, sehingga tak heran jika penggemar daging siput itu bukan hanya masyarakat Pulau Bintan saja, namun juga dari daerah lain. Banyak orang dari luar Pulau Bintan, bahkan dari luar Kepulauan Riau, yang tidak mau melewatkan kesempatan menikmati siput gonggong jika datang ke Pulau Bintang.

Biasanya, gonggong disajikan dengan cara yang cukup sederhana, yakni direbus bersama dengan garam dan irisan jahe yang berguna untuk menghilangkan bau amis. Untuk menambah cita rasa, gonggong yang telah direbus dapat disantap bersama sambal. Nah, sambal yang disajikan bersama gonggong rebus ini berbeda-beda, bergantung pada warung atau restoran yang dikunjungi, dan biasanya pedagang menyajikan sambal kacang, sambal tauco, atau sambal kecap.

Untuk memakan siput gonggong dibutuhkan cara khusus, yakni dengan menggunakan bantuan tusuk gigi agar daging bisa diambil dari cangkangnya. Cara menariknya pun harus dengan trik khusus, mengikuti bentuk cangkang siput tersebut. Karena, jika sembarangan dagingnya akan putus, jika demikian maka akan sulit mengambil dagingnya lagi. Harga satu porsi gonggong, kata Akaw berkisar antara 25 ribu sampai 35 ribu rupiah.

Setelah puas menyantap siput gonggong lebih lengkap rasanya bila melepas dahaga dengan minum minuman khas Tanjung Pinang yakni teh tarik atau kopi tarik. Namanya cukup unik menggunakan kata “tarik” karena proses penyiapan Kopi Tarik atau Teh Tarik seperti menarik tali.

Sebelum disajikan, baik kopi maupun teh, akan dicampur lebih dulu dengan susu di sebuah cangkir alumunium berukuran agak besar.

Menurut Akaw, Kopi Tarik dan Teh Tarik sebenarnya merupakan minuman asli orang India bagian selatan, yang mayoritas beragama muslim. Orang-orang India ini bermigrasi ke kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia bagian barat, dan memperkenalkan pembuatan Kopi Tarik dan Teh Tarik.

Keistimewaan dari kopi tarik atau the tarik menurutnya terletak pada pembuatannya, sebab setiap pedagang umumnya akan memperlihatkan atraksi kepada pengunjung dalam proses mencampur susu dengan teh atau kopi ini.

Proses pencampuran antara kopi atau teh dengan susu menggunakan dua cangkir aluminium tanpa pengaduk. Cangkir pertama akan diisi dengan air kopi atau teh, dan cangkir kedua akan diisi dengan air susu. Air kopi atau teh dituangkan ke cangkir yang berisi susu, kemudian kopi atau teh yang telah bercampur susu tersebut akan dipindahkan lagi berulang-ulang, hingga enam kali sampai bercampur dengan sempurna.

Atraksi memindahkan campuran itu, tampak seperti orang yang sedang menarik-narik tali. Oleh karenanya, untuk melakukan proses pembuatan teh ataupun kopi tarik tersebut dibutuhkan kemampuan khusus, karena jika tidak, maka campuran kopi atau teh dengan susu ini akan bertumpahan.

Percampuran yang sempurna antara kopi atau teh dengan susu yang dapat disajikan dalam keadaan dingin ataupun panas ini, menghasilkan aroma dan rasa yang luar biasa enaknya. Selain itu, Kopi Tarik ataupun Teh Tarik memiliki khasiat untuk menambah stamina.

Untuk merasakan kenikmatan the tarik atau kopi tarik cukup mengeluarkan uang 6.000 rupiah sampai 7.000 rupiah per gelas.

Setelah puas berjalan jalan dan menikmati hidangan di tengah kota Tanjung Pinang maka ketika ingin pulang bisa membawa oleh oleh cemilan yang bernama Otak Otak. Makanan itu bisa diperoleh disepanjang jalan menuju pelabuhan Sri Bintan Indrapura.

Otak-otak merupakan makanan tradisional warga Kepri yang berasal dari Bintan, Batam, Karimun dan Tarempa. Tidak seperti otak-otak yang ada di Palembang atau Jakarta yang berwana putih dibungkus dengan daun kelapa, maka Otak-otak Kepri terbuat dari ikan dan cumi yang saus sambalnya sekaligus diaduk sehingga warnanya menjadi kecoklat-coklatan. Pembungkusnya terbuat dari daun kelapa lalu dibungkus. Harga otak-otak berkisar dari seribu sampai dengan seribu lima ratus per buah.

Dari pulau Bintan, selanjutnya bisa kembali menikmati hidangan special di Pulau Batam yaitu Sup Ikan atau sup kepala ikan.

Sup ikan merupakan salah satu kuliner khas batam yang patut dicicipi ketika berkunjung ke kota itu. Salah satu menu sup ikan adalah Sup Ikan Tenggiri atau yang lebih dikenal dengan Sup Ikan Batam. Sup Ikan Batam termasuk kategori clear soup atau sup dengan kuah yang cenderung jernih dengan citarasa gurih dan asam segar.

Salah seorang juru masak restoran Golden Prawn Batam, Hasan mengatakan, untuk membuat sup ikan yang lezat maka sebelum membuatnya harus memisahkan potongan ikan tenggiri dari tulang- tulangnya. Kemudian lumuri potongan ikan tenggiri dengan putih telur untuk menghilangkan bau amisnya. Lalu masak ikan tenggiri bersama dengan bumbu- bumbu yang telah dihaluskan. Bumbu yang digunakan adalah garam, cabai merah, cabai hijau, bawang merah, bawang putih, daun kemangi, serai, jahe, lengkuas dan daun jeruk.

Kemudian setelah masakannya mendidih, tambahkan belimbing wuluh dan tomat hijau. Belimbung wuluh dan tomat hijau akan menambah rasa asam yang menyegarkan pada sup ini. Untuk mempercantik penampilan sup ikan tenggiri, bisa menambahkan sawi putih atau sawi hijau. Namun jika tidak terlalu suka dengan sawi, bisa menambahkan sayuran lain sesuai dengan selera.

Menikmati Sup Ikan Batam akan lebih nikmat jika ditambahkan dengan perasan air jeruk nipis. Lalu beri beberapa tetes kecap asin. Kecap asin ini akan menguatkan rasa dari sup ikan ini. Jika menyukai rasa pedas, bisa menambahkan rajangan cabai rawit ke dalam sup ikan. Kombinasi rasa asam, pedas dan disertai dengan kuah yang hangat akan menyegarkan badan sehingga badan yang tadinya lemas dan tidak enak, akan menjadi segar kembali setelah menikmati sup ini. Harga satu porsi sup ikan di Batam sekitar 25 ribu sampai 30 ribu rupiah.

Mie Lendir

Namanya cukup bikin kening berkerut, tapi saat menikmati hidangannya dijamin bikin ketagihan dan selalu ingin mencobanya lagi. Nama makanannya Mie Lendir yang Cuma ada di Kota Batam dan biasanya menjadi hidangan untuk sarapan pagi yang dijajakan di sejumlah restoran.

Salah satu restoran yang menjual Mie Lendir adalah Morning Bakery yang terletak di Sungai Panas, Baloi dan Jodoh.

Salah seorang pedagang Mie Lendir di Jodoh, Anie menjelaskan, mie lender adalah makanan yang terdiri dari mie kuning yang direbus bersama kecambah (taoge), dan dimakan bersama sebutir telur rebus yang dibelah dua. Mie ini kemudian disiram dengan kuah kacang yang kental.

“Kuah kacang kental inilah yang membuat makanan ini diberi nama Mie Lendir,” katanya.

Mie Lendir biasanya dijual di pagi hari dan dijadikan menu sarapan pagi warga Batam dan satu porsinya sekitar 10 ribu rupiah. (gus).

Tidak ada komentar: